"Jangan pernah bergantung pada siapapun, karena bayanganmu saja akan meninggalkanmu saat gelap."
***
"Selamat malam, Nona Agatha." Moriz menyambut kedatangan Agatha yang baru saja sampai setelah lelaki itu memintanya untuk datang ke rumah.
"Ada info apa sampai aku harus ke sini, Moriz? Kamu tahu kan, aku saat ini sedang menjadi Aurora? Terlalu banyak bertemu denganmu, atau yang lain tidak menutup kemungkinan ada yang melihat," ucap Agatha sedikit kesal.
"Nona, saya ingin memberikan informasi penting," ucap Moriz. Lelaki itu memberikan sebuah amplop cokelat pada Agatha.
Agatha menatap amplop itu dan Moriz bergantian, kemudian meraihnya. "Apa ini?"
"Silakan Nona lihat sendiri," sahut Moriz. Agatha kemudian membuka amplop itu.
Matanya membulat, saat melihat sebuah foto yang ada di dalam amplop itu. "I-ini, si-siapa?" tanya Agatha gugup.
Moriz menatap Agatha, seolah ia tidak tahu. "Saya masih menyelidiki siapa laki-laki itu, Nona."
Foto itu menunjukan seorang lelaki dengan hoodie hitam yang menutupi separuh tubuhnya sedang berjongkok di makam Aurora. Agatha tidak mengenalinya, karena foto itu diambil dari belakang.
"Bagaimana bisa, ada orang yang berkunjung ke makam itu, Moriz? Nama di makam itu adalah nama Agatha Julia, bukan Aurora." Agatha menoleh ke arah Moriz dengan tatapan heran. Tidak ada yang tahu menahu siapa itu Agatha Julia, lantas mengapa ada yang berkunjung ke makam yang berisikan Aurora itu?
"Atau mungkin lelaki itu salah berkunjung, Nona? Nama Agatha Julia tidak hanya satu di sini, lagi pula kenapa makam Nona Aurora tidak ditulis dengan namanya sendiri?"
"Sampai misi balas dendam ini selesai, dan aku berhasil mengungkap apa yang sebenarnya terjadi, baru makam Aurora akan menggunakan nama aslinya. Saat ini biar saja nama Agatha Julia yang tertera di sana, nama masa kecilku." Agatha melayangkan tatapan serius ke arah Moriz, "Ayah belum tahu ini, kan?"
Moriz menggelengkan kepalanya. "Tuan Fachri sedang berada di Dubai, Nona. Ia sedang mengejar sekelompok penipu yang sudah mengambil Lamborghini Veneno Roadster milik tuan Fachri."
Agatha menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa Ayah bersusah payah mengejar sendiri pelakunya? Dia kan punya banyak anak buah."
"Karena mobil tersebut adalah kesayangan Tuan Fachri, ia harus berebut dengan Pangeran Dubai untuk mendapatkannya," jawab Moriz yang membuat Agatha mengangguk paham.
"Ada info lain? Aku harus segera kembali ke rumah sebelum Mama sadar," ucap Agatha.
Moriz menggeleng. "Anda perlu diantar, Nona?" tanya Moriz dan Agatha mengangguk sebagai jawaban.
"Nona Agatha ingin diantar dengan Porsche hitam, Ferarri merah, Mercedes Benz abu-abu, Lamborghini emas, McLaren silver-"
"Moriz, Moriz," Agatha mengangkat tangannya untuk menghentikan ucapan Moriz. "Apa kita tidak punya mobil keluarga seperti Avanza? Atau Inova? Yang lebih manusiawi untuk aku jadikan alasan diantar naik taksi online?"
Moriz nampak berpikir. "Hmm, ada satu saya rasa Nona."
"Mobil apa?"
"Alphard? Seperti mobil keluarga," sahut Moriz yang membuat Agatha menepuk jidat.
***
"Rora?"
Agatha tersentak, kaget karena Anita memanggilnya. Cewek itu diam-diam masuk ke dalam rumah karena takut ketahuan dan ditanyai banyak hal, terutama jika ia bertemu Clarissa.
Cewek itu membalikkan tubuhnya, menghadap Anita yang sudah berdiri di depannya dengan tatapan penuh selidik. "Dari mana?"
"Tadi Mama lihat kan, aku pergi sama Sangga?" sahut Agatha, tadi dia memang pergi dengan Sangga kan? Walaupun saat pulang, gadis itu pergi lagi ke rumahnya.
"Mama lihat kamu pergi lagi waktu Sangga antar kamu pulang, tadi kamu naik taksi online? Ke mana?" Anita menatap penampilan Agatha dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Agatha berpikir keras untuk mencari alibi, namun belum sempat ia menjawab, Anita kembali berbicara lagi. "Kamu nonjok Clarissa di sekolah?"
"Dia ngadu?" sahut Agatha, cewek itu berdecak. Dasar anak manja!
"Mama ditelepon pihak sekolah. Kenapa kalian berdua?" tanya Anita lagi.
"Sejak kapan sih, Mama peduli? Biasanya, mau aku hidup atau mati juga Mama sebenarnya gak pernah peduli, kan? Jadi, buat apa sekarang mama nanya hal gak penting kayak gini?" sahut Agatha kesal, amarahnya tidak terkontrol saat ingat dengan sosok Anita yang tidak pernah perhatian dengan Aurora ataupun dirinya.
Anita merasa cukup tertampar, wanita itu tidak marah namun ia melangkah mendekati Agatha. "Mama tahu ini terlambat, Nak. Tapi, boleh mulai sekarang Mama mau menjadi Ibu kamu seutuhnya? Mama sudah cukup dengan kehilangan dan pengesalan, Ra."
"Kenapa baru sekarang, Ma? Apa gunanya menyesali perbuatan jahat pada mereka yang sudah mati?" ucap Agatha dalam hatinya.
"Kenapa Mama tiba-tiba berubah?" tanya Agatha, dengan nada pelan karena menahan amarah.
"Mama tidak mau kehilangan lagi, Ra." Bola mata Anita mulai menampilkan kristal bening, raut wajahnya yang biasa keras kini mulai melunak. Tatapan penuh kasih sayang yang terakhir kali Agatha lihat sepuluh tahun lalu, saat semuanya masih baik-baik saja.
Agatha membuang wajahnya ke arah lain, hatinya masih sangat keras untuk memaafkan dan menerima ibunya secepat itu. Setelah semua yang terjadi. Jangan lupakan, Anita juga salah satu orang yang membuat Aurora mengakhiri hidupnya.
"Maafkan Mama ya, Ra?" ucap Anita. Wanita itu melangkah maju, menarik Agatha ke dalam dekapannya.
Sejenak Agatha terdiam, sudah sangat lama ia tidak merasakan pelukan hangat dari ibunya. Sebuah pelukan yang sebenarnya sangat ia rindukan, namun rasa itu ia tepis jauh-jauh saat mengingat segala perbuatan ibunya yang membuat keluarga mereka hancur.
"Mama sayang dengan Aurora," ucap Anita, tangannya bergerak untuk memindahkan rambut Aurora ke samping kanan.
Benar. Anita sedang mencari sesuatu di leher Aurora. Dan di saat wanita itu menemukan sebuah tanda lahir, matanya membulat sempurna dan pelukannya pada Agatha semakin erat.
"Mama juga sayang sekali dengan Agatha."
•SANGGA•
AKHIRNYA UPDATE LAGI!!! UDAH PADA LUPA YA SAMA CERITA SANGGA😭😭😭? DOAIN AKU BISA SELALU UPDATE DENGAN LANCAR YA❤️❤️❤️
NEXT? 3K komen boleh? Gak banyak nih😝❤️❤️❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangga
Teen FictionSangga diliputi penyesalan luar biasa saat mantan kekasihnya memutuskan untuk bunuh diri. Ia tidak pernah menganggap Aurora mati karena jenazah gadis itu belum ditemukan. Tepat dua minggu setelah kejadian bunuh diri itu, Aurora kembali, sebagai soso...