Hari beranjak semakin siang, bunyi jam terdengar memenuhi kesunyian yang melanda di ruangan itu bercampur dengan suara ketikkan dipapan keyboard. Karina masih saja fokus menyusun jadwal rapat dan kegiatan bos besarnya. Ia hanya berhenti sejenak saat menyeruput kopi cappucino-nya setelah itu melanjutkan kembali.
Dua puluh menit yang lalu, ia mendapatkan email dari Williyam. Pria itu mengatakan bahwa ia dan Damian sudah selesai mengurusi urusan penting yang tidak ia tahu itu apa. Mereka tiba di New York pukul setengah sembilan pagi. Hal itu membuat jantung Karina berdegup kencang, tidak sabar untuk melihat wajah brengsek sang pujaan hatinya itu.
Perhatian Karina teralihkan kearah benda digital yang tergeletak di samping komputer saat dirasa benda itu bergetar. Karina menghentikan pekerjaannya sebentar lalu mengambil ponselnya dan memeriksa siapa gerangan orang yang sudah mengganggu aktivitasnya.
Sudut bibirnya sedikit melengkung keatas saat tahu siapa yang mengirimkannya sebuah pesan singkat.
Fujio Ozawa : Apa kau sudah selesai bekerja?
Karina Bakhri : Belum, mungkin sebentar lagi akan selesai.
Fujio Ozawa : Begitu ya? Jika kau sudah selesai bekerja jangan lupa memberi tahuku.
Karina Bakhri : Memangnya kenapa? Apa ada sesuatu?
Fujio Ozawa : Ya.
Karina lalu meletakkan kembali ponselnya diatas meja setelah mendapatkan balasan singkat dari Fujio. Detik selanjutnya, ponselnya kembali bergetar dan membuatnya memeriksanya. Ah, ternyata pria Jepang itu ingin mengajaknya makan siang.
Karina sempat binggung, apa pria itu tidak memiliki kegiatan hari ini sampai-sampai mengajaknya makan siang di luar? Ponselnya kembali bergetar.
Fujio Ozawa : Karina, bagaimana?
Gadis berkemeja merah marun itu mengigit pipi dalamnya, binggung harus menjawab apa sekarang. Apa ia harus menerima ajakan darinya? Atau ia tolak saja? Mengingat Fujio merupakan aktor ternama yang reputasinya melambung tinggi di udara, membuatnya sedikit keberatan. Ia takut tertangkap basah oleh paparazi gila yang mungkin saja berkeliaran dimana-mana.
Tarik napas, hembusan. Oke, ia akan mengiyakan ajakan Fujio. Hanya sekali, tidak untuk lain kali. Ia hanya merasa tidak enak hati padanya.
Karina Bakhri : Baiklah.
Fujio Ozawa : Terima kasih. Aku sedang dalam perjalanan menuju tempat kerjamu.
Setelah mendapat balasan dari Fujio, Karina lalu fokus ke layar komputer dihadapannya itu. Ia menyimpan data-data yang sudah ia kerjakan dan segera mematikan benda canggih itu, tidak lupa membereskan barang-barang yang berserakan di atas meja, menyusunnya dengan rapi lalu beranjak berdiri.
Karina mematikan pendingin ruangan, meraih ponselnya dan melengos keluar. Suara sepatu hak tinggi yang dipakai oleh Karina terdengar seiring melewati lorong demi lorong. Sesekali gadis berumur dua puluh lima tahun itu tersenyum tipis saat beberapa karyawan bertegur sapa dengannya.
Tiba didepan lift, Karina berdiri sambil bersedekap didepan dada menunggu pintu lift terbuka dengan beberapa orang yang juga akan turun ke lantai bawah. Karina melirik kearah monitor diatas kabin lift itu, alat itu masih berada di lantai dua puluh sembilan.
Tidak lama kemudian, terdengar suara dentingan lift dengan pintu yang mulai terbuka. Setelah orang-orang yang berada didalam kabin lift itu keluar, Karina beserta beberapa orang lain masuk kedalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Dangerous [HIATUS]
HorrorKarina Bakhri, gadis yang baru pindah tempat kerjanya di New York itu tidak menyangka bahwa apartemen yang ia tempati ternyata berhantu. Pantas saja para tetangga bergidik ngeri saat tahu Karina menempati apartemen itu. Tetapi, ia sama sekali tidak...