30.

9.2K 1.3K 209
                                    


“Hallo, Jungkook?”

“Hallo, nona Lisa.”

Lisa menjauhkan ponselnya terlebih dahulu untuk melihat apakah nomor yang dihubunginya ini benar-benar nomor ponsel milik Jungkook, namun ketika mendengar suara Mina kembali menyapa gendang telinganya, gadis itu kembali menempelkan ponselnya ke telinga.

“Hallo mbak Mina, Jungkooknya ada?”

“Maaf nona, Pak Jungkook sedang sibuk,”

Lisa menghela nafas sejenak. “Ya udah, gak papah deh.”

Tuuutt ....

Panggilan itu terputus secara sepihak. Lisa hanya mampu memandangi layar ponselnya dengan tatapan sendu, akhir-akhir ini ia dan Jungkook jarang berbagi kabar. Selama ujian berlangsung, interaksi antaranya dan Jungkook benar-benar dibatasi, bukannya apa-apa, lelaki itu hanya ingin Lisa fokus pada pelajarannya.

Sepekan bahkan berlalu begitu cepat, ujian sudah berakhir beberapa hari yang lalu, Lisa sungguh tak menyadari akan hal itu. Ia masih terpikirkan oleh satu hal, yaitu ucapan Jane sewaktu mereka berbincang singkat dicafe tempo hari.

Disatu sisi, ia ingin memberikan kepercayaan penuh pada Jungkook, namun disisi lain, hatinya seakan berkehendak lain, meski terus memberi kata-kata penyemangat untuk dirinya sendiri, namun tetap saja, rasa sesak itu tak mau lepas kala ucapan Jane kembali terlintas dipikirannya.

Layaknya sebuah balon yang diisi terlalu banyak udara, sebentar lagi akan meledak sebab tak kuasa menahan udara didalam sana terlalu lama, namun tetap saja mempertahankan balon tersebut. Iya, Lisa ingin mempertahankan hubungan ini, ia tak mau ada keretakan sedikitpun pada hubungan antara dirinya dan Jungkook, namun tetap saja, hal yang ditakutkannya tetap terngiang dipikiran dan benaknya.

Ia hanya takut semua ini hanyalah kebohongan semata. Bahwa pada kenyataannya, ia hanyalah wanita yang mengisi kekosongan dari wanita lain dihati satu lelaki. Ia hanyalah pelampiasan.

Gadis itu merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur, menatap langit-langit kamar dengan pandangan menerawang. Ia baru saja berbincang sebentar bersama Giana, Mamanya itu menawarkan beberapa universitas bagus untuknya kuliah nanti, namun belum ada satupun yang ia pilih. Pilihan terakhir datang dari Hyunjoon, kali ini Papanya menawarkan dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke LA.

Namun hasilnya tetap sama seperti jawaban yang ia beri pada Giana. Gadis itu belum siap untuk memilih universitas mana yang ingin ia masuki nanti.

Lisa beringsut dari tempat tidurnya kala mengingat sesuatu, ia menggapai tas ransel miliknya yang sempat ia taruh diatas sofa, mengobrak-abrik isinya guna mencari sesuatu didalam sana, gadis itu menghentikan pergerakannya kala tangannya mendapati sesuatu, tepat seperti yang ia duga, lembar foto itu ternyata masih ia simpan didalam tasnya.

Gadis itu bersandar ke sisi tempat tidur, memandangi foto milik Jungkook dan Hellen cukup lama. Tak urung ia membenarkan ucapan Jane, ia memang memiliki wajah yang sangat mirip dengan Hellen, hal tersebut semakin memperkuat dugaan bahwa dirinya hanyalah pelampiasan ketika Jungkook sedang merindukan Hellen.

Ponsel yang ia taruh diatas tempat tidur tiba-tiba saja berdering. Dengan sangat malas, gadis itu meraba-raba sprey tempat tidur guna mencari benda pipih kesayangannya yang sempat ia hempaskan ke atas sana. Panggilan telepon atas nama Jungkook tertera dilayar ponselnya, membuat Lisa segera menggeser icon hijau.

“Hallo, Mina bilang kamu sempat nelpon aku tadi?”

Suara berat Jungkook menyapa indra pendengaran Lisa, gadis itu menghela nafas sejenak, berusaha untuk mengesampingkan permasalahannya terlebih dahulu. “Iya, aku tadi sempat nelpon kamu.”

Material Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang