Aku Kecewa

1.7K 85 3
                                    


"Salam yah, untuk Kakek sama Nenek dari Ayah, kalau mereka nanyain Ayah, tolong sampaikan, kalau Ayah ada acara sama komunitas di Pemancingan Bogor" ucap Mas Herman kepada Anak-anak sambil mencium kening mereka.

"Iya Ayah, Ayah nanti pulangnya jangan malam-malam yah,Aku mau makan K-fc" pinta Anakku yang besar, sambil mencium tangan Mas Herman.

Aku dan kedua anakku langsung keluar dari mobil dan menuju pintu pagar rumah Ibu, sengaja Aku tidak memberi kabar lebih dulu ke Ibu, supaya Ibu tidak repot. Sebab jika Aku memberi tahu Ibu,mau datang ke rumah, pasti Ibu akan membuatkan menu masakan kesukaanku.

"Mas, tolong bawakan tas pakaian anak-anak, nanti Mas simpan saja di atas kursi , Aku mau menghubungi Ibu dulu, takutnya lagi di lapangan senam" pintaku  pada Mas Herman, sambil kubawa tas snack dan makanan Anak-anak. Sementara kedua Anakku sudah lebih dulu masuk dan duduk di kursi tamu dekat taman.

"Ayah berangkat dulu, ya. Abang sama Dede jangan pada rewel, nanti Ayah usahakan pulangnya bisa cepat sampai kesini, biar kita jalan-jalan"ucap Mas Herman berbicara kepada kedua Anakku.
"Dek, mas jalan dulu ya,sayang" Mas Herman menyodorkan tangan kanannya kepadaku, dan Akupun mencium punggung tangan kanan Mas Herman.

"Hati-hati di jalannya, Mas. Nanti usahakan jangan terlalu malam pulangnya, besok kan kita kerja" pesanku sama Mas Herman.

"Iya Dek, Mas pamit berangkat dulu,ya, Assalamualaikum" pamit Mas Herman.

"Wa alaikumsallam wa rahmatullah " jawabku, sambil kulambaikan tangan ke arah Mas Herman.

Mobil Mas Herman pun melaju ke arah gerbang kompleks, setelah Mas Heman tidak terlihat lagi oleh ku, Aku langsung menghubungi handpone Ibu, untukmencari tahu ada dimana.

“Bun, Kakek dan Nenek kenapa enggak ada di rumah? Aku ketok-ketok pintunya enggak ada suara Nenek di dalam”  teriak Anak yang besar.

“Iya Bun, Aku juga , tadi ketok sama Abang, Nenek enggak ada” timpal adeknya.

“Sebentar ya, Aang sama Dedek, Bunda mau telepon Nenek dulu, biasanya kalau hari minggu pagi, Nenek sama Kakek ikut olah raga di lapangan basket” terangku sama Anak-anak, terlihat dari tadi enggak mau diam, lari sana-sini di taman.

“Assalamualaikum, Ibu lagi di mana?” tanyaku pada Ibu.

“Wa alaikumsalam wa rahmatullah, Ibu lagi di lapangan basket, lagi ikutan senam Yoga. Rahma lagi di mana?" tanya ibuku

“ Aku sama Anak-anak baru sampai di rumah Ibu,” jawabku

“Ya Ampun, kenapa enggak bilang-bilang dulu sama Ibu kalau mau ke rumah?, kirain Ibu gak jadi ke rumah, Ibu enggak masak apa-apa loh,Nak. Ya sudah, tungguin sebentar ya, Ibu langsung pulang” jawab Ibuku.

Terdengar dari suaranya, Ibu sepertinya sedikit kaget ketika Aku bilang sudah ada di depan rumah. Sebab biasanya setiap Aku mau ke rumah Ibu, selalu kasih tahu beberapa hari sebelumnya, karena Ibu selalu ingin membuatkan menu masakan untuk kami.

Tapi karena Aku tidak mau merepotkan Ibu, makanya Aku tidak memberi kabar terlebih dahulu kalau mau datang ke rumah.

***

“Assalamualaikum,”
sapa Ibu dari luar pintu gerbang.

“Waalaikumsalam, Nenek..”
teriak kedua Anakku menjawab salam Ibu secara berbarengan sambil berlarian menghampiri Ibu.

“ Aduh..cucu Nenek yang ganteng dan cantik, kenapa enggak telepon Nenek dulu sebelum kesini, biar Nenek bisa masakin Lele balado kesukaan kalian” jawab Ibuku sambil menggendong Anakku yang kecil.

“Ini Nenek bawakan bubur kacang hijau buat Abang sama Dedek, ya. Ayo kita kita masuk,” jawab Ibuku.

Seperti biasa kalau sudah di rumah Ibu, anak-anak langsung lari kesana-kemari, sebab ruangan rumah Ibu lumayan luas di bandingkan rumahku. Selain luas, di rumah Ibu banyak mainan kepunyaannya yang di tempatkan di dalam kotak mainan oleh Ayahku, Kakeknya Anak-anak.

“Bun, Aku sama Dede main di lantai atas, ya” ucap si Abang, sambil menggandeng adiknya untuk menaiki anak tangga.

“Iya, hati-hati ya diatas, kalau mau nyalain kipas, TV atau lainnya bilang Bunda, jangan melakukannya sendiri” pesanku pada kedua Anakku.

Setelah kedua Anakku berada diatas tepatnya di depan ruang TV, Aku pun menyusulnya untuk mengantarkan sekardus kotak mainan mereka, sebelum kembali ke bawah, Aku jauhkan semua perangkat listrik dari jangkauan mereka.

“Nanti, kalau butuh bantuan Bunda, teriakin Bunda ya, sayan.  Abang jangan lupa jagain Adeknya maennya enggak boleh rebutan, ya. Bunda dibawah dua lu ya, sama Nenek” ucapku sama Anakku yang gede, sebab Dia sudah sedikit mengerti jika dikasih tahu sesuatu.

Akupun menuruni anak tangga dan kembali ke ruang keluarga dimana Ibuku sedang duduk sambil makan bubur  kacang yang di bawanya dari tempat senam.

“Suamimu kemana, Nak?kok dari tadi gak kelihata mobilnya?tadi kesini naik apa jadinya?Ibuku keheranan, sebab dari tadi beliau belum juga melihat Mas Herman.
Mungkin Ibu menyangkanya Aku dan Anak-anak naik kendaraan umum dari rumah ntuk bisa sampai tempat Ibu.

“Tadi kesini bareng Mas Herman, tapi Dia lagi ada acara bareng temanbya di pemancingan Bogor, Bu, jadi hanya ngedrop saja ke sini, pulangnya, baru Dia jemput lagi” jawabku sambil menyiapkan botol susu untuk si Kecil.

“Terus, jam berapa dia nanti pulangnya?, Atau nantinya anak-anak di tinggal di sini saja, nanti jumat di jemput lagi?”tanya Ibuku.

“Enggak usah bu, nanti saja bulan depan ya, soalnya bulan Depan Mas Herman mau keluar kota seminggu, jadi nanti kita tinggal di sini selama Mas Herman di luar Kota” jawabku

“Ya, sudah kalau begitu, Ibu masakin dulu ya buat makan siang Anak-anak, di kulkas masih ada udang, nanti Ibu masakin pakai bumbu balado” ucap Ibuku sambil berlalu ke arah dapur.

***

Jarum jam dinding yang menempel di tembok ruangan makan, terlihat sudah menunjukkan pukul 18.00 WIB, Mas Herman belum sama sekali memberikan kabarnya. Entahlah Apa dia terkena macet ataupun masih anteng dengan pancingannya.

Sebenarnya sih bagiku tidak masalah, Dia datang jam berapa yang penting Aku dan Anak-anak di jemput lagi. Tapi, tadi pagi sebelum Mas Herman berangkat, Dia sudah janji sama Anak-anak untuk pergi makan keluar, walupun sampai sekarang Anak-anak belum ada yang bertanya tentang Ayahnya yang janji mau ngajak makan di K-fc.

Aku sudah beberapa kali menghubungi nomornya, namun sedang berada diluar jangkauan, begitupun smsnya, belum juga dibalas. Mudah-mudahan saja tidak terjadi apa-apa sama Mas Herman.

Tapi kalau seandainya low batt, kenapa tidak di charge atau pinjam powerbank dulu punya temannya agar bisa memberikan kabar kepadaku. Jangan sampai nanti Anak-anak menagih janjinya mau ngajak makan diluar, syukur-syukur mereka pada lupa, karena Ibu sudah masakin udang balado.

“Ma, Suamimu belum juga pulang? Ini sudah jam 19.00 WIB, nanti enggak takut kemalaman kalian pulangnya? tanya Ibuku.

“Coba kamu hubungi lagi Dia,siapa tahu sekarang sudah menyala  handponenya.   Masa Dia enggak ingat Istri dan Anak-anaknya,ya?jam segini masih belum pulang juga.”cetus Ibu

“Kalau nanti suamimu masih belum pulang juga, biar Ayah sama Ibu yang mengantarkanmu pulang. Ibu nanti panggil Ayahmu dulu di rumah Pak Haji Amar” ucap Ibuku.

Tepat sudah pukul 20:00 wib, Mas Herman belum juga ada tanda-tanda jemput, sementara Anak-anak sudah pada tidur.

Handpone Mas Hermanpun belum bisa tersambung, malam ini Aku kecewa berat sama Mas Herman, Dia mengabaikan Istri dan Anak-anaknya, hanya demi kesenangannya untuk bisa kumpul-kumpul bersama temannya, sampai lupa waktu.

Silahkan boleh memiliki hobby, tapi jangan sampai gara-gara hobby, menyebabkan kamu mengabaikan keluargamu di rumah

KHILAF ( Di KBM App. Tamat bab 50)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang