Bab 6 : Kebetulan

338K 29.1K 6.2K
                                    

"Kesalahan itu seperti sebuah noda. Sekecil apapun, akan terlihat dan dianggap masalah besar."

***

"Lo udah belum, Cla?"

"Duluan aja, gue mau pipis," sahut Clarissa saat Gita bertanya. Mereka berdua sedang berganti baju di toilet, untuk latihan Cheerleaders.

"Yaudah, gue sama Tari duluan ya, Cla," ucap Gita. Gadis itu kemudian pergi bersama Tari menuju lapangan basket, meninggalkan Clarissa sendiri di toilet.

Clarissa menyelesaikan kegiatannya, lalu hendak bergegas keluar dari dalam bilik toilet. Namun, kegiatannya terhenti saat pintu itu tidak dapat terbuka. Padahal, kuncinya berada di dalam.

"Gita, Tari, lo berdua nyari mati?" ucap Clarissa galak, pasti dua orang itu sedang mengerjainya.

Clarissa menarik daun pintu dengan keras, berusaha agar pintu toilet itu terbuka. Namun usahanya gagal, karena pintu itu seperti ditahan dengan sangat kuat dari luar.

"Gita, Tari!" Teriak Clarissa mulai gemas. Tangannya mulai sibuk menggedor-gedor pintu toilet. "GITA, TARI, BUKA!!!"

Saat tengah sibuk mendumel dan berteriak, kegiatan itu harus berhenti sejenak karena suara telepon Clarissa menginterupsi. Gadis itu mengangkat ponsel yang ia genggam, kemudian mengernyit saat nomor asing yang menelepon.

Clarissa mengernyitkan mata, kemudian mengangkat telepon itu. "Siapa, nih?"

Seketika seluruh bulu Clarissa berdiri, karena pertanyaannya dijawab oleh suara tawa melengking. Mata gadis itu membulat, kaget karena suara tawa itu.

"Ini siapa, anjir?" ucap Gadis itu mulai kesal. Belum cukup masalah terkunci di toilet, gadis itu harus dihadapi dengan penelepon misterius sekarang.

"Clarissa ...." suara itu terdengar menyeramkan, bagai suara kuntilanak di film horror.

"Lo Gita, ya? Anjing ya lo, Git! Maksud lo apaan ngerjain gue?" hardik Clarissa.

"Ha ha ha ha ha ...." suara misterius itu semakin terdengar menyeramkan saat ia tertawa. "Kamu suka gelap, Clarissa?"

Dan tiba-tiba lampu toilet mati. Membuat suasana semakin seram dan tegang saat ini. Clarissa mulai mengambil langkah untuk mundur dari pintu, gadis itu mencengkram erat ponsel yang ia tempel di telinga kanannya.

"Nggak lucu, anjing. Lo siapa?!" Teriak gadis itu di speaker ponselnya.

"Kamu suka ular, Clarissa?"

Clarissa terdiam. Gadis itu segera membuka flash handphone-nya. Siapapun yang meneleponnya saat ini, orang itu pasti psikopat!

"Gila, lo nggak waras!" Clarissa berteriak, gadis itu segera mematikan teleponnya.

Dengan tangan bergetar, Clarissa segera mencari nomor Gita untuk ia hubungi. "Gue harus telepon Gita sekarang."

Mata Clarissa sejak tadi tidak bisa diam, ia sibuk melihat ke arah lantai, atau langit toilet. Takut jika penelepon misterius itu benar-benar mengiriminya ular.

Tubuh Clarissa bergetar, ia tidak pernah setakut ini. Gadis itu menggigit kuku ibu jarinya, sambil menunggu Gita mengangkat telepon darinya. Siapapun yang berbuat seperti ini, Clarissa pastikan hidupnya tidak akan tentram.

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang