Bab 26 : Fakta baru

25.3K 3.7K 1.8K
                                    

"Ku kira, di dunia ini hanya aku yang paling mencintaimu. Ternyata aku salah."

***

"Agatha?"

Agatha terkejut saat Sangga ada di hadapannya, gadis itu lupa ia dan Zein sedang berada di lingkup rumah sakit dan dekat dengan ruangan Aurora. Tentu saja ia dapat bertemu dengan Sangga tanpa sengaja seperti saat ini.

Agatha buru-buru memperbaiki ekspresinya. "Maaf, salah orang."

Gadis itu ingin melenggang pergi, namun tangan Sangga dengan cepat menahan pergelangan Agatha. Membuat langkah gadis itu terhenti, ia menoleh ke belakang, pada tangannya yang kini digenggam oleh Sangga.

Namun, tidak sampai beberapa detik Zein segera menepis kasar tangan Sangga dari Agatha. Zein mengeluarkan tatapan sinisnya seraya menatap Sangga.

"Don't touch my girlfriend," ucapnya dengan aksen british khas, penuh penekanan.

"Sorry." Sangga menatap Zein, lalu mengalihkan pandangannya pada Agatha.

"Gue tau itu lo, Agatha. Gue gak berniat ganggu lo, di sini gue cuman mau Aurora aman. Kehadiran lo di sini, semakin bikin gue yakin kalau ada yang gak beres di sini," jelas Sangga, pandangannya kemudian beralih pada Zein.

"Gue gak bermaksud apapun ke Agatha. Di dalam sana ada cewek yang gue cinta dan gue siap kasih nyawa gue untuk keselamatan dia. Jadi, apa kita bisa bicara? Ini untuk Aurora." Terlihat kesungguhan di raut wajah Sangga.

Agatha menghela napasnya. Ia menatap ke arah Zein. "Sayang," kemudian bola matanya beralih pada Sangga, "ku rasa kita harus berbicara dengannya."

Zein tadinya ingin menolak, namun Agatha baru saja memanggilnya 'sayang' di depan Sangga. Hal yang sangat jarang Agatha lakukan karena gadis itu selalu memanggil Zein dengan namanya. Hati Zein sedikit melemah.

"Aku akan menelepon Moriz untuk menyiapkan ruangan," ucap Zein. Lelaki itu hendak beranjak pergi untuk menghubungi Moriz.

Zein menepuk sekali pundak Sangga, lalu berbisik. "Saya tidak percaya lelaki manapun yang berasal dari masalalu Agatha. Remember this, Bro. She is mine."

Sangga hanya membalasnya dengan senyum tipis. Zein sepertinya begitu takut bahwa Sangga akan dekat dengan Agatha.

Padahal, perasaan Sangga untuk Agatha sudah lama ia matikan. Sejak Agatha memilih untuk pergi, tidak ada lagi tempat untuk Agatha di sana.

Karena seluruh hati Sangga sudah terisi penuh, oleh Aurora.

***

"Gue gak pernah bertukar posisi dengan Aurora, Sangga."

Pernyataan Agatha itu jelas membuat Sangga terkejut. "Jadi, selama ini yang sama gue memang Aurora? Tapi, kenapa sikapnya beda?"

"Mudah untuk membuat Aurora jadi seperti itu. Kami punya tujuan, dan Aurora memang selama ini menganggap dirinya adalah Agatha." Agatha mulai menjelaskan, meskipun ia dan Zein saat ini sedang mencurigai Sangga.

"Tapi, kenapa? Kenapa kalian membuat Aurora menganggap dirinya Agatha?"

"Aurora harus menjadi Agatha agar dia bisa melindungi dirinya sendiri," sahut Zein, nadanya sedikit ketus.

Sangga menggeleng tidak mengerti. "Tapi, kenapa? Ada gue, ada ratusan anak Eagle yang siap melindungi Aurora."

"Anda dan ratusan anak geng itu, ke mana saat Aurora difitnah?" tanya Zein menohok, berhasil membuat Sangga terdiam.

"Ada lagi yang ingin kamu tau?" tanya Agatha datar.

"Kalau lo dan Aurora sama-sama masih hidup, lalu yang di makam dengan nama Agatha Julia itu siapa?" Sangga terlihat bingung.

Agatha dan Zein saling tatap, akhirnya mereka menemukan siapa sosok lelaki berhoodie hitam di makam palsu itu. Ternyata Sangga.

"Makam palsu, dibuat agar Aurora semakin yakin kalau dia adalah Aurora palsu. Dan di makam itu adalah Aurora asli yang dimakamkan dengan nama Agatha Julia," jawab Agatha, Sangga terlihat terkejut namun sekaligus lega.

"Apalagi yang mau anda tanyakan?" tanya Zein, masih sama sejak satu jam yang lalu nada bicara lelaki itu terdengar ketus.

Sangga diam, ia menatap Zein dan Agatha bergantian. Raut wajahnya semakin serius. "Apa hubungan kalian dengan wanita berinisial A yang sudah menebar terror di sekolah?"

"Sollen wir das beantworten?" tanya Zein pada Agatha, sengaja menggunakan bahasa Jerman agar Sangga tidak mengerti.
(Haruskah kita memberitahunya)

Agatha mengangguk. "Ja, wir können es von hier aus beurteilen."
(Ya, kita bisa menilainya setelah itu)

Sangga berdehem. "Also, zwischen euch beiden. Wer will es mir segen?"

Agatha dan Zein saling pandang, keduanya terkejut karena Sangga ternyata mengerti apa yang mereka ucapkan.

SANGGA

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang