Prolog

121K 9.8K 786
                                    

"Jangan pernah bergantung pada siapapun, karena bayanganmu saja akan meninggalkanmu saat gelap."

***

"Gila, masih punya muka ya dia?"

"Emang cewek murahan tuh mukanya tebel ya guys?"

"Cowok setajir dan seganteng Sangga aja masih diselingkuhin? Gila ya tuh cewek, gak pernah puas."

Berbagai cacian dan hinaan masuk ke gendang telinga Aurora. Gadis itu hanya diam sambil memendam, berjalan menuju kelasnya yang terletak di ujung koridor.

Langkahnya semakin berat, ketika ia harus melewati gerombolan cowok-cowok yang mengenakan hoodie hitam dengan lambang elang di dada kirinya.

Terlebih pada sosok Sangga yang saat ini posisinya dekat dengan Aurora. Gadis itu menghentikan langkah, memberanikan diri mendongak untuk menatap ke arah Sangga. Berusaha mengajak lelaki itu untuk mengobrol.

"Sangga, ak–"

Belum sempat Aurora menyelesaikan ucapannya, lelaki dengan rambut terikat itu melenggang pergi. Seakan Aurora tidak di sana. Kepergian Sang Ketua dibuntuti oleh empat orang anak buahnya.

Dada Aurora semakin sesak, saat satu-satunya lelaki yang ia harap tidak akan meninggalkan dan menjadi penyemangatnya, ternyata juga sama. Meninggalkannya.

Sekarang, Aurora harus menumpukan harapan pada siapa ketika seluruh dunia menganggapnya sebagai penjahat?

*Sangga*

PERHATIAN : CERITA INI DAPAT MENGURAS EMOSI, MEMBUAT KALIAN INGIN MEMBANTING PONSEL, DAN BISA BUAT SENYUM-SENYUM SENDIRI.

Selamat berjumpa lagi dengan Sangga, Dikta, Rafael, Buana dan si dingin Adam.

instagram :

cantikazhr

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang