Aku masih penasaran, siapa perempuan tadi yang menghubungi handponenya Mas Herman. Sebab nama pemanggil yang di simpan dalam buku teleponnya tidak jelas, dan Mas Herman sendiri menyimpannya dengan nama "Nggak Tau".
Jika memang itu temannya, kenapa tidak menggunakan namanya saja yang di simpan di phonebook handponenya?
Ah, sudahlah. Sampai saat ini Aku Masih percaya sama Mas Herman. Aku tidak ingin menuduh apapun terhadapnya, sebab tidak bukti yang perlu kutuduhkan saat ini kepadanya.
Walaupun Mas Herman di rumah berinteraksi dengan kami hanya beberapa jam saja, tapi dalam hal urusan kebutuhan rumah tangga ,dia bertanggung jawab dan selalu memenuhinya.
Baik dari segi kebutuhan primer sampai kebutuhan tersier, Alhamdulillah tidak ada yang kurang. Apalagi Aku bukan tipe perempuan pada umumnya yang ingin selalu tampil modis mengikuti zaman.
Secara penampilan, tanpa perawatan kulit pun wajahku tetap terlihat cantik dan natural, itu menurutku dan Mas Herman,loh. Hehehe.
Sebenarnya beberapa kali Aku pernah ditawari oleh Mas Herman untuk pergi ke salon, sekedar creambath ataupun pedicure dan medicure.Tapi Aku selalu menolaknya.
Karena menurutku, untuk pergi perawatan ke salon sedikit pemborosan, daripada di gunakan untuk itu, lebih baik Aku simpan saja uangnya untuk menambah keperluan kedua anakku.
***
Tring-tring
Tring-tringHandpone Mas Herman kembali berbunyi.
"Hmm, jangan-jangan perempuan itu lagi yang menelepon Mas Herman"gumamku dalam hati.Dengan semangat penasaranku, kuambil kembali ponsel Mas Herman yang masih tergeletak di meja makan tersebut.
Ternyata dugaanku benar, tidak salah lagi. Nama yang muncul pada layar handponenya perempuan yang tadi lagi " Nggak Tau".
Kali ini Aku akan mencoba bersikap santai saat berbicara dengan perempuan tersebut. Supaya seolah-olah, Aku tidak memiliki kecurigaan apapun terhadapnya, dan dia mau ngobrol panjang denganku, sehingga Aku bisa tahu siapa dia sebenarnya.
"Assalamualaikum, maaf ini dengan siapa ,ya?" sapaku dengan lembut kepada perempuan tersebut
"Waalikum salam, maaf ini dengan siapa ya?,Apakah A-Herman nya ada?".
Perempuan itu malah berbalik tanya kepadaku, dengan penuh keheranan.
Jangan-jangan, Mas Herman ketika bermain media sosial, memperkenalkan dirinya , seorang pria single?.Sebab, jika seandainya Mas Herman jujur dengan statusnya, mungkin perempuan ini tidak akan terheran-heran ketika Aku yang menerima teleponnya.
Mungkin untuk saat ini, Aku tidak ingin menebak-nebak terlebih dulu, Aku ikuti saja alurnya, agar tidak salah menuduh Mas Herman.
"Saya dengan Rahma, istrinya Mas Herman, maaf saya tanya lagi, ini dengan siapa ?. Kebetulan Mas Herman sedang keluar rumah."ucapku pada perempuan di seberang .
Aku mencoba memperkenalkan diri kepadanya, bahwa Aku adalah istrinya Mas Herman. Dan tentu saja, Aku tetap masih menanyakan jati diri nya juga.
"Oh ini Istrinya, salam kenal mba Rahma, saya dengan Alya. Baiklah kalau begitu, nanti saya telepon lagi, maaf sudah menganggu. Assalamualaikum" jawab perempuan yang bernama Alya itu datar.
"Waallaikum salam, nanti saya sampaikan ke Mas Herman, jika Mba Alya menelponnya" jawabku
Perempuan itu,menutup pembicaraanya tanpa menitipkan pesan apapun untuk Mas Herman.
Sebenarnya Aku Masih belum puas menggali tentang dirinya, dan ada hubungan apa dengan Mas Herman. Tapi sudahlah, Aku tidak ingin terburu-buru untuk mengambil keputusan.
Walapun Aku sudah ada kecurigaan terhadap Mas Herman, namun Aku belum berani untuk meminta klarifikasi kepadanya. Aku butuh waktu dan bukti yang lebih banyak lagi jika nantinya ingin mendapatkan klarifikasi dari Mas Herman.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHILAF ( Di KBM App. Tamat bab 50)
RomansaTidak ada wanita yang ingin di khianati oleh pasangannya, ketika kesetiaannya yang sudah di bangun lama, ternoda oleh satu titik luka, yang membekas di hatinya. Jika berpisah adalah jalan untuk mengobati luka itu, sepertinya Rahma siap menjalaninya...