Bab 2 : 7 hari sebelum petaka

541K 32.7K 4.9K
                                    

"Aku tidak pernah menyangka, kalau kamu adalah orang asing yang akan jadi bagian paling penting dalam hidupku."

***

7 hari sebelum kematian Aurora

"Beliin gue makanan, dong."

Aurora mendongak, mengalihkan pandang dari buku yang tengah ia baca. Gadis itu menatap Clarissa yang berdiri di depannya dengan wajah sengak dan kedua tangan dilipat di depan dada.

"Habis gue baca ini ya, Cla," ucap Aurora dengan senyum tipis di akhir kalimatnya.

"Sekarang!" Clarissa menarik buku yang Aurora genggam, menghempasnya ke lantai. "Sejak kapan lo berani nyuruh gue nunggu, hah?"

"Tau, nih. Udah mulai ngelunjak dia, Cla," ucap Tari mengompori.

"Jangan mentang-mentang lo ceweknya Sangga, jadi lo pikir kita bakal berubah ke lo ya, Ra." Gita yang berada di sisi kanan Clarissa menatap Aurora jengkel.

Aurora menghela napasnya berat. "Lo semua kenapa jadiin gue pesuruh? Bukannya dulu kita sahabat?"

Clarissa tersenyum sinis, gadis itu mendekatkan wajahnya ke wajah Aurora. "Gue nggak sudi, sahabatan sama anak pelakor."

Cukup untuk menusuk hati Aurora karena apa yang diucapkan Clarissa benar adanya. Ia tidak mampu berkutik, karena Clarissa selalu mengancam akan menyebarkan fakta itu ke seluruh murid lain untuk ikut membencinya.

Siapa yang mau berteman dengan seorang anak yang ibunya merusak rumah tangga orang lain? Bukan rahasia umum lagi jika kamu terkena masalah, maka orang sekitar akan menggunjing walaupun tidak tahu kisah asli di balik masalah tersebut.

"Buruan ke kantin sana!" ucap Clarissa setengah gemas dan kesal.

"Iya, Cla." Aurora bangkit dari tempat duduknya. Enggan memperpanjang masalah.

"Eh, kalian takut nggak sih kalau Aurora ngadu ke Sangga kalau setahun ini kita perlakuin dia kaya pembantu?" ucap Gita saat gadis itu hilang dari pandangan mereka.

"Jujur gue takut, sih. Bisa dilabrak Sangga kita-kita kalau dia tau ceweknya kita perlakuin kayak apa," sahut Tari sembari menoleh pada Gita.

"Dia nggak bakal ngadu." Clarissa menarik senyumnya ke samping, "gue megang kartu As-nya."

***

"Ketika dia yang kau cinta, mencintai yang lain ... betapa dalamnya, terluka hatiku ...."

"Etdah, temen gue sadboy garis keras emang," ucap Buana seraya menepuk nepuk bahu Dikta saat lelaki itu sedang bernyanyi lagu Tak Mampu Pergi milik Sammy Simorangkir.

"Diktamon, Diktamon. Gladys enek lama-lama punya mantan kek lo," hardik Rafael sembari menggelengkan kepala.

"Lo semua nggak ngerasain jadi gue, si." Dikta nampak lunglai, lelaki itu menjatuhkan kepalanya ke atas meja kantin seraya menatap ke arah lain. "Diputusin pas lagi sayang-sayangnya, awal dari gagal move on berasal."

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang