31.

8.9K 1.3K 240
                                    


Jungkook hanya ingin mengutarakan apa yang ia rasakan selama ini, setiap hari, setiap jam, dan setiap menit selalu berusaha untuk melupakan Hellen, selalu memperingatkan dirinya sendiri bahwa Hellen sudah tak lagi bersamanya, namun tetap saja, kenangan tentang Hellen masih membekas jelas dibenaknya. Iya, Hellen masih hidup didalam hatinya.

Ia memejamkan mata erat, memukul setir mobil kemudian menyenderkan kepala ke sisi jendela, tat kala tangan kekar tersebut menjambak rambut hitam legamnya begitu kasar. Disaat ingin memulai hidup baru tanpa kenangan Hellen, ia justru harus diingatkan kembali oleh sosok tersebut karena ulah Lisa.

Ia sadar, perasaannya ini salah, perasaannya pada Hellen memang salah, ia bukan bermaksud untuk melupakan Hellen begitu saja, baginya, Hellen itu merupakan sosok yang tak akan mudah untuk dilupakan, ia hanya takut bahwa perasaannya tersebutlah yang membuat sang istri tidak tenang diatas sana.

Ia tahu, Hellen juga pastinya ingin jika Jungkook melanjutkan hidup baru tanpa hambatan, Jungkook sudah berusaha sebisa mungkin, hingga kedatangan Lisa membawa pengaruh yang cukup besar didalam kehidapannya yang suram, gadis itu berhasil memberi warna ke dalam hariannya.

Namun, entah mengapa ia menjadi tak suka, ketika Lisa kembali mengingatkannya pada Hellen.

Suara pintu mobil yang dibuka membuat Jungkook tersadar, ia melirik sekilas melalui ekor mata. Menatap Lisa yang baru saja masuk ke dalam mobil bersama Kookie ke dalam gendongannya.

Nampak jelas mata gadis itu sedikit membengkak, didukung dengan hidung sembabnya membuat Jungkook yakin, gadis itu menangis cukup lama didepan makam Hellen. Sedangkan Kookie? Bocah polos yang tidak mengerti apa-apa itu juga ikut merasa sedih kala melihat Lisa menangis, tangan mungilnya tak henti-henti mengusap pipi basah milik Lisa, berharap bahwa tiap tetes air mata yang menganak sungai itu berhenti mengalir.

“Kaka Incess ... Jangan nangis lagi, Kookie janji gak bakal ngelepotin Kaka Incess lagi.”

Lisa menarik nafas panjang, menatap Kookie penuh haru, ia jadi merasa bersalah, tidak seharusnya Kookie menyaksikannya menangis. “Gak papah kok, Kaka cuman kelilipan doang.”

“Papa celalu nyimpen obat tetes mata, waktu itu Kaka Incess pelnah ngobatin mata Kookie, makanya Papa celing nyimpen obat tetes mata.”

Lisa mencuri-curi pandang pada Jungkook begitu takut. “Gak usah, nanti juga sembuh sendiri.”

Kookie mengangkat tangannya ke atas, menepuk-nepuk jidat Lisa lembut kemudian mengecup kedua pipi gadis itu bergantian. “Kookie gak cuka liat Kaka kelilipan.”

Lisa tersenyum kecut, ia tahu maksud ucapan bocah tersebut, Kookie tak mau melihatnya menangis lagi. Jika begini, ia jadi semakin tak tega untuk menjauhi bocah polos yang berada dipangkuannya ini.

Namun, ia juga cukup sadar diri, ucapan Jungkook didepan makam Hellen tadi seakan menjadi kode keras baginya. Sejauh ini, ia pikir telah berhasil membuka pintu hati Jungkook. Hingga akhirnya, lelaki itu berhasil membuatnya tertampar kenyataan, bahwa ia tak akan mampu mengganti posisi Hellen.

Harusnya ia tahu sejak dulu, perilaku Jungkook yang selalu memerhatikannya. seharusnya ia sadar, selama ini ia hanyalah pelampiasan.

Sepertinya hubungan mereka tak akan seindah dulu lagi, mungkin, mengakhirinya sekarang juga adalah cara terbaik agar mereka tak merasakan sakit yang berkelanjutan.

***

“What?! Serius Jungkook ngomong gitu ke elo?!” pekik Yerin dengan mulut menganga, menatap tak percaya ke arah Lisa.

Lisa mengangguk pelan, memandang sahabatnya satu-persatu melalui layar laptopnya.

“Kalo menurut gue sih, ya. si duda kayaknya belum move on sama mendiang istrinya.” Yuqi ikut menyahut sembari mengetuk-ngetuk dagu dengan wajah sok berpikir.

Material Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang