11# Duka Kita Sama

382 93 17
                                    

#baru bisa update?!😲😲😲😲 maafkan karena anak anak baru pada heboh belakangan ini. Tetap voment ya dears....💝💝💝💝#

****

Rawak Suteja baru saja melalui kelokan di Jalan Nangka Barat saat ia melihat sebuah pick up besar berdecit memepet motor trail hitam di sisi kirinya

Cipong!

Tangan besarnya menarik gas membawa raksasa tua itu melaju lebih cepat. Namun pemandangan di hadapannya membuat kemarahan meloncat mendahului motornya.

Pintu penumpang pick up itu membuka, memotong jalan Cipong tepat di depannya. Saat berikutnya sesosok pria berayun keluar, berpegang pada tepian atap mobil. Kakinya yang panjang menjejak keras ke arah Hyosung hitam itu. Sesaat trail montirnya oleng, dan tendangan  kedua berhasil membuat kendaraan ramping itu meluncur lepas dari tepian jalan, menuju lereng jurang di bawahnya.

"ANJRIIIT! NGABANGSAT SIAAAK!!" Rawak berteriak,  membawa motor besarnya melesat menyusul Triton hitam besar itu. Namun seperti telah menyelesaikan misinya, kendaraan empat pintu itu juga menggerung meninggalkan lokasi korbannya tanpa menengok lagi.

Sedetik Rawak melintas di tempat Fendra jatuh. Dari bibir jalan, suara Hyosung hitam itu masih bisa terdengar; menggerung berusaha bertahan dari terperosok lebih dalam.

Rawak melepas stang kemudi, meraih ke dalam tas kulit yang selalu tersampir di sisi motornya. Sesaat kemudian lengannya yang besar melempar ujung tali berpengait jangkar ganda ke pohon terdekat yang dilintasinya, dan sisa gulungan tali  itu melayang dengan mudah dari tangannya yang ahli, jatuh ke bibir jurang.

Untuk sementara Cipong harus bertahan sendiri dengan tali itu. Ia tidak bisa membiarkan cacing-cacing kurang ajar itu lepas dari tangannya.

Rawak mengaduk-aduk lagi isi tas di samping belakangnya dan mengeluarkan pistol suar. Anak-anak semut sudah tahu ia mengejar Cipong untuk suatu alasan. Dan sekarang sinar suara ini akan memandu mereka untuk lebih cepat tiba di tempat Si Montir.

Cahaya biru berpendar terang membelah petang yang meremang. Sinarnya memberikan pemandangan yang lebih baik bagi Rawak untuk memperhatikan mobil itu. Sayang sekali nomor platnya ditutupi, tapi ia bisa melihat dua kepala yang membayang dari kaca belakangnya.

Sekali lagi tangannya mengais kantong kulit motornya. Tidak ada yang cukup berat untuk membuat mobil itu berhenti. Tetapi ia kini menggenggam sebuah kunci inggris besar. Rawak hanya butuh satu kesempatan.

Tangan kirinya menarik gas, membuat kuda besi kesayangannya melaju lebih cepat ke samping mobil itu.  Lalu dengan sebuah bidikan jitu berkekuatan besar, ia melepaskan kunci inggrisnya ke kaca samping di depan. Mobil itu telah melaju lagi hingga bidikan Rawak gagal mengenai penumpang di sisi kiri. Tetapi ia berhasil membuat lobang di kaca penumpang belakang.

Dengan sigap ia membidik dan menembakkan pistol suaranya lagi melewati lubang yang telah dibuatnya.

Segera saja dalam hitungan detik sebuah ledakan menghebohkan terjadi. Sinar biru berpendar dari kabin mobil itu disertai asap tebal  yang jelas menutup pandangan pengemudi. Seketika laju pick up itu oleng ke sisi kanan jalan sebelum akhirnya menabrak pembatas dan berhenti.

Rawak meninggalkan motornya beberapa meter agak jauh, bersamaan dengan dua orang pemuda kurus yang keluar dari kabin mobil sambil terbatuk-batuk. Masing-masing dari mereka menggenggam kunci roda besar dan sebuah parang panjang.

Kedua orang itu maju dengan langkah sempoyongan dan setengah buta. Dalam jarak satu setengah meter mereka mulai mengayunkan senjata dengan membabi buta, sementara pria berambut ikal panjang itu hanya mendenguskan tawa. Sebelah kakinya maju selangkah, dengan kedua lengan merentang membentuk sepasang gada. Lalu tebasannya melibas dua orang cungkring itu tepat pada batang leher.

Lean On Me (Bersandarlah Padaku )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang