28# Lost

339 77 33
                                    

"Pemain bola apa yang beratnya cuma 3 kilogram?!"

"Bambang Tabung gas!"

"Giliran lo. "

"Ogah! "

"Siapa penyanyi yang paling sering pingsan?!"

"Pingsan Mambo. "

"Dih... Titis, kok kamu pinter banget, sih! Nih denger, ya.... Malam apa yang paling mengerikan?!"

"Malam yang ada elo, nggak berenti-berenti ngekorin gue, sambil ngasih tebakan nggak mutu!" Titis menyemburkan protesnya tepat di depan wajah Iqbal sebelum beralih menatap abangnya dan memutar mata.

Ini anak kepalanya cuma isi setengah, tahu nggak, Bang?

"Salah! Yang bener MALAMPIR! Lagi ya, Tis, buah apa yang paling kaya? "

Noh! Bener, kan?

Fendra hanya menatap saja saat kedua remaja seusia itu masuk ke mobil Azzam. Titis mungkin tampak jengkel dengan sikap Iqbal yang seolah tak menggubris perasaannya, tapi ia tidak akan pernah menolak ajakan jalan-jalan seperti ini. Titis dan Karima sama saja!

"Eh, bentar, deh. Mending aku bawain baju ganti buat Fahri. Sama selimut, apa ya? " Karima yang sudah mau duduk di jok depan turun lagi dan kembali ke rumah.

Batin Fendra terasa hangat saat ia melirik wajah Azzam yang terbengong dengan perhatian Rima pada adiknya. Apapun niat cowok itu, kelihatannya Fendra bisa mengandalkan Fahri untuk selalu berada di antara mereka.

"Abang! Buruan naik sini, deh!" Titis menepuk tempat duduk di antara dirinya dan Iqbal.

Dikiranya ia bakalan mau jadi pembatas di antara mereka, sementara Karima di depan bersama Azzam?

"Apaan sih, lo?!"

"Abang nggak pergi? "

Fendra bersitatap dengan Azzam saat cowok itu berpaling mendengar ucapan Titis.

"Mas, aku bawa motor sendiri. Ada janji ketemu Bang Yuzak, soalnya. Mau ngasihkan kunci gudang. "

"Oh... Oke. Tapi nanti kita mau makan dulu, Ndra. Kamu bisa nyusul, kan?"

"Bisa. Share aja lokasinya."

"Yup! Ntar biar Karima yang mutusin kita makan di mana, ya?  Eh..., dia sukanya apa sih?"

"Kalau soal makan, dia biasanya dengerin Fahri." Fendra tersenyum sambil merapatkan jaket. Ia baru saja menaiki motor, saat Karima keluar lagi dengan tas kecil, sambil memasukkan kayu putih dan botol minuman Fahri.

"Lho, kamu mau ke mana, Ndra?" Karima mendekat, memasang wajah merajuk yang sangat imut dan sangat disukai Fendra. Ia ingin sekali Azzam melihat wajah itu. Tapi bagaimana kalau nanti dia curiga?

"Aku mampir ke kontrakan Bang Yuzak sebentar, ngasihkan kunci gudang. Kamu berangkat duluan aja sama mereka. Ntar aku nyusul. "

"Aku ikut kamu kalau gitu! Aku kan udah bilang maunya pergi sama kamu?!" Cewek itu semakin merajuk, menguncir bibirnya dengan jengkel.

Batin Fendra bersorak-sorai sebenarnya, tapi dia harus memikirkan banyak hal, "Dingin, Ma! Lagian ntar Fahri gimana? Dia belum terbiasa lho, sama Azzam. Fahri juga udah ribut mau naik mobil dari tadi siang! "

"Kan ada Titis."

"Kayak nggak tahu aja Fahri sama Titis gimana."

Bibir Karima semakin terkuncir dengan alis bertaut, sementara tangannya mengguncang-guncang stang motor Fendra.

Lean On Me (Bersandarlah Padaku )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang