2 # Bunglon Berjaket

596 110 17
                                    

# update tiap hari , supaya kalian terjaga sama ceritanya,

Jangan lupa voment ya Dears. ..#

****
Karima terdiam bimbang saat sebuah helm besar dijejalkan ke pelukannya.  Masak iya dia harus pakaian helm sebesar ini? Mana pasti bau dia, lagi!

"Lo mau mereka balik ke sini dan ngerjain lo?"

Dengan kalimat itu, Karima tidak perlu disuruh lagi untuk membonceng di belakang Fendra. Tapi ia masih memangku saja pelindung kepala besar itu di sebelah paha.

"Pake'."

"Ogah!"

"Lo pake, nggak!"

"Nggak mau! Baunya kayak elo!"

Dia berdiri dan memutar tubuhnya hampir 180 derajat, mengambil helm itu dan membelesakkannya ke kepala Karima.

"Aou!  Apaan sih! Sakit, tahu?!"

"Lo pake ini atau gua tinggalin lo di sini!"

Ia mau meneriakkan protes, tapi mesin motor sudah menyala dalam sekali ayunan starter, dan Fendra menggeser gas motor itu sampai telinganya pekak. Sesaat benda ramping itu melompat maju, membuat Rima terpekik mencengkeram jaket di depannya sebagai pegangan, dan detik berikutnya mereka meluncur ke arah jalan menyusul rombongan yang sudah lebih dulu keluar.

Telinganya bisa mendengar suara riuh motor-motor itu di jalan timur pasar. Tetapi motor yang dinaikinya justru berbelok ke arah barat. Anak itu membawanya menjauh dari geng motornya.  Apa maunya?

Karima celingukan melihat area sekitar. Bisa dibilang kendaraan tumpangannya melaju dengan kecepatan yang sedang-sedang saja. Ia melihat deret pertokoan di selatan pasar dan teringat pada pesanan gojeknya yang belum datang.

"Eh, berhenti!.... " Rima memukul bahu Fendra, "Berhenti!!! BERHENTI!!!" Ia mencubit sisi luar pinggang jaket cowok itu karena tidak ditanggapi, tetapi kemudian tubuh Fendra menengang dan mulutnya berteriak, sebelum stang motor terbanting ke sisi kanan.

Karima menjejakkan kaki kiri, merasakan motor itu oleng. Ia terbebas dari sadel dan jatuh di aspal jalan dengan pinggul kirinya, melihat benda itu menggelasar ke sisi trotoar. Sedang pengemudinya sudah melompat lebih dulu sebelum jatuh, dan kini berdiri di tengah jalan.

Karima berdiri dengan isi dada menggelembung. Rambutnya serasa berdiri karena ubun-ubunnya terbakar. Ia bangkit mengabaikan nyeri yang membuat kaki kirinya seperti tak bertulang.

Tangannya membebaskan kepala dari helm busuk itu dan membuangnya ke jalan, "LO GILAAA!!" ia berteriak histeris.

"LO YANG CARI MATI!!"

"LO MAU BUNUH GUE?! HAH??!!"

"LO YANG CUBIT GUE DULUAN!" Mata coklat itu mendelik sangar kepadanya, "Dasar Kuntilanak..."

"Apa lo bilang?!"

"Gue bilang ELO! KUNTILANAK!"

"HAH?! SEMBARANGAN!"

"Emang cewek apaan yang jam segini masih kelayapan di jalan?!"

"Heh! Kalau lo nggak punya jam, ya, Garong Bermotor! Ini baru jam delapan malam! Dan kalau lo nggak ingat, gue itu belajar di kelompok yang elo mangkir berhari-hari tanpa keterangan! Kenapa lo nggak bilang terus terang kalau lo sibuk hang out sama geng motor garong!"

"ITU BUKAN URUSAN ELO!! DAN KITA BUKAN GENG MOTOR GARONG!!"
cowok itu memajukan wajahnya sampai dekat sekali dengan hidung Karima.  Dalam penerangan lampu jalan, ia bisa melihat iris coklatnya bergetar penuh kejengkelan. Karima kelu di bawah tatapan itu. Bibirnya bergerak untuk membantah lagi, tapi Fendra lebih dahulu berpaling dengan dengus kesal yang menghalau lengang sesaat di antara mereka.

Lean On Me (Bersandarlah Padaku )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang