"Kata maaf tidak bisa mengembalikan yang sudah pergi." –Agatha
***
"Gila. Maksudnya apaan, nih? A siapa anjrit?" ucap Rafael heboh.
"A ...," Buana menggantung ucapnya, membuat Sangga, Dikta dan Rafael menatap cowok itu menunggunya menyelesaikan kalimat.
"A siapa njir, Bung?" tanya Dikta gemas karena penasaran.
"A ... dam," lanjut Buana bercanda. Seketika mendapat toyoran keras dari Dikta.
"Bukan waktunya becanda ya, Bre. Serius ini serius, ada yang nerror kita, nih!" ucap Dikta sebal.
Sangga menatap kertas berisi kutipan yang seperti sebuah sindiran itu dengan tatapan sulit di artikan. Di dalam otaknya tiba-tiba muncul satu nama, namun Sangga tidak yakin.
"Dia udah meninggal," batin Sangga. Meyakinkan dirinya sendiri bahwa pikirannya saat ini salah.
"Ga, kok lo bengong? Mikirin siapa dalangnya?" Tegur Rafael.
Mata Sangga melirik ke arah Rafael, kemudian cowok itu mengangguk. "Tapi, gue nggak yakin."
"Jangan-jangan ini ulahnya Andreas, ketua geng Rajawali? Akhir-akhir ini mereka emang suka cari ribu sama kita, iyakan?" ucap Dikta. Mereka semua menatap ke arah cowok itu.
"Bisa jadi, Dik. Padahal, kita semua udah sepakat untuk nggak saling ganggu 'kan?" sahut Buana yang mulai serius. "Tapi, apa nyatanya? Mereka gangguin kita duluan, bahkan nyerang WABAJA."
"Pasti nih, pasti ulah Andreas bukan yang lain!" ujar Rafael menggebu-gebu, "kita harus serang balik, enak aja dari kemaren kita diserang mulu. Masalah udah padam mau mereka panasin lagi?!"
"Kita gak bisa diem. Kalau kita diem aja, harga diri Eagle bakal terinjak-injak!" Dikta mulai kepanasan, "Bos, ayo kumpulin anak-anak! Kita serang balik Rajawali!"
"Lo jadi, mau ngehubungin Devan ketua Revolver, Ga? Mereka terkenal beringas kan kalau masalah war gini? Pasti kita menang, sih," ucap Buana menyikut Sangga.
"Gue masih belum yakin ini ulah Rajawali," Sangga berucap datar sembari menatap teman-temannya bergantian.
"Duh, lo mikir apaan sih, Bos? Siapa lagi musuh kita selain Rajawali? Gak ada kan! Udah jelas, surat berdarah itu ulah Rajawali!" kata Rafael kekeh.
Sangga hanya diam. Ada satu hal yang membuatnya ragu, bahwa surat tersebut bukan ulah anak Rajawali melainkan orang lain. Karena tanpa sahabatnya tahu, hari ini Sangga sudah mendapatkan terror dan berasal dari inisial yang sama.
Sebuah foto polaroid berisikan foto Sangga dengan seorang perempuan, dan foto tersebut dilumuri cairan seperti darah dan terdapat tulisan di baliknya.
Hari yang menyenangkan di festival tahunan
-AMaka dari itu Sangga yakin, orang yang menerrornya adalah orang yang sama dengan orang yang mengirim tawon ke ruang kepala sekolah, dan ular berbisa ke anak-anak cheerleaders.
***
"Kita ke Mall yuk, Cla! Refreshing, abis bersihin toilet lantai 3. Biar lo juga gak bete-bete amat sama masalah hari ini," ajak Tari. Ketiga gadis itu tengah berjalan di koridor, menuju ke parkiran khusus untuk mobil karena mereka berangkat menggunakan mobil milik Clarissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangga
Teen FictionSangga diliputi penyesalan luar biasa saat mantan kekasihnya memutuskan untuk bunuh diri. Ia tidak pernah menganggap Aurora mati karena jenazah gadis itu belum ditemukan. Tepat dua minggu setelah kejadian bunuh diri itu, Aurora kembali, sebagai soso...