7# Lo Mau Jalan Sebentar?

423 97 14
                                    

# alhamdulillah berhasil Update Lean on Me tepat waktu. Kenapa masih lengang ini ceritanya ya?  Apa terlalu murung nuansanya? Atau terlalu muda? Atau covernya yang murahan peyek? 😂😂😂
Saya dan seni rupa memang seperti minyak sama air... ajarin dong bikin cover yang gilabule😂😂

Jangan tertipu gaya bahasa "Lo gue" saya ya. Cerita ini sudah bikin saya nangis dan ketawa waktu nulisnya. Semoga kalian juga. VOMENT VOMENT VOMENT#

***

"Lo pasti tahu alasannya, kan?" Fendra bertanya dengan nada penuh tuntutan ketika Nilam tinggal berdua saja dengannya beberapa hari berselang. Anak-anak yang lain sudah pulang.

"Alasan apa yang lo maksud? Bicara yang jelas, ah!"

"Alasan Karima nggak mau kasih tahu bokapnya atau minta bantuan pihak berwenang soal kelakuan Igo yang kurang ajar ke dia."

Saat itu Nilam seperti disambar petir. Semua rahasia Karima ini hanya dirinya dan cewek itu yang tahu. Kenapa sekarang Fendra justru bisa bicara segamblang itu?

"Lo ngomong apa, sih? Gua nggak ngerti, ih!"

"Nggak usah main mungkir, deh, Lam. Ini keselamatan Karima yang kita omongin! Lo mau nunggu dia tenggelam, baru teriak minta tolong?"

Nilam keder. Selama ini bukan dia yang bersikap sok cuek dengan bahaya yang mengancam sahabatnya. Tapi Karima yang keras kepala menuntut semua hal itu tetap menjadi rahasia. Meskipun dia juga merasa takut dan tidak nyaman, katanya apa yang dilakukan Igo adalah perlakuan sayang seorang om yang biasa. Katanya itu karena mereka tumbuh besar bersama, dan Igo tidak pernah melakukan lebih jauh dari godaan kecil untuk membuatnya jengkel.

Nilam percaya karena ia belum pernah melihat sendiri. Tetapi setelah mendengar cerita Fendra tentang apa yang dilihat Titis, ia mulai takut kalau Karima mungkin memang dalam bahaya.

"Karima paling anti buat ayahnya susah. Dia nggak mau ayahnya sampai stress gara-gara hal itu. Dan lo tahu Karima, kan? Buat dia reputasi itu segalanya.  Lo bisa bayangin gimana perasaan dia kalau ada anak-anak lain yang tahu soal ini? Dia bakal jadi bahan gunjingan dan dituduh macam-macam. Kalau lo ngelihatnya dari sudut pandang Karima, lo pasti ngerti alasan dia, Ndra."

Fendra mengernyit, dan kemudian menggeleng, "Gua nggak ngerti...."

Nilam maklum; Fendra laki-laki. Dia tahu pikiran laki-laki seperti Igo. Melihat Karima yang nampaknya slow saja menghadapi pamannya, tentu saja cowok itu tidak habis pikir.

Tapi.... kenapa tiba-tiba Fendra tampaknya sangat peduli?

"Gue udah lakuin yang gue bisa buat Karima.  Gue jadi teman curhatnya,  gue jemput dia kalau dia minta dijemput buat menghindari Omnya. Karima sering banget nginep di rumah gue, Ndra, dan gue juga seneng dia nginep. Kita sepakat atau enggak sama keputusan dia, tapi itu tetep pilihannya Karima, kan? Kita nggak bisa jauh-jauh campur tangan."

Cowok jangkung yang atletik itu menatapnya beberapa detik, seperti mencoba mengendapkan perkataannya. Tetapi ia tetap berdecih pada akhirnya, membuang muka dan bersiap untuk pergi.

"Gue udah jawab pertanyaan elo, Ndra. Sekarang lo bisa, kan, jawab satu pertanyaan gue juga?"

Montir itu berhenti,  mengembalikan tatapan padanya sekali lagi.

"Kenapa lo peduli?"

"Gue punya ibu dan adik cewek, Lam. Gue nggak bisa nggak peduli."

Fendra berbalik, mengangkat helmnya yang berat, tampak gontai.

Lean On Me (Bersandarlah Padaku )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang