"Untuk melupakan seseorang, kita membutuhkan seseorang, bukan?"
***
Aurora tengah menatap datar layar ipad di genggamannya. Cewek itu baru saja membuka email dari seseorang, yang menampikan sebuah foto. Sebuah foto yang memancing gejolak amarah di dalam diri Aurora saat ini.
Tidak lama, layar ipad gadis itu menampilkan panggilan video call masuk dari seseorang. Aurora memutar bola matanya jengah, mengembuskan napasnya kasar setelahnya menggeser icon hijau di layar ipadnya tersebut.
Panggilan video itu tidak menampilkan wajah sang penelepon, melainkan sosok lelaki yang sedang bersama seorang perempuan. Keduanya nampak sedang berbincang santai, padahal sebelumnya Aurora mendapati foto keduanya tengah berpelukan.
"Kamu lihat ini?" tanya sang penelepon misterius itu, entah ia menggunakan alat apa namun suaranya terdengar seperti tikus terjepit.
"Gue punya mata," sahut Aurora malas.
"Menurut kamu, apa yang harus saya lakukan pada mereka berdua?" tanya orang itu.
"Jangan sentuh Sangga, itu perjanjiannya," tekan Aurora.
"Mungkin sedikit menyentuhnya sudah cukup," ucap Sang misterius sembari tertawa puas.
Raut wajah Aurora berubah marah, cewek itu menampilan seluruh wajahnya ke depan kamera agar sang penelepon tahu bagaimana emosinya saat ini.
"Lo berani langgar perjanjian kita, gue akan bongkar semuanya!" ucap perempuan itu dengan nada mengancam.
"Mungkin kamu lupa, kalau kamu membeberkan semuanya itu berarti kamu membuka rahasiamu sendiri." Orang itu tertawa puas meledek.
"Gue nggak peduli. Kalau lo langgar perjanjian kita, gue juga akan langgar. Gue masuk ke jurang, lo juga masuk ke jurang," balas Aurora tidak takut.
Di seberang sana, penelepon misterius itu kembali tertawa puas. "Ini yang saya suka dari kamu, berani."
"Gue peringatin lo, Miss A." Suara Aurora memelan, namun terdengar seperti nada peringatan, "jangan sentuh mereka yang gue tandai, termasuk Sangga."
"Rora?"
Aurora terkejut saat mendengar suara ibunya, cewek itu refleks mematikan sambungan video call dengan Miss A. Matanya membulat sempurna karena kaget, namun cewek itu buru-buru menetralkan wajahnya agar tidak nampak di depan sang Ibu.
"Ma-mama?" Cewek itu menoleh ke arah ibunya yang berjalan menghampirinya, dengan Ayah tirinya mengikuti.
"Kamu ngomong sama siapa?" tanya Anita penuh selidik.
Bola mata Aurora sibuk menari, mencari sebuah alasan logis untuk menjawab pertanyaan ibunya. Gadis itu kembali mendongak ketika ia mendapatkan jawaban.
"Nggak ngomong sama siapa-siapa kok, Ma. Aku abis nonton film tentang pelakor, gemez pengen hajar pelakornya," sahut Rora diakhiri dengan senyum paksa di akhir kalimatnya.
Melihat perubahan ekspresi di wajah ibu dan ayahnya, lantas membuat Aurora mengutuk dalam hatinya.
Ibunya kan juga seorang pelakor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangga
Teen FictionSangga diliputi penyesalan luar biasa saat mantan kekasihnya memutuskan untuk bunuh diri. Ia tidak pernah menganggap Aurora mati karena jenazah gadis itu belum ditemukan. Tepat dua minggu setelah kejadian bunuh diri itu, Aurora kembali, sebagai soso...