16.

8.7K 1.2K 148
                                    


Lisa menarik nafasnya dalam-dalam, terasa sesuatu menyumbat pernafasannya, kepalanya juga terasa pening, entah udara pagi ini yang memang sangat dingin atau hanya dirinya lah yang kedinginan, gadis itu sedari tadi tak beranjak dari tempat tidurnya, ia bersembunyi dibawah selimut hingga membuatnya terlihat seperti sebuah kepompong raksasa.

Giana sudah memperingatkannya sejak subuh tadi untuk segera bersiap-siap ke sekolah, namun sampai saat ini gadis itu belum juga beringsut dari posisi rebahannya. Jangankan beringsut, mengangkat kepalanya pun terasa sangat sulit, kepalanya benar-benar berat, ia bahkan sempat berpikir bahwa Giana telah tega mengutuknya karena mempunyai kepala sekeras batu.

Ceklek ....

"Sasa?" panggilan kesayangan dari Giana membuat Lisa membuka kedua kelopak matanya, menatap sayu ke arah sang Mama, wanita dengan rambut tercepol tersebut berjalan menghampiri Lisa, ia duduk disisi ranjang Lisa, kemudian menaruh punggung tangannya ke dahi Lisa.

"Sa, kamu demam, abis main kemana aja sih sampe demam gini?"

Lisa terbatuk kecil beberapa saat, kemudian menjawab pertanyaan sang Mama dengan suara seraknya. "Kesan pertanyaan Mama tuh kayak lagi nyudutin Lisa deh, lagi demam lho anaknya ini."

Giana memutar bola matanya malas. "Ya abisnya, empat hari gak pulang-pulang, tiba-tiba sakit gini."

Lisa mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, berusaha untuk mengingat apa yang menyebabkannya bisa jatuh sakit seperti ini, gadis itu menghela nafas saat mengingat beberapa hari lalu menjaga dan merawat Kookie yang tengah sakit, pasti ketularan.

"Kamu gak usah sekolah aja deh hari ini, Mama beliin kamu obat dulu." ujar Giana membuat Lisa mengangguk lemah, dalam hati ia bersorak semangat. Tidak sekolah untuk hari ini, ia jadi tak perlu takut diomeli guru karena membolos selama akhir-akhir ini.

Giana beringsut dari tempat tidur, ia berjalan keluar kamar setelah sebelumnya menarik selimut Lisa hingga menutupi leher anaknya itu.

Kini tinggal Lisa sendiri dikamarnya, ia menggapai ponselnya untuk menghilangkan rasa bosannya ini dengan mendengarkan musik kesukaannya melalui earphone.

"Kak Sa?"

Lisa melepas earphone yang menyumbat telinganya, menatap Shuhua yang masuk ke kamar dengan baskom berisi air hangat serta handuk kecil dipundaknya. "Mama nyuruh gue buat ngompresin lo."

Lisa menganggukan kepalanya, ia mempersilahkan Shuhua untuk mengompres jidatnya. "Lo bisa telat ke sekolah, Wa."

"Gue ngurusin lo dulu sambil nunggu jemputan," tutur Shuhua membuat Lisa menyerngit heran.

"Jemputan? Siapa?"

"Temen gue."

Lisa memicingkan matanya penuh ke curigaan pada adiknya ini. "Cewek, atau cowok?"

"Cowok," jawab Shuhua begitu enteng.

Lisa mencebik, ia mendudukan tubuhnya sembari melempar tatapan tajam pada Shuhua, sang empu sedikit kebingungan dengan tingkahnya itu. "Lo-"

"WAWA!" panggil Giana dari luar kamar membuat Lisa tak jadi melanjutkan ucapannya, Shuhua yang merasa terpanggil kemudian bangkit dari posisi duduknya guna menatap sang Mama yang baru membuka pintu kamar beberapa detik yang lalu.

"Junkyu nungguin diluar tuh."

Shuhua mengangguk, ia menyalimi punggung tangan Giana terlebih dahulu kemudian beranjak dari kamar Lisa. Sedangkan sang pemilik kamar hanya mampu menatap punggung Shuhua serta wajah Giana secara bergantian dengan raut kebingungan.

Material Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang