Teriakan Rahma tidak digubris oleh Herman. Bukan karena Herman tidak mendengarnya, melainkan dia belum siap untuk menjawabnya, sebab dia tak ingin Rahma mengetahui siapa Alya.
Walaupun nantinya Herman menjawab pertanyaan Rahma, dia harus mencari alasan terlebih dahulu agar tidak salah ucap. Karena Herman tahu jika Rahma adalah Istri baik-baik yang tidak pernah neko-neko kepada nya.
Jadi harus alasan yang kuat dan tidak menyinggung perasaan Rahma, jika harus memberikan jawaban sekarang.
Sebab kata orang tua, manusia itu jika sekali berbohong dan berhasil, maka dia akan selamanya berbohong untuk menutupi kebohonganya itu.
Tapi, Herman sendiri belum konfirmasi ke si Alya, ada pembicaraan apa dengan Istrinya. Sebab jika ternyata diantara Istrinya dan Alya sama sekali tidak ada pembicaraan, lantas untuk apa dia menjelaskan panjang lebar sama Istrinya. Itu sama saja Herman bongkar rahasia sendiri alias bunuh diri sama istrinya.Hehehe.
[Assalamu'alaikum Al, kamu lagi di rumah?tadi telepon Aa,ya?]
[Wa alaikum'sallam, enggak A, ini lagi di jalan menuju rumah dari kost-kostan]
[Oh,kamu jadi pulang ke rumah, katanya mau pulang minggu besok?]
[Enggak jadi A, soalnya besok mamah minta di antar ke rumah saudara di sukabumi.Tadinya mau minta A-Herman anterin pulang ke Bogor sore ini, tapi pas aku telepon A-Herman lagi di luar ya].
[I-iya Al, habis belanja perlengkapan buat mancing besok di bogor, terus tadi yang terima telepon Rahma, ya]
[Oh, iya. Mba Rahma, dia Istri Aa, ya?. Tapi dia baik sepertinya, ramah dan tidak galak seperti yang A-Herman ceritakan sama Aku]
Waduh, jangan-jangan bener nih dugaanku, jika mereka berdua sudah bicara panjang lebar. Buktinya si Alya sudah bisa menjelaskan kalau Istriku sifatnya seperti itu.
Jika Alya tidak ngobrol panjang lebar dengan Rahma, tidak mungkin dia bisa mengetahui sifat asli istriku.
[Iya, kan Aku bilang, Istriku tidak selamanya galak, tidak selamanya cuek dan masa bodoh, mungkin saja saat kamu menghubunginya, mood Dia sedang bagus]
[Hmm, maybe. Karena Aku sama Mba Rahma tidak bicara panjang lebar, hanya menanyakan kamu ada atau tidak, kamu lagi kemana, ini dengan siapa. Terus terahir dia hanya tanya namaku saja, ya Aku jawab jujur sama Mba Rahma]
[Oh, ok!. Aku fikir kamu sudah ngobrol panjang lebar sama Dia. Aku kan sudah bilang, jangan sampai orang lain tahu tentang kedekatan kita, ada saatnya nanti orang lain untuk mengetahui kedekatan kita, tapi tidak sekarang]
[Iya,Aku juga tahu kok. Tenang saja, aku akan nurut apa kata A-Herman]
[Ya sudah, Aku mau rapikan dulu untuk persiapan besok mancing ya, salam buat mamah kamu dari A-Herman. Jangan menghubungi aku dulu, biar nanti aku yang menghubungi kamu duluan]
[Ok deh,kalau begitu, selamat weekend ya, salam buat Istrinya dari Aku.Huft.]
[Iya, Assalamu'alaikum]
[Wa alaikum'salam]
Akhirnya lega sudah perasaan ini,andai saja tadi aku tidak melakukan konfirmasi dahulu sama si Alya, bisa-bisa perang dunia ke III terjadi dalam rumah tanggaku.
Kalau sudah jelas seperti ini, aku kan tinggal menyampaikan penjelasan ke Istriku mudah dan tenang.
Hermanpun kemudian mencuci tangan di kran air yang tidak jauh dari halaman belakang. Kedua tangannya ia cuci tapi tidak di lap tangangnya, supaya terlihat habis bekerja oleh Istrinya, saat dirinya tadi lama di belakang.
Dengan hati dan perasaan yang tenang, Herman berjalan menuju Ruang depan, menghampiri Istrinya yang masih duduk di depan kopi dan pisang goreng.
Dengan wajah sedikit senyum, Herman pun menggoda Rahma yang bibirnya sedikit keriting karena dari tadi teriakan dan pertanyaanya belum Aku respon
"Duh, duh, duh cantiknya Istriku ini, apalagi kalau lihat bibirnya di.lipat seperti itu, hmm makin tambah sexy aja deh"
Rayuku sambil kusentuh bibirnya Rahma dengan telunjuk dan jempol tanganku ,seolah-olah ingin merapikan bibirnya yang cemberut.
Namun Rahma tetap saja terlihat cuek dan masa bodoh, tidak terpancing atau tergoda dengan rayuan suaminya. Ya begitulah perempuan kalau sudah marah, agak susah untuk diredakan.
Herman tidak habis pikir untuk merayu dan menggoda Rahma agar dapat tersenyum lagi kepadanya.
Sebagai mantan bujang romantis yang biasa di kejar-kejar perempuan saat masih sekolah dan kuliah, dia pun tidak ingin ilmu rayuan gombalnya hilang begitu saja di telan masa. Hehehe.
"Oh, jadi Adek ngambek sama Mamas nih?. Kalau Adek maaih manyun juga, mas jalan sekarang deh mancingnya,biar nanti malam mas nginap saja di pemancingan, supaya dapat ikannya banyak." ucapku sambil sedikit menakuti nya.
Perlahan , wajah kusutnya mulai berangsur rapi, percis baju kemeja kusut yang sedang di setrika, mulai terlihat rapi.
"Lagian, Mas Herman buat aku kesal saja!" ucapnya dengan nada emosi.
"Iya,iya. Mas minta maaf, habis mas nanggung mau cepat-cepat rapikan dulu perlengkapan untuk besok, agar nanti tinggal bawa saja." sahutku, dengan sedikit berbohong.
"Jawab dulu pertanyaanku tadi ! Siapa si Alya itu?kenapa Mas nyimpan namanya di handpone bukan namanya ?tapi nama yang lain?"
Tanya Rahma, sambil mencubit paha kiriku.
"Oh, jadi Adek diem sama Mas,karena ingin tahu jawabanya ya, siapa si Alya" sambil kunaikan kedua alis mataku.
"Iya, buruan jawabnya dong...,atau jangan-jangan itu selingkuhanya Mas Herman ya..." wajah Rahma pun berbalik menatap wajahku.
"Jadi begini, Alya itu adalah Anak baru di kantorku,Dek. Dia kebetulan di tempatkan di departemen dimana Mas yang menjadi kepala bagiannya, jadi dia terkadang masih sering bertanya terkait jobdesknya sama Mas" ucapku
"Nah, karena dia pernah miscall ke Handpone mas, dan belum ada namanya, Biar ke save namanya, Mas tulis saja dengan nama "Nggak Tau", begitu ceritanya. Jadi Adek jangan langsung marah dan curiga dulu sama Mas."
Akupun berusaha mengarang sedikit alasan kepada Rahma, bagaimanpun juga, Rahma jangan sampai tahu.
"Terus,kenapa enggak dari tadi Mas jelasin sama Aku?.Huhuhu."kecutnya.
Rahma pun mulai terlihat tersenyum kembali. Karena terdengar suara anaknya yang terbangun, Diapun langsung beranjak dari tempat duduknya.
"Sebentar Mas, si Dedek kebangun tuh", Tangan Rahma menatik pundak Herman, lalu berdiri menuju kamar.
"Andaikan saja, tadi aku tidak sms si Alya, mungkin endingnya tidak akan seindah ini" gumamku dalam hati, sambil tersenyum sendiri menatap langit-langit ruangan tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHILAF ( Di KBM App. Tamat bab 50)
RomanceTidak ada wanita yang ingin di khianati oleh pasangannya, ketika kesetiaannya yang sudah di bangun lama, ternoda oleh satu titik luka, yang membekas di hatinya. Jika berpisah adalah jalan untuk mengobati luka itu, sepertinya Rahma siap menjalaninya...