Lupa Daratan

1.4K 75 5
                                    


Siapapun orangnya, jika sudah di mabuk Asmara Dia akan lupa segala-galanya, apalagi jika sudah ada godaan setan yang terus melemahkan hatinya. Cinta itu tidak memandang usia,mau muda ataupun tua, jika sudah jatuh cinta, serasa dunia milik mereka berdua.

Ibarat pepatah ‘Kotoran cicak pun rasa coklat’.


Begitupun yang di lakukan Herman dan Alya, keduanya lupa akan posisi masing-masing. Herman sudah berkeluarga, memiliki Anak dan Istri, tapi si Alya masih gadis single, statusnya masih sendiri.Dari rencana pertemuan awal, mereka hanya janji untuk sekedar bertemu dan mancing saja.

Tetapi bisikan setan lebih kuat menggoda keduanya, yang akhirnya mereka berdua melanjutkan makan siang di luar pemancingan.

Herman sendiri sebenarnya sudah memiliki janji pada Anaknya, untuk mengajak makan ke restoran fastfood sepulang dari memancing ini. Tetapi dia lebih memilih untuk mengajak Alya untuk makan.

Padahal Dia mengenal si Alya saja  belum lama, baru beberapa bulan. Statusnya sama si Alya juga hanya sekedar teman yang Dia kenalnya dari sebuah jejaring sosial.

Sebenarnya ada beberapa perempuan yang sudah berkenalan dengannya dan sering ngobrol juga melalui chat, tapi ternyata Herman jauh lebih tertarik berteman dekat dengan Alya, gadis berwajah cantik, putih dan berlesung pipit tersebut.

“Al, kita nanti makan siang di luar saja, ya.” Ajak Herman, sambil merapikan alat pancing dan perlengkapan lainnya.

“Lho, ini ikan hasil mancingnya bagaimana? Kok enggak di bakar di sini saja atau di goreng?’ tanya Alya sama Herman

“Enggak usah Al, kelamaan kalau di bakar di sini” jawab Herman, padahal modus , agar bisa jalan sama Alya.

“Bukannya lebih nikmat makan dari hasil pancingan sendiri, ya. Aa?.” tanya Alya

“Enggak apa-apa, Aku hanya sekedar hobi saja, kalau untuk mancing. Nanti kalau kamu mau bawa pulang ke rumah, ambil saja ikannya, atau nanti Aku bagi dua saja. Biar Aku bawa sebagian hasil mancingnya, sisanya kamu bawa pulang buat di masak di rumah” pinta Herman

Herman pun mengambil ikan hasil pancingannya yang Ia simpan di jaringan Ikan. Hasil pancingannya Herman tadi, memang lumayan banyak, sekitar ada dua puluh ekor ikan nila dan patin dengan ukuran sedang.

Wajar saja sih, jika semua pemancing mendapatkan ikan banyak, toh mereka macning yang berbayar. Dengan sistem kilo dan bayar ikan yang di dapatnya.

“Enggak usah Aa, bawa aja buat Anak-anaknya dan Neneknya, nanti kan mau jemput lagi ke rumah Neneknya,  bukan?” jawab Alya , dengan bijak Dia memberikan saran kepada Herman.

Alya memberikan saran kepada Herman agar semua Ikan hasil pancingannya di bawa pulang ke rumahnya saja.

Namun Herman tetap bersikeukeuh dengan pendiriannya, Dia tetap membagi dua ikan hasil pancingannya.

“Aku bawa segini saja, dan Ini buat Kamu bawa pulang ya, Al”

Ucap Herman, sambil menyodorkan satu kantong berisi beberapa Ikan hidup untuk Alya, dan satu kantong lagi Dia gabungkan ke dalam perlengkapan pancingannya.

“Iya sudah kalau maksa, Terima kasih lho, Aku enggak minta, ya. Kamu yang kasih. Hehe” jawab Alya, sambil tersenyum dan menerima sekantong Ikan dari Herman .

“Ayo, kita pamitan saja sama mereka, sudah jam 14.00 wib, pasti Kamu juga sudah kelaparan ya, Al” tanya Herman.

Alya tidak menjawab dengan sahutan, namun Ia memberikan kode dengan mengacungkan ibu jari tangan kananya ke arah Herman.

KHILAF ( Di KBM App. Tamat bab 50)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang