“Mas, kamu mau belanja tas wanita untuk siapa?” tanyaku.
Aku tidak sengaja menoleh ke arah mas Herman, yang sedang melihat dan memegang beberapa tas wanita di etalase toko itu.
Padahal aku ke tempat ini bukan meminta mas Herman agar membelikan aku tas. Tapi kenapa mas Herman seperti sedang memilih tas wanita untuk di belinya? Padahal niatku mampir ke toko ini, hanya ingin mencari tas sekolah untuk anakku, yang sebentar lagi mau masuk sekolah dasar.
Mas Herman terkaget mendengar ucapkanku, tampak dia terlihat gugup dan salah tingkah.
“I-i-ini, maksudnya?” jawab mas Herman, sambil mengangkat tas wanita yang dia pegang ke arahku.
“Iya, itu. Mas mau beli tas itu untuk siapa?” tanyaku.
Akupun langsung mengajak kedua anakku untuk mendekati mas Herman yang posisinya hanya beberapa meter saja. Keduanya memang tidak mau lepas dari tanganku. Kemanapun aku pergi, selalu nempel di tangan.
“E-e-e , anu …. Ada teman kantor yang gak ikut, mereka pada nitip untuk di belikan oleh-oleh, ada yang nitip tas dan juga kaos. Tapi untuk titipan tas, hanya satu orang saja.” jawab mas Herman sambil menaikan kedua alisnya.
Mas Herman terlihat gugup ketika aku bertanya seperti itu. Padahal pertanyaanku biasa saja. Aku hanya bertanya padanya, untuk siapa tas wanita yang mau dia beli tersebut. Tapi kenapa dia terlihat seperti ragu-ragu menjawabnya, dengan pertanyaanku itu.
“Memangnya tas yang dia titip untuk dibeli di sini, mas sudah tau modelnya seperti apa? Kadang perempuan itu seleranya berbeda loh dengan pria. Kalau seandainya nanti dia tidak suka dengan model, corak dan warnanya, bagaimana? terus dia enggak mau bayar ganti uangnya, siapa yang mau tanggung ruginya? Mas mau ngasih gratis begitu saja memangnya sama dia?” ucapku, kali ini aku sedikit menceramahi mas Herman.
Aku tidak ingin nantinya barang yang di belanjakan mas Herman, tidak sesuai dengan yang di inginkan oleh temannya itu. Kalau sudah begitu, yang rugi kan, mas Herman. Sudah capek mencarikan tas, terus tidak sesuai dengan selera temannya, lalu tidak mau mengganti uangnya. Lebih baik, kan, ditanya dulu sama temannya itu, sebelum tas itu di beli, di fotokan dulu supaya tahu, cocok atau tidaknya tas tersebut. Jika sudah cocok, baru di belanjakan.
Daripada uangnya di belanjakan untuk barang yang sia-sia, lebih baik uangnya dipakai beli barang bermanfaat.
“Sebentar, ya, mas mau menghubungi orangnya.” ucap mas Herman, tangan kanannya merogoh tas selempang yang di bawanya.
Terlihat posisi mas Herman sedikit bergeser agak menjauh dari tempatku berdiri. Sambil menunggu mas Herman yang sedang menghubungi temannya tersebut.
Sambil menunggu mas Herman menghubungi temannya, Aku kembali menuju ke etalase toko yang memajangkan tas anak-anak.
Di pusat belanja Mustofa Center ini, banyak sekali toko-toko yang menjual souvenir, makanan dan oleh-oleh yang dapat kita beli. Asalkan kita ada uang, kita bisa membeli banyak barang di tempat ini. Selain di sini barangnya lengkap, tempat ini pun buka 24 Jam, sehingga banyak di kunjungi oleh para turis asing, termasuk dari Indonesia, seperti diriku ini.
Setelah aku mendapatkan tas untuk sekolah yang dipilih sendiri oleh anakku, lalu aku mendekati mas Herman yang masih berbicara di handphonenya. Telunjuk mas Herman terlihat menunjuk ke beberapa tas yang menggantung di etalase.
“Bagaiamana, mas? apakah temannya mau, dengan tas pilihan yang tadi, mas sudah pegang?” tanyaku.
Terdengar samar oleh telingaku, mas Herman mengucapkan salam sambil menyebut nama ‘Al’,. Aku sedikiti curiga, jangan-jangan, yang dia hubungi itu cewek yang bernama Alya? Dan tas yang sedang ia pilihkan tersebut adalah tas untuk cewek itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
KHILAF ( Di KBM App. Tamat bab 50)
RomanceTidak ada wanita yang ingin di khianati oleh pasangannya, ketika kesetiaannya yang sudah di bangun lama, ternoda oleh satu titik luka, yang membekas di hatinya. Jika berpisah adalah jalan untuk mengobati luka itu, sepertinya Rahma siap menjalaninya...