────feels.
SURAT balasan dari Ayah selalu datang tiga hari setelah kukirim. Ayah akan membalas suratku secepatnya dan mengirimnya tepat setelah beliau selesai menulis. Maka dari itu aku sarapan di Aula saat ini. Burung hantuku terbang di atas dan menjatuhkan sepucuk surat. Amplop putih kecokelatan dengan lilin stempel bewarna hitam dari Ayah itu kusimpan di dalam saku jubahku. Aku tak ingin mendapat pertanyaan tentang isi surat itu dari siapapun.
"Surat dari siapa?" Tanya Zoya.
Sudah kuduga ia pasti akan bertanya.
"Ayah," jawabku singkat.
Liam menatap ke arahku ketika aku memasukkan surat dari ayah ke dalam saku. Aku bergeser mendekat ke arahnya dan berbisik di telinganya, "Aku akan membacanya saat makan siang. Tak ingin Zoya bertanya yang tidak-tidak."
Liam terkekeh. "Kau berniat tidak makan siang?"
"Itu mudah," jawabku.
Liam menggelengkan kepalanya pada jawabanku. Ia masih saja peduli. Ketika isi surat ini mengatakan bahwa Ayah menyetujui batalnya perjodohanku dan Liam, sudah tidak ada alasan baginya untuk memaksaku makan. Kurasa Liam tidak suka orang terlalu menyepelekan makanan.
"Di mana aku harus bertemu denganmu?" tanya Liam.
"Lorong sebelah kelas Satwa Gaib," jawabku.
Setelah makan siang, kami berdua akan menjalani kelas Satwa Gaib. Di sana pun sepi, akan mudah bagi kami untuk bertemu tanpa ada seorang pun yang tahu.
"Mengapa kalian berbisik-bisik seperti itu?" tanya Zoya. Alisnya terangkat dan bibirnya tersenyum jahil.
"Do you know that curiosity kills the cat?" timpalku retoris, membuat Liam tertawa dan aku menyenggolnya sedikit dengan kakiku.
· · ────── 𐂂 ────── · ·
Aku tak dapat menghentikan bibirku yang tersenyum setelah membaca surat dari Ayah. Selain karena permintaanku dituruti, Ayah sudah dapat kembali ke rumah. Healer mengatakan bahwa kesehatannya berkembang pesat.
Mengisi waktu sembari menunggu Liam, aku berjongkok, menyelesaikan buku pinjaman dari Alex Hope. Miris, Romeo dan Juliet meninggal di umur yang amat belia. Bagiku, sedikit konyol bagaimana mereka meninggal. Romeo yang mengira Juliet meninggal membunuh dirinya sendiri. Juliet yang sadarkan diri pun akhirnya meminum racun. Gila, bagaimana cinta dapat membuat manusia berani menghadapi kematian. Ini bukan kisah romansa, ini adalah tragedi.
"Lea?" Liam memanggilku dan aku sontak berdiri.
Kubersihkan gaunku dari debu dengan satu ketukan dari tongkat sihirku. Aku juga memasukkan buku pinjaman Alex Hope ke dalam tas. Liam berdiri di sebelahku. Ia tidak mengatakan apapapun. Tujuannya kemari sangatlah jelas, postur tubuhnya pun siaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎, 𝐑𝐎𝐌𝐄𝐎! | James Potter
Fanfic❝What's in a name? That which we call a rose by any other word would smell as sweet.❞ -Juliet (Act II, scene II) Dan James Potter berani menulis takdirnya sendiri hanya untuk berakhir dengannya. ⌗ James Potter x OC Marauders era