Bab 22 : Si pemegang kendali

79.9K 5.7K 2.9K
                                    

"Jangan pernah remehkan balas dendamnya seorang perempuan."

***

"Tante rasa, dugaan kita salah, Sangga," ucap Anita.

Sangga mengangguk setuju. "Dia bukan Agatha, tapi gimana bisa dia Aurora?"

"Dari segi sikap, dia memang seperti Agatha. Tapi Sangga, tante sangat mengenali anak tante sendiri." Anita terlihat yakin dengan apa yang dipikirkannya, "awalnya tante ragu, waktu kamu bilang kemungkinan besar yang hidup dengan kita sekarang bukanlah Aurora."

"Karena Aurora menunjukkan sifat yang bertolak belakang dengan 'Aurora' tante," jelas Sangga bingung.

"Tapi, dari penyakitnya, tanda lahirnya, secara fisik dia Aurora ...." ucap Anita, menahan air matanya agar tidak tumpah.

"Itu berarti Aurora masih hidup?" tanya Sangga pada dirinya sendiri.

Anita mengangguk. "Tante yakin, dia Aurora."

Sangga terdiam, benarkan yang berada di dalam sana adalah Aurora kekasihnya? Tapi, mengapa gadis itu bisa berubah sangat singkat?

Kembalinya Aurora memang misterius, dan membuatnya sempat berpikir mustahil bahwa gadis itu bisa selamat. Sangga harus mencari tahu ini semua dengan benar.

Dan juga ... siapa sosok yang ada di makam jika itu bukan Aurora?

Apa sebenarnya Agatha memang benar-benar sudah tiada?

Pikiran Sangga semakin pusing. Ditambah lagi ponselnya berdering, cowok itu segera membuka ponselnya dan mengernyit saat melihat deretan nomor asing yang meneleponnya.

Dengan ragu, Sangga menggeser icon hijau pada layar ponselnya lalu menempelkan benda pipih itu ke telinga.

"Halo?"

"Sangga ...."

Sangga menautkan keningnya karena suara itu begitu asing di telinganya. "Ini siapa?"

"Kamu tidak perlu tahu ...."

"Lo siapa?" tanya Sangga, nadanya mulai menahan emosi.

"Kamu tidak tahu aku, tapi aku tahu rahasiamu."

"Rahasia apa? Gue gak punya rahasia, jangan ngada-ngada."

Terdengar suara meledek dari seberang sana. "Apa kamu lupa? Bukannya kalian bersenang-senang di festival tahunan tiga tahun lalu?"

Deg!

Sangga terdiam. Orang ini, pasti dia yang selama ini sudah mengirim terror kepada Sangga!

"Lo yang kirim foto-foto itu, kan?!"

"Kamu sudah tahu rupanya," orang di seberang sana terkikik geli, "tunggu saja, masih banyak kejutan untuk kalian semua. Terutama untukmu, Sangga Laksmana Mahatmajaya."

"Ini semua akan berakhir, hanya jika kamu bertanggung jawab."

Dan telepon itu mati secara sepihak.

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang