34.

10K 1.3K 245
                                    


Lisa menghela nafas lelah, hari ini cukup berat bagi gadis itu, hanya bertemu beberapa kali dengan Jungkook namun entah mengapa ia merasa terbebani akan pertemuan tersebut, sejauh ini ia sudah berusaha untuk melupakan Jungkook, dengan cara menghapus kenangan lelaki itu sedikit demi sedikit. Namun apa daya, ternyata hanya dalam hitungan detik bertatap muka dengan Jungkook mampu membuatnya kembali merasakan hal yang sama seperti dulu, hati kecilnya menyuruh untuk memaafkan Jungkook.

Tangannya bergerak menggapai gagang pintu rumah kemudian segera memasuki rumah tersebut, pandangan yang sedari tadi berfokus ke sepatu pink miliknya seketika teralihkan saat mendengar suara Giana yang tengah menyambut kedatangannya dengan wajah acuh.

“Oh, kamu udah pulang? Kirain bakal nginap lagi dirumah Rose,” ujar Giana sewot.

Gadis dihadapannya ini bertanya balik dengan nada cetus. “Emang salah gitu kalo Lisa pulang ke rumah sendiri?”

“Jawab aja terus!”

Lisa mengerucutkan bibir karena sebal, ia lelah untuk meladeni ujaran bernada sinis dari Mamanya itu, ketika kaki gadis itu hendak melangkah menuju kamar, Giana kembali menyahut membuat pergerakannya terhenti.

“Mending kamu ke dapur sekarang,”

Lisa menoleh dengan dahi mengerut bingung. “Emang kenapa?”

“Gak usah banyak nanya deh kamu,” cetus Giana membuat Lisa mendengus kesal.

Gadis itu dengan ogah-ogahan berjalan malas ke arah dapur untuk menuruti perintah sang Mama, sekalian ia juga akan mengambil segelas air minum untuknya sebelum tidur nanti. Namun saat hendak mengambil gelas yang berada ditengah meja makan, pandangannya langsung teralihkan pada Jin dan sesosok lelaki yang nampak tak asing sedang tertawa terpingkal-pingkal didekat meja makan.

“Bambang!” jeritnya gembira, kemudian berlari kegirangan dan memeluk Bambam dari belakang dengan kedua kaki yang melingkar sempurna ditubuh lelaki itu.

“Kenapa gak ngabarin kalo mau datang ke sini, nyet?!”

Suara melengking milik Lisa bukanlah masalah lagi bagi seorang Bambam, ia sudah terbiasa dengan tingkah laku sahabatnya itu, memang tak pernah berubah. “Kenapa? Lo mau gantungin yasin dipintu rumah lagi kayak waktu itu?”

“Tau aja lo.” Lisa menyengir sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal kala mengingat moment tersebut, saat terakhir kali Bambam berkunjung ke rumahnya.

“Lo gak bawa sesuatu gitu buat gue?” tanyanya lagi dengan pandangan menelisik mencari sesuatu dari Bambam.

“Nggak,” jawab Bambam acuh tak acuh.

Lisa memutar bola mata malas, ia turun dari punggung Bambam kemudian menatap lelaki itu malas. “Gak guna banget gue temenan ama lo, gak bisa dimanfaatin emang,” ujar gadis itu begitu jahat, Jin yang sedang memotong sayuran sontak mendelik tajam mendengar penuturan sang adik.

“Muka pas-pasan, sok-sokan pengen jadi matre!” cibir Jin membuat Lisa meliriknya malas.

“Muka lo tuh yang pas-pasan!”

Bambam hanya terkekeh pelan, lelaki itu duduk ke atas meja sembari menggapai sebuah apel yang terletak tak jauh dari posisinya, kemudian menggigit buah tersebut. “Ke pameran aja,”

“Malam ini ada pameran?”

“Hm,”

“Tapi janji, lo yang traktir?” tanya Lisa memastikan.

“Iya setan! Matre banget sih lo!”

***

Jungkook menyibak-nyibakan rambut basah miliknya menggunakan handuk berukuran kecil sembari menatap kosong ke arah luar jendela yang menampakan langit gelap. Pikiran lelaki itu benar-benar kalut, berusaha kembali mengingat tentang apa yang membuat Lisa begitu marah padanya.

Material Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang