35.

10K 1.3K 242
                                    


“Ini alasan kenapa Mama gak pernah suka lihat Jane dekat-dekat sama kamu!” Sandara memandang Jungkook penuh kecewa, wanita itu sibuk menenangkan Kookie yang masih terengah-engah dengan sisa tangisnya.

Jungkook memijit pelipis pelan, ia menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. “Ma ... Jungkook gak tau kenapa Kookie bisa bareng sama Jane,”

“Mau sampai kapan kamu bertahan sama Jane? Mama tau dia itu sahabat kamu, dulu juga kamu perlakuin Hellen kayak gini, Mama gak mau Lisa ngalamin hal yang sama cuman gara-gara Jane!”

“Sekarang, Mama tau kenapa Hellen gak mau kalau Jane dekat-dekat sama keluarga kita.” Sandara mengangkat kaki kanan Kookie, memperlihatkan kulit lebam bocah tersebut yang nampak sangat jelas dikulit putihnya.

Jungkook yang melihatnya sontak berdiri, lelaki itu mengeram kesal dengan kepalan tangan yang begitu kuat, menatap bekas cubitan Jane dikaki sang anak. “Kookie ...?” panggilnya pelan.

Kookie menoleh takut ke arah Jungkook, namun saat melihat tatapan penuh amarah dari Jungkook membuat bocah tersebut kembali menenggelamkan wajah ke ceruk leher Sandara.

“Tante Jane ngapain aja sama kamu?” kali ini Sandara yang bertanya, nadanya lembut tak seperti Jungkook.

“Kookie ... dhi cuhbit, telus, Kookie ... dhi malahin cama tante Jane.” jawab Kookie dengan tersendat-tersendat, sebab tak kuasa menahan sisa tangisnya.

“Kenapa Kookie bisa bareng sama Tante Jane?” Sandara bertanya lagi.

“T-tahdi ... Kookie lahgi mau behli bubul bahleng ... Bi Umi, telus, Tante Jane da-dateng.” jawab Kookie lagi, masih dengan nada kesusahannya untuk bersuara.

Sandara menatap Kookie begitu sendu, beda halnya dengan Jungkook yang tengah menahan amarah sebisa mungkin, wanita itu berbalik kemudian berjalan menghampiri nakas untuk mengambil sebuah buku berwarna merah muda diatas sana.

“Mina tadi datang bawa buku ini kesini, katanya dia nemu diruangan kamu.” ujar Sandara sembari menyodorkan buku tebal tersebut.

“Mama udah baca halaman terakhir, Mama harap kamu bisa paham apa maksud Hellen disana.” lanjutnya lagi, kemudian berlalu pergi membawa serta Kookie ke dalam gendongannya.

Jungkook menatap buku tersebut begitu rumit, membolak-balikannya hingga selembar foto terjatuh ke lantai, ia mengambil foto tersebut kemudian menatapnya kesal, foto yang memperlihatkan dirinya dan Seola.

ia membuka sampul buku tersebut, tepat dihalaman pertama, nama Hellen tertera disana. Sebuah buku harian milik Hellen.

Aku gak tau kenapa, kenapa dia selalu mentingin Jane, aku tau, aku paham, aku ngerti keadaannya, Jane adalah sahabatnya, wajar jika dia seperhatian itu pada Jane, tapi aku adalah istrinya, mengapa aku selalu diabaikan seperti ini? Sampai kapan aku harus menunggu?

Jungkook memejamkan mata begitu kuat, lelaki itu mendongak untuk menghalau air mata yang sebentar lagi luruh dari pertahanannya, setelah sekian lama mengapa ia baru menyadari kalau Hellen memang selalu terabaikan? Ia menjadi semakin bersalah.

Semua berubah ketika kabar kehamilanku diketahui oleh dia, dia senang, sama seperti ku, tentu saja. Aku harap dengan kedatangan anak pertama kami bisa membuat dia lebih dekat denganku, setidaknya aku ingin mendapat perhatian lebih dengan kehamilanku ini.

Jungkook tersenyum kecut, bayang-bayang tentang Hellen yang bersikap manja padanya membuat lelaki itu merasa sesak, ia membalik satu halaman lagi.

Aku senang, selama kehamilan ku, dia memang berubah, dia perhatian, dia menuruti semua keinginan ku. Hingga akhirnya dia harus keluar kota untuk pekerjaannya, aku sedikit tak rela, namun juga tak bisa menahannya.

Material Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang