14# Malam Ini

454 100 48
                                    

#pagi dear. Update LOM untuk hari ini

Menurut kalian fendra tu halu nggak sih. Mikir nikah tu mudah gitu? Aneh banget nggak karakternya? #

**** 

Jatmiko Rahmadi adalah sosok yang ingin dijiplaknya luar dan dalam. Dari posturnya yang tinggi tegap dan berotot, wajah tampannya yang penuh karisma, mata tajam yang hangat saat tertawa, hidung bangir yang besar dan panjang, caranya berjalan dan berbicara, caranya memuja ibunya dan mencintai keluarganya, caranya memandang hidup dan menyelesaikan masalah yang ada... Fendra memuja sosok ayahnya dan sangat ingin menjadi seperti dirinya.

Entah bagaimana, walau dia anak laki-laki, tetapi Fendra Aditama lebih banyak mewarisi sebagian besar ciri fisik dari ayahnya dibanding dari ibunya. Kecuali rambutnya yang tumbuh lurus sedikit kemerahan seperti sang ibu, postur tubuh dan wajahnya tampak seperti Jatmiko Rahmadi saat masih muda.

Fendra bahkan menyukai otomotif sejak kecil karena banyak melihat ayahnya bermain-main dengan motor dan truk besarnya. Mereka banyak melewatkan waktu bersama jika ayahnya tidak sedang mengantar material ke luar kota, membongkar mesin dan berbicang-bincang seperti layaknya dua orang pria yang bersahabat.

"Waktu Ayah jadi kernet truk dan berhenti di Probolinggo buat makan, itu kali pertama Ayah makan kare paling uueeennnnnaaakk!! di dunia. Makanya lain waktu pas Ayah lewat kota itu lagi, Ayah minta sama Mas Jumadi yang jadi sopir buat istirahat di warung yang sama.... Eh, ternyata yang masak kare itu ibumu. Wah..., pas paginya berangkat lagi, nyawa Ayah tinggal separo Ndra! Yang separo ketinggalan di warung ibumu."

"Ngegombal kok nggak ada habis-habisnya! itu motor kapan selesainya kalau bicara terus?!"

Saat itu ibunya memberengut pura-pura, melempari ayahnya yang tertawa terkekeh-kekeh dengan serbet. Ia yang masih duduk di SMP juga tergelak di samping motor yang sedang mereka perbaiki. Tidak ada yang lebih tahu bagaimana membuat ibunya menggerutu dengan bahagia sebaik ayahnya.

Fendra tahu ayah dan ibunya menikah di usia yang masih sangat muda. Ketika menjadi kernet dan berhenti di Probolinggo itu usianya kira-kira delapan belas tahun. Ibunya juga hanya beberapa bulan lebih muda. Tapi dengan keberanian sebesar gunung, Jatmiko melamar Sakinah kepada neneknya dan menikahinya. Pemuda itu masih bolak balik antara Depok dan Probolinggo sampai dua bulan kemudian. Ketika nenek Sakinah meninggal dunia, ia memboyong istrinya yang belia ke kota tempat tinggal mereka sekarang.

"Laki-laki sejati itu harus bisa menjaga tiga hal biar bisa disebut laki-laki tulen, Ndra..." ayahnya berucap suatu kali. Ketika itu sang ibu tidak ada, dan Jatmiko tidak memasang bahasa perayunya untuk bicara dengan Fendra.

"Yang pertama mulutnya. Laki-laki itu harus bisa dipegang omongannya. Janji dan ucapannya diletakkan di atas nyawa; nggak ada ingkar, nggak ada khianat, yang ada cuma mati. Yang kedua nafsunya!" Jatmiko membelalak sambil mengibas-ngibaskan tangan di depan celananya,

"Orang kalau sudah tidak bisa mengendalikan nafsunya, dia nggak akan bisa mengendalikan dirinya sendiri. Kalau sudah nggak bisa mengendalikan dirinya, hidupnya juga pasti jadi tak terkendali. Kalau hidup kita sudah tak bisa kita kendalikan sendiri, lha mau apa?! 

Dan terakhir, Nak. Ia harus bisa menjaga keluarganya"

Saat itu Fendra hanya tertawa karena melihat wajah ayahnya yang penuh ekspresi. Ia belum mengerti karena masih duduk di bangku SMP. Tetapi memorinya menyimpan percakapan waktu itu. Ketika Fendra sudah memasuki usia baligh, ia akhirnya mengerti.

Seberapapun besar kerinduannya pada sang ayah, Jatmiko Rahmadi tidak pernah lagi hadir dalam mimpinya. Fendra masih bisa mendengar suaranya dalam beberapa file recorder yang tidak terlalu panjang. Tetapi selain foto di dinding itu, ia tidak pernah melihat ayahnya lagi di dalam mimpi.

Lean On Me (Bersandarlah Padaku )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang