Bab 11 : Perempuan biasa

326K 26.4K 12K
                                    

"Hal paling lucu di hidup ini adalah ketika ada yang membencimu, hanya karena mendengar ceritamu dari orang lain. Tanpa tahu faktanya, tanpa tahu kebenarannya." -Aurora

Siap spam komentar di semua paragraf?🤍 here we go!

***

Aurora mengernyitkan dahinya saat melihat lelaki di hadapannya ini tiba-tiba terdiam. Aurora lantas mengangkat tangannya, memukul bahu Sangga dengan keras. "Heh, kesurupan lo?"

Sangga mengerjap, kemudian menatap wajah Aurora kaget. Cowok itu nampak seperti orang linglung. Ia tiba-tiba mendongak menatap Aurora. "Ra, tadi kita ngapain?"

"Kita? Ngapain?" sahut Aurora bingung, jelas-jelas tadi Sangga sedang bercerita padanya. Tiba-tiba saja cowok itu terdiam, lalu saat sadar dia menanyakan hal yang membuat Aurora bingung.

"Gue halusinasi doang ya, tadi?" gumam Sangga. Ciuman tadi, tidak nyata? Bisa-bisanya Sangga membayangkan hal yang tidak-tidak!

"Ah, gue tau, nih!" Jari telunjuk Aurora bergoyang ke depan dan ke belakang, "lo mikir mesum kan? Ngaku lo! Ngehalu apaan lo tadi, hah?"

Mata Sangga membulat, cowok itu menatap Aurora seraya menggeleng dengan ekspresi wajah menggemaskan. Ia menarik dirinya untuk berdiri, menjauhi Aurora.

"Kayaknya gue harus balik, Ra. Anak-anak Eagle pasti nyari gue sekarang, gue pamit," ucap Sangga. Tanpa menunggu persetujuan Aurora, cowok itu segera meninggalkan ruangan bertema serba putih itu. Menyisakan Aurora sendirian di atas brankar-nya.

Melihat tingkah laku Sangga, Aurora tertawa pelan seraya memperhatikan punggung besar itu mulai menjauh. "Lo nggak berubah ya, Ga. Masih sama."

***

Clarissa menutup pintu kamarnya dengan sangat keras, menimbulkan suara nyaring yang mengejutkan semua orang yang mendengarnya. Cewek itu berteriak kesal, kemudian membanting tubuh rampingnya ke atas kasur.

"KENAPA LO HARUS BALIK LAGI SIH??? UDAH BAGUS LO MATI AJA!" Clarissa berteriak kesal.

"ARGH!!!"

BRAK!!!

"Kamu ini kenapa, sih? Teriak-teriak tidak jelas, memang kamu pikir rumah ini hutan?" Anita masuk ke dalam kamar Clarissa begitu mendengar anak tirinya itu mengamuk tidak jelas.

Clarissa bangkit dari posisi tidurnya, cewek itu memberikan tatapan tajam pada Anita. "Keluar!" ucapnya dingin.

"Kamu bisa sopan nggak? Saya ini ibu tiri kamu, Clarissa!" Anita menatap Clarissa dengan tatapan jengkel.

Clarissa berdecak. "Di mata saya, anda nggak lebih dari seorang wanita rendahan."

"Clarissa!" teriak Anita tidak terima.

"APA?" balas Clarissa dengan nada menantang, "anda catat ini baik-baik."

Bahu Clarissa naik turun, menampakkan bahwa ia benar-benar emosi saat ini. "Sampai napas terakhir saya, saya tidak akan pernah menganggap anda sebagai ibu tiri saya!"

"Clarissa!"

Clarissa mengalihkan pandangannya pada seorang lelaki paruh baya yang baru saja memasuki kamarnya, lelaki itu adalah Ayahnya.

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang