Pov Herman
Keputusan Alya kemarin malam adalah petunjuk bagi Herman bahwa rezeki manusia itu tidak akan tertukar.
Herman yang sebelumnya ingin memberikan hadiah wisata tersebut untuk si Alya, akhirnya dia jujur kepada istrinya, jika dia mendapatkan tiket wisata untuk satu keluarga.
Ini kesempatan Herman untuk menunjukan kepada istri dan kedua anaknya bahwa dia tetap masih perhatian untuk keluarga.
Bukan suatu kebetulan juga disaat kedua anaknya menginginkan liburan, Herman mendapatkan tiket wisata ke Luar Negeri untuk keluarganya secara gratis dari perusahaan tempatnya bekerja.
"Dek, tadi siang mas sudah dapat informasi dari panitia tour, bahwa untuk tour and training nanti, karyawan yang pergi mendapatkan free tiket untuk keluarga inti yang terdaftar di perusahaan" ucapku pada Rahma yang berada di dapur.
Jika aku berada di rumah, setiap menjelang tidur, Rahma selalu menyajikan menu cemilan dari pisang. Baik direbus, dikukus, digoreng atau dibakar, dan teman cemilannya adalah secangkir kopi hitam panas.
Rahma yang sudah menggunakan baju tidur daster, berjalan menghampiriku yang duduk di ruang keluarga sambil menonton acara televisi, sementara kedua anakku sudah tertidur.
Semangkok pisang rebus yang sudah matang disertai dua gelas kopi hitam,dia bawa dengan menggunakan nampan anyaman rotan kehadapanku.Padahal dulu saat baru-baru menikah, Rahma sama sekali tidak bisa membuat racikan kopi hitam, bahkan merebus pisang saja sampai lembek banget pisangnya. Tapi sekarang, jangankan kopi hitam atau pisang rebus, gulai ikan dan jahe merah saja sudah pintar meraciknya.
Dia letakan nampan rotan tersebut di atas meja, sambil menyodorkan gelas kopi kehadapanku.
"Mas maaf, tadi aku gak denger apa yang kamu ucapkan, aku hanya mendengar kalimat akhirnya saja 'keluarga inti yang terdaftar di perusahaan', itu saja yang terdengar di telingaku" ujar Rahma.
Wajar saja Rahma tidak mendengar utuh ucapanku saat ia di dapur, suaraku kalah dengan suara rebusan pisang.
"Begini sayang..." ucapku
Sambil aku seruput kopi hitam yang masih panas, sejenak aku terdiam sambil memejamkan kedua mata.Aku sebenarnya tipe suami yang romantis, sebab awal-awal menikah sampai sekarangpun, setiap menyampaikan sesuatu pada Rahma, sering menyelipkan kata sayang untuknya.
Disaat mataku baru kupejamkan, tiba-tiba tanganku dicubitnya, hingga gelas kopiku hampir terjatuh, saking kagetnya.
"Yeh...malah ngelamun" ujar istriku.
Untung saja jari-jariku kuat memegang gelasnya, kalau tidak, bisa tumpah deh tuh kopi ke bajuku."Hehehe, kamu ini, bikin mas kaget saja." ucapku, sambil kuletakan kembali gelas kopinya, lau kuambil sepotong pisang rebusnya yang masih hangat.
"Ayo, mas lanjutin lagi yang tadi..." istriku kemudian duduk di sampingku, sambil tangannya memegang pundakku.
"Ini, rezeki kamu dan anak-anak, Dek"ucapku
"I-iya, rezeki apaan maksudku" Rahmapun sedikit terbata, karena dia masih penasaran kelanjutan ucapanku yang tadi.Akupun menarik bahu Rahma, kepalanya kusenderkan di bahu kiriku.
Tangan Rahma pun melingkar dipinggangku. Keromantisan seperti ini,sering aku lakukan pada Rahma, disaat kami hanya berduaan.
Aku pun menjelaskan kembali ucapan yang tadi. "Jadi begini, tadi mas di telepon orang kantor, terkait rencana tour and training bulan depan, awalnya hanya karyawan saja yang berangkat, akhirnya anggota Keluarga intipun mendapatkan free tiket tour untuk acara tersebut, begitu informasinya."
Ucapku sambil kuseruput kembali kopi hitam yang masih panas tersebut.
"Hmm...Akhirnya doa ku terkabul juga, alhamdulillah, Ya Allah."terdengar rahma bergumam, mengucapkan syukur.
Rahmapun lali melepaskan tangannya yang melingkar di pinggangku. Lalu ia pun meneguk sisa kopi di gelasnya.
Dari tatapan matanya, terlihat pancaran Bahagia saat kusampaikan berita ini. Sebab rindu traveling yang selama ini dia dambakan, tidak lama lagi akan segera terobati.
"Ya sudah, nanti kamu siapkan semua perlengkapannya ya ,samakan saja seperti tahun lalu, jangan terlalu banyak yang kamu bawa, supaya tidak repot di sana nya."
ucapku, sambil kusantap kembali pisang rebus yang hanya tinggal sisa satu potong.
"Iya, mas. Aku tidur duluan,ya. Besok pagi aku siapkan semuanya, agar nanti saat harinya, sudah tinggal angkut saja."
Rahma pun berdiri sambil membawa gelas kopi dan sampah pisang ke arah dapur, sementara aku masih melanjutkan nonton, sebab dua jam lagi acara pertandingan sepak bola akan segera di mulai.
***
Satu bulan berlalu, Alya tidak pernah menghubungiku. Di Facebook pun tidak ada status terbarunya. Bahkan beberapa kali nomor teleponnya aku hubungi, selalu jawaban dari operator bahwa nomor yang dihubungi di luar jangkauan,kemana dia?Sebenarnya aku tidak terlalu khawatir jika tidak ada kabar dari dia, sebab sebelumnya dia sudah mengatakan padaku, bahwa minggu ini ada acara resepsi pernikahan sepupunya.
Semua koper dan perlengkapan lainnya sudah kumasukan kedalam mobil, begitu juga semua alat yang berhubungan dengan listrik aku rapikan dan cek kembali agar semuanya baik-baik saja, saat nanti di tinggal selama tiga hari.
Saat aku sedang memanaskan mesin mobil, terdengar getar notifikasi pesan masuk di ponselku. 'Jangan-jangan pesan dari Alya' gumamku
Akupun segera merogoh saku celana, dan benar saja, pesan tersebut dari Alya.
[Assalamu'alaikum, A-Herman] sapanya
[Wa alaikum'salam. Akhirnya kamu ada kabar juga, Al. Aku kira kamu menghilang begitu saja tanpa ada kabar]
Akupun lega, sebab Alya sudah memberi kabar dengan mengirmkan pesan terelbih dahulu padaku.
Namun setelah lima menit, tidak ada balasan pesan lagi dari Alya.
Herman pun akhirnya mencoba menghubunginya lewat telepon biasa.Tapi sayang, nomornya masih tetap sama, sedang berada di luar jangkauan. Lalu kenapa dia bisa mengirimkan pesan, sementara aku hubungi nomornya tidak aktif, masa iya setelah dia mengirimkan pesan, ponselnya langsung dimatikan?
'Apakah dia marah padaku, karena aku mengajak keluarga pergi travel? Tapi kalau marah gara-gara ini, tidak mungkin juga, sebab sebelumnya malah dia yang aku tawarkan lebih dahulu, sebelum akhirnya aku mengajak istri dan kedua anakku. Ah sudahlah, nanti saat aku tiba di tujuan, aku hubungi dia lewat pesan messenger saja' gumamku.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHILAF ( Di KBM App. Tamat bab 50)
RomanceTidak ada wanita yang ingin di khianati oleh pasangannya, ketika kesetiaannya yang sudah di bangun lama, ternoda oleh satu titik luka, yang membekas di hatinya. Jika berpisah adalah jalan untuk mengobati luka itu, sepertinya Rahma siap menjalaninya...