04.

9.9K 1.3K 124
                                    

Jungkook mendengus pelan. Harapan untuk mengadakan pesta meriah kini pupus sudah. Jungkook terjebak ditengah-tengah kebosanan akibat ulah Sandara.

Mamanya itu ternyata serius akan ucapannya tadi sore. Malam ini—tepatnya dipesta perayaan kontrak baru perusahaannya, Jungkook dipertemukan dengan sosok wanita yang merupakan anak dari salah satu teman Sandara.

Wanita bernama Nana itu tak bisa berhenti tersenyum saat duduk berdampingan dengan Jungkook. Mata agak sipit, hidung mancung dan kulit putih bagai porselen, juga rambut pirang yang hampir sama dengan warna kulitnya. Ya, harus Jungkook akui, Nana memang cantik, mamun sayangnya ia tak merasa tertarik barang sedikitpun pada Nana.

Terlebih lagi Kookie, anak yang sedari tadi sibuk dengan dunianya, duduk dipangkuan Sandara sembari bermain pesawat-pesawatan dengan tangannya sendiri, anak itu bahkan tidak peduli, dan hanya menjawab dengan sopan setiap pertanyaan dari Nana.

Jungkook tidak buta, sangat mudah untuknya menebak bagaimana karakter wanita seperti Nana. Senyum yang Nana tunjukan untuknya dan Kookie sangat berbeda. Ketika Nana menatap Jungkook, senyum manis terpatri sangat lebar diwajahnya, beda dengan senyum yang ia beri Kookie, terlihat sangat dipaksakan.

"Jung ... Nana ini pramugari lho, selain cantik, dia pintar, dan karirnya pun gak main-main," tutur Rebbeca—Ibu kandung Nana, yang sangat berharap bahwa lelaki seperti Jungkook dapat menjadi menantunya.

"Nyesel lho kamu kalo sampe nolak Nana," sahut Sandara dengan kekehan pelan, ia sangat senang saat melihat tatapan tak suka yang ditunjukan Jungkook sedari tadi. "Kalian tuh cocok banget, udah deh, pertunangannya dipercepat aja gimana?"

Sepasang mata Jungkook membulat tak percaya. "Ma ...."

"Apa?" tanya Sandara dengan wajah tak berdosa. Ia tersenyum tipis, kemudian menoleh ke arah Rebecca. "Maaf ya sis, Jungkook kayaknya pengen ngomong sesuatu ke aku."

Rebbeca mengangguk paham, ia dapat memaklumi sikap Jungkook seperti ini.

"Jungkook 'kan udah bilang ke Mama, Jungkook itu gak suka dijodoh-jodohkan seperti ini, Jungkook bukan anak kecil lagi," ujar Jungkook tak habis pikir, menatap sang Mama dengan lamat-lamat.

"Mama tahu kamu gak suka sama perjodohan ini." Sandara menyidekapkan kedua tangannya, senyum samar-samar masih terpatri dibibir tipisnya. "Mama akan membatalkan perjodohan ini dengan mudah. Asal ...," ujarnya menggantung

Jungkook mengangkat sebelah alisnya. "Asal ...?"

"Asal kamu kenalin ke Mama, siapa wanita itu?"

"Wanita yang mana?" tanya Jungkook tak paham, kerutan bingung didahinya semakin tercetak jelas saat melihat Sandara mendengus. "Maksud Mama, wanita yang mana sih?"

Sandara memutar bola matanya malas. "Kamu pikir Mama gak tahu soal hubungan kamu yang selama ini disembunyiin?"

"Ma ... kali ini, Jungkook benar-benar gak paham sama maksud Mama."

"Wanita itu, Jungkook ... gak usah pura-pura gak tahu deh, Mama udah tahu semuanya, kamu gak perlu nyembunyiin hal ini lagi dari Mama!"

Kepala Jungkook rasanya ingin pecah, tidak mengerti sekaligus bingung harus menjelaskan seperti apa lagi pada Mamanya ini. "Ma ... Emang benar kalau Jungkook bisa nyari wanita sendiri, tapi bukan sekarang, dan wanita yang Mama maksud itu ... siapa sih? Jungkook gak ngerti, selama ini Jungkook sibuk, Jungkook gak sempat buat ngejalin hubungan sama wanita manapun."

Sandara membuka mulutnya, hendak kembali membalas ucapan Jungkook. Namun kedatangan Kookie membuat mulutnya kembali terkatup.

"Oma ...!" teriak Kookie sembari berlari dan menarik-narik tangan Sandara. "Isti balu Papa udah datang Oma, Mama balunya Kookie udah datang ...!"

Material Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang