Bab 21 : terungkapnya satu teka-teki

32.1K 4.2K 2.2K
                                    

"Tanpa kita sadari, kita semua hanyalah boneka bertali." -Sangga

***

HAIII!!!
Sebelum baca, aku saranin kalian sediain obat sakit kepala wkwkwk

***

Sangga bersandar di depan ruang UGD Rumah Sakit Jakarta. Ia sedang menunggu seorang perempuan ditangani di dalam sana. Dengan pikiran yang terus berkecamuk daritadi, apa Sangga sudah melewatkan sesuatu?

Seorang dokter keluar dari ruang tindakan tempar Aurora berada. Sangga segera menghampiri lelaki paruh baya itu.

"Dok, gimana keadaan dia?"

"Dia baik-baik saja, sepertinya pasien memiliki riwayat alergi. Namun, untuk memastikan lebih lanjut akan dilakukan pemeriksaan lab," sahut Dokter dengan tag Ardy di jas putihnya.

Sangga terdiam untuk beberapa saat. "Boleh saya masuk?"

Dokter Ardy mengangguk. "Silakan."

Sangga segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang Aurora berada. Gadis itu tengah berbaring dengan masker oksigen menempel di wajahnya, efek dari alergi yang disebutkan membuatnya sulit bernapas hingga membutuhkan bantuan masker oksigen.

"Ra, masih sakit?" tanya Sangga lembut, lelaki itu menatap cemas ke arah Aurora.

Gadis itu hanya membalasnya dengan gelengan. Sangga menarik sebuah kursi dan mendudukan dirinya di samping brankar Aurora, menatap gadis itu bingung.

"Kata dokter, kamu punya riwayat alergi," ucap Sangga.

Aurora menoleh ke arahnya. "Aku gak punya alergi," jelasnya, sama bingungnya dengan Sangga.

"Harusnya memang gak punya." Batin Sangga.

"Mungkin lo lupa, Ra," sahut Sangga. Meski ia sendiri ragu.

"Gak lah, gak mungkin gue lupa sama penyakit gue sendiri," balas Aurora ngotot.

Sangga menatapnya. "Mungkin aja, kan lo amnesia."

"Astaga, Agatha tolol!" Aurora merutuk dirinya sendiri dalam hati.

"Rora?" Sangga dan Aurora refleks menoleh bersamaan ke sumber suara, ada Anita dengan raut wajah cemas di sana.

Aurora menautkan kedua alisnya saat mendapati kehadiran Anita. "Mama?"

"Kamu gak papa?" Anita langsung menghampiri Aurora, memegangi kedua pipi gadis itu seraya menatapnya cemas dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Kok bisa di sini?" tanya Aurora, masih dengan nada ketus.

"Sangga yang kasih tahu," sahut Anita.

"Tante, ada yang mau saya sampein. Kata dokter," ucap Sangga, mengajak Anita mengobrol di luar.

Anita menatap ke arah Sangga dan Aurora bergantian, wanita itu kemudian mengangguk ke arah Sangga. "Ayo bicara di luar."

Keduanya pun keluar dari ruangan itu, mencari tempat yang lebih jauh dari Aurora berada agar gadis itu sama sekali tidak bisa mendengar apa yang ingin Sangga sampaikan pada Anita.

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang