23# Seperti Hantu

407 100 58
                                    

#maaf baru up. Setiap kepentok adegan action saya harus nonton film filmnya vin diesel lagi. Pun jadinya tetep melas begini. Abaikan aja kalau gelutannya jelek. Nanti direvisi lagi😆😆#

****
Ini sudah seminggu lebih....

Walaupun ia memiliki watak tekun dan sabar dalam membidik tujuan dan memperjuangkan keinginannya, tapi penantian tanpa petunjuk seperti ini, lama-lama mengikis kesabaran juga.

Ia berpindah-pindah tempat nongkrong setiap hari, meskipun masih di sepanjang depan sekolah itu. Para pemilik kios dan pedagang yang mangkal di sana sudah mulai hafal dengan dirinya.
Mungkin mereka bertanya-tanya siapa cowok gondrong aneh yang memandang gerbang sekolah setiap hari tetapi tidak menjemput siapapun pada akhirnya.

"Nunggu orang, atau mau jemput adiknya, Bang?"

"Ooh... Saya lagi ribut sama pacar saya. Mau minta maaf, kok dianya nggak nongol-nongol."

"Pacarnya anak SMA sini?"

"Ho oh."

"Siapa namanya, Bang? Kalau anaknya sering keluar jajan ke sini, biasanya kita-kita pada kenal."

Kalau ia menyebutkan nama Karima, orang-orang ini kemungkinan mengenalnya dengan baik. Cewek itu jenis orang yang populer walaupun tidak terlalu ramai. Karima selalu punya cara tersendiri meninggalkan kesan pada orang-orang yang mengenalnya; cara yang elegan dan smart.

Tetapi justru karena  itu, ia tidak bisa mengatakan kepada mereka. Pedagang yang suka sok akrab ini bisa menyebutkan keberadaannya pada salah satu teman Karima, dan bidadarinya mungkin menghilang lebih jauh lagi.

Pandangannya terangkat dari es kelapa muda di depannya ketika bel panjang dari sekolah terdengar. Dalam beberapa menit, bangunan tiga lantai yang melebar itu menjadi riuh oleh suara pergerseran benda-benda, teriakan dan tawa, serta derum kendaraan. Lalu ratusan remaja berseragam putih abu-abu menyebar seperti kawanan lebah yang keluar dari sarang dengan ributnya.

Matanya menelusur satu persatu motor yang keluar dari pintu gerbang. Ia sangat mengenali Scoopy gading milik teman Karima yang selalu menjemput keponakannya untuk menginap di rumahnya. Ia juga tahu motor Ninja merah yang dipakai teman cowoknya yang pernah datang ke rumah. Tapi bahkan setelah kedua motor itu keluar, ia tidak melihat Karima pada salah satu boncengannya. Bahkan belasan gojek yang datang menjemput pemesannya, tidak satupun yang membawa Karima.

Bagaimana anak itu pulang? Dan terlebih lagi, ke mana dia pulang?

Ia memantau rumah sepanjang minggu ini walau hanya dari kejauhan. Tidak ada tanda sedikitpun Karima kembali ke kontrakan kakak iparnya itu.  Bahkan saat ia masuk suatu malam, sudah ada banyak barang yang hilang. Sebagian lagi dipak dalam kardus pengemas besar; Karima sudah tidak tinggal di rumah itu. Tapi ke mana dia pindah?

Igo mendengus kesal dan baru saja meletakkan lembar lima ribuan untuk membayar es kelapanya, saat suara tarikan gas trail menggerung keras di gerbang sekolah itu. Ia berpaling, dan sebuah trail hitam yang sangat familiar dalam pandangannya bersiap menyeberangi jalan. Ada dua orang di atas motor itu. Mereka memakai jaket yang persis sama dengan helm yang penuh menutupi kepala dan muka. Tapi bisa dipastikan kalau pemboncengnya seorang cewek.

Trail itu.... kendaraan cowok yang dinamai 'Fendra Dekil' di ponsel Karima.

Igo tidak menunggu motor itu berhasil menyeberang untuk mengejarnya.  Ia melompat ke motor bebek sederhana yang dipinjamnya dari seseorang dan membuntuti, tepat saat Hyosung hitam itu mulai meniti jalan.

Karima atau bukan?

Ia sama sekali tidak bisa menemukan petunjuk dari sosok yang berkendara di depannya. Itu bukan helm Karima, bukan jaketnya juga. Tapi.... cowok itu....

Lean On Me (Bersandarlah Padaku )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang