Penasaranku

2.4K 127 1
                                    


Satu jam kemudian Mas Herman pun sudah kembali lagi ke rumah.
Terlihat dari balik jendela kaca ruang tamu,di tangan kanan dan kirinya terlihat menenteng dua kantong plastik berwarna merah.

“Assalamualaikum” ucap Mas Herman mengucapkan salam dari luar pintu rumah
“Waallaikumsallam” sahutku, sambil  kuraih gagang pintu ruang tamu.

“Belanja apa itu Mas, sampai bawa dua plastik “ tanyaku sedikit ingin tahu apa yang dibawanya dalam dua kantong plastik merah tersebut.

“oh, ini belanjaan untuk besok ke tempat pemancingan,Dek.” Jawabnya sambil mengangkat kedua kantong plastik tersebut ke arahku.

“Memangnya kamu besok jadi pergi ke tempat pemancingan?”tanyaku sedikit penasaran.

“Jadi, Dek. Awalnya memang tidak jadi, seperti yang Mas sampaikan kemarin sore. Tapi tiba-tiba tadi si Benny kasih kabar lagi, kalau besok jadi mancing, hanya saja beda lokasi pemancingannya.” jawab Mas Herman sambil menenteng dua kantong plastik, pergi ke arah belakang rumah.

Hmm...
Kuteguk kopi caffucino dalam gelas yang terbuat dari ukiran keramik bernuansa bunga.

Untung saja Aku belum menghubungi Ibu, sebab jika Aku sudah memberi kabar mau main ke rumah, Ibu pasti sedikit kecewa jika kami tidak jadi datang.

Sebenarnya Aku ingin sekali marah sama Mas Herman, karena hal ini. Padahal Mas Herman sendiri yang bilang bilang jika hari minggu ini mau menjenguk ibu, karena sudah 2 bulan ini kami tidak menengok Ibu dan Ayah

Kasihan beliau berdua sudah lanjut usia, harusnya kami yang mengurus beliau dan tinggal di sana. Sebenarnya Ibu dan Ayahku menginginkan anak-anakku tinggal bersama mereka,dan Aku sama.Mas Herman bisa bekerja

Ayahku hanyalah seorang wiraswasta, jadi beliau lebih banyak bekerja di rumah. Sementara Ibu merupakan seorang pensiunan kepala sekolah, tapi sampai sekarang masih  tetap di minta mengajar yang lokasi tempat mengajarnya tidak jauh dari rumah, sehingga masih bisa di jangkau dengan berjalan kaki saja, tapi tidak tiap hari seminggu hanya 3 kali masuk, hal ini ibu ambil sebab Ibu ingin ada kegiatan lagi.

Oh, ya. Masakan Ayahku tidak kalah enaknya dengan Masakan Ibu, mungkin karena Ayah dan Ibuku asli orang Minang, sehingga dalam urusan menu masakan tidak pernah kami ragukan lagi, makanya Aku kangen masakan mereka berdua.

Ayahku  dan Ibuku sebenarnya akhir-akhir ini sudah banyak keluhan dengan kondisi badan nya, mungkin faktos usia yang sudah tidak muda lagi, sehingga fungsi anggota tubuhnya pun mulai mengendor.

****

“Dek !, lihat handponeku enggak?”teriak Mas Herman dari arah belakang membangunkan lamunanku.

“Ada dibawah lemari tivi,Mas. Mau Aku antar ke belakang?”tanyaku sambil sedikit teriak.

“Enggak usah,sebentar lagi Mas ke depan”jawabnya.

Aku ingin tahu, Mas Herman mau komentar apa terkait panggilan Masuk dari perempuan yang bernama Alya tadi.

***

“Tadi ada yang menelepon ke handponeku, Dek?” Tanya Mas Herman, sambil menatap layar ponsel.

“Iya, Mas. Tadi Aku menerima dua kali panggilan” jawabku datar. Aku tidak ingin memancing kemarahan Mas Herman jika Aku menjawabnya dengan nada tinggi atau emosi, Aku hanya akan berpura-pura tidak mempermasalahkan hal ini.

“Lalu, kamu jawab apa?, kamu lama bicara sama Dia?” tanya Mas Herman sedikit penasaran terhadapku. Aku tetap akan mengontrol pembicaraan dan suaraku, supaya tidak timbul percikan api.

“Aku hanya menyampaikan kepadanya, kalau Mas Herman sedang keluar. Dia? Maksud Mas, dia itu Alya?” Aku berpura-pura kaget.

“Kamu tahu namanya? Berarti kalian sudah ngobrol panjang lebar dong?” Mas herman semakin penasaran.

“Seperti yang tadi Aku bilang, Aku hanya menjawab seperlunya saja, lalu kutanyakan siapa namanya, sebab di phonebook handphonemu, nama identiasnya “Nggak tahu”. Lalu dia memperkenalkan namanya Alya, setelah itu dia langsung menutup sambungan teleponnya”

Aku berusaha menjawab dengan jujur apa yang Aku bicarakan saat menerima panggilan telepon dari perempuan yang bernama Alya tersebut.

“Oh, ya sudah kalau begitu, nanti-nanti kalau ada panggilan Masuk ke handponeku jangan diangkat , biarkan saja.” Jawab Mas Herman,mengingatkan agar Aku tidak mengangkat panggilan di handponenya, jika dia tidak ada.

“ Terus, Alya itu siapa Mas ?”Aku malah jadi terpancing penasaran ingin segera tahu siapa perempuan yang bernama Alya itu.

“Oh, si Alya...”jawabnya datar, sambil berjalan ke arah dapur.

“Mas..., kok kamu ngga jawab dulu pertanyaanku, Mas? teriakku ke arah Mas Herman.

Aku sedikit kecewa dengan sikapnya, bukannya duduk dulu jelaskan siapa si Alya perempuan yang tadi meneleponnya, ini malah melongos pergi begitu saja, tanpa menghiraukan teriakanku.

KHILAF ( Di KBM App. Tamat bab 50)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang