"Tidak selamanya perbuatan jahat harus dibalas kebaikan."
***
"Zein ...." Agatha menatap Zein dan foto itu bergantian, "ini?"
Zein balas menatapnya, seakan tahu apa yang dipikirkan oleh Agatha maka lelaki itu mengangguk. "Sangga."
Agatha dan Zein saling tatap. Agatha menatap foto berisikan Sangga dan Alysca itu dengan perasaan sangat tidak percaya.
Apa benar, lelaki yang selalu melindungi kembarannya bisa melakukan hal sebejat itu?
Tapi, kita tidak pernah bisa benar-benar mengetahui sifat seseorang. Setiap orang pasti memiliki sisi baik dan buruk di dalam dirinya, seperti Sangga. Dia sangat baik pada Aurora, menjaga adiknya seperti ratu namun Sangga memperlakukan gadis lain seperti sampah.
"Kita belum bisa memastikan bahwa ayah dari anak yang dikandung Alysca, adalah Sangga, Baby." Zein meraih tangan Agatha, mencoba menenangkan perempuan itu. "Ini hanya firasat kita sementara, karena Sangga satu-satunya lelaki yang berfoto dengan Alysca."
Agatha mendongak, matanya sendu menatap Zein."Tapi ... jika benar dia?"
"Dia harus mempertanggung jawabkan itu, Baby. Dia sama saja menghilangkan dua nyawa orang yang tidak bersalah," ucap Zein penuh keyakinan. "Tapi, tetap saja kita tidak bisa menuduh Sangga. Bukti foto ini belum kuat."
"Aku berharap bukan dia ..." Agatha menghela napasnya berat, "Aurora pasti akan sangat sedih kalau Sangga sebejat itu."
"It's okay, Baby. Kita carikan Aurora kekasih baru," ujar Zein santai.
"Tidak semudah itu, Zein." Agatha menatap sinis pada kekasihnya.
Zein tertawa ringan, menampilkan deretan giginya yang putih dan rapi. "It's a joke, Baby."
"Aurora sudah banyak melalui kesulitan di dalam hidupnya sejak perceraian kedua orangtua kami. Aku sedih melihat keadaan adikku yang seperti itu," helaan napas Agatha sangat menggambarkan betapa banyak beban yang ada di kepalanya, "setelah kita tahu siapa yang sudah membuat foto palsu Aurora dan Andreas, kita harus mengembalikan 'Aurora' yang sebenarnya."
"Ya, Baby. Itulah tugas kita," Zein mengedipkan sebelah matanya pada Agatha. "Membuat adikmu bahagia, menyingkirkan semua yang mengganggunya."
"Bagaimana dengan yang lain?" tanya Agatha.
"Maksudmu, musuh kita yang lain?" Zein balas bertanya untuk memastikan.
Agatha mengangguk.
"Hmm. Aku sudah mengirim orang untuk mengawasi Clarissa dan teman-temannya, tidak ada yang salah dari mereka. Aku juga sudah mengawasi Andreas, belum ada benang merah yang cocok dengan kejadian ini. Begitupun dengan Sangga." Zein nampak berpikir, "sebenarnya, Baby. Musuh yang harus kita perhatikan itu adalah Miss A."
"Ya, aku tahu. Dari awal kita bekerjasama dengannya hanya karena 'sepertinya' tujuan kita sama, tetap saja kita tidak bisa mempercayai orang itu sepenuhnya."
"Dia membunuh kepala sekolah karena orang itu menutupi kasus kematian Alysca, dia juga menerror Clarissa dan teman-temannya. tidak menutup kemungkinan, bahwa musuhnya selanjutnya adalah kita," ucap Agatha. rasa takut dari sorot matanya tidak dapat dia sembunyikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangga
Teen FictionSangga diliputi penyesalan luar biasa saat mantan kekasihnya memutuskan untuk bunuh diri. Ia tidak pernah menganggap Aurora mati karena jenazah gadis itu belum ditemukan. Tepat dua minggu setelah kejadian bunuh diri itu, Aurora kembali, sebagai soso...