Hai semua. Tolong baca ini karena ini penting, terutama yang mirip-miripin cerita Sangga dengan School 2015.
Aku akui menulis Sangga terinspirasi dari Real Life teman aku, Drama korea School 2015 dan Drama Korea Live On yang semuanya tentang pembullyan dan balas dendam. Berhubung di dunia nyata aku sendiri aku pernah berada di situasi itu, maka dari itu aku tulis cerita Sangga.
Tapi tolong, jangan dimiripkan. Konflik di sini beda, dan peneror di sini pun beda. Semua karakter di sini banyak yang berbeda, tolong stop bilang mirip karena aku memang terinspirasi dari sana.
TAPI HANYA BAGIAN PEMBULLYAN DAN BALAS DENDAM, SISANYA ADALAH IDEKU DAN KERJA KERASKU.
Terima kasih.
***
"Agatha."
Aurora menoleh begitu orang menyerukan namanya, sosok perempuan mengenakan pakaian serba hitam, topi hitam dan masker hitam. Hanya menunjukan bagian mata di wajahnya.
"Lo ngapain di sini?" tanya Aurora panik, pasalnya di luar sedang ada Sangga. Cowok itu bisa kapan saja masuk.
"Saya hanya ingin memastikan keadaanmu baik-baik saja, Agatha," ucap sosok Miss A. Dari balik masker hitamnya, Aurora tahu bahwa wanita itu sedang tersenyum ke arahnya.
"Pergi sebelum Sangga datang!" ucap Aurora mengusir wanita itu.
"Saya yang lebih tahu situasi di sini daripada kamu, Agatha. Berhenti memerintah saya, ingat saya bosnya di sini." Miss A terdengar marah dari nada bicaranya.
Aurora berdecak kesal. "Lo-"
Belum sempat Aurora menyelesaikan ucapannya, Miss A tiba-tiba berlari menuju ke arah jendela besar di ruangan itu dan menurupi dirinya dengan sebuah gorden besar yang menggantung di sana.
Aurora mengernyitkan dahinya, bingung. Namun, ia segera paham mengapa wanita itu bersembunyi di sana. Karena beberapa detik kemudian, Sangga sudah kembali ke ruangannya.
"Ra, ada kabar baik. Lo udah boleh pulang hari ini," ucap Sangga dengan senyum lebar.
"Oh, iya? Kapan?" tanya Aurora sedikit gugup, takut kalau Sangga menyadari ada orang lain di dalam ruangan ini.
"Sekarang. Infuss lo udah dilepas dan administrasi udah gue urus, kita bisa pulang sekarang. Gue beresin barang-barang lo dulu, ya." Sangga tersenyum lebar pada Aurora. Cowok itu berjalan mengelilingi brankar Aurora, menuju sebuah nakas yang berada di seblah brankar cewek itu.
Sangga berjongkok, membuka lemari kecil yang berisikan beberapa barang Aurora. Namun, kegiatannya berhenti dan cowok itu segera beranjak dari posisinya.
"Gelap," ucap cowok itu saat berdiri. "Tumben gordennya ditutup? Gue buka, ya."
"Sangga!" panggil Aurora panik, cewek itu refleks menahan pergelangan tangan Sangga agar tak membuka gorden.
Kalau sampai Sangga membukanya, cowok itu akan menemukan Miss A di sana dan semua rencana yang telah Aurora dan Miss A rencanakan akan hancur berantakkan.
Sangga memutar kepalanya, menatap ke arah Aurora. "Kenapa?"
Aurora menggigit bibir bawahnya. Bola mata gadis itu berputar, sibuk mencari alasan agar tidak terlihat mencurigakan. Sebuah ide gila muncul di kepalanya, Aurora kembali menatap ke arah Sangga.
"Lo mau meluk gue, nggak?" tawar cewek itu.
"Tumben?" tanya Sangga, cowok itu mendekat kemudian meletakkan punggung tangannya ke dahi Aurora. "Gak panas, sih. Abis kepentok tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangga
Teen FictionSangga diliputi penyesalan luar biasa saat mantan kekasihnya memutuskan untuk bunuh diri. Ia tidak pernah menganggap Aurora mati karena jenazah gadis itu belum ditemukan. Tepat dua minggu setelah kejadian bunuh diri itu, Aurora kembali, sebagai soso...