Vote dulu cewek cowok.
___
"Bunda udah meninggal, kan Dev, Ret." Rena tahu, bahwa suaminya itu tidak tidur, melainkan menghindari percakapan. Ia tidak butuh untuk dilindungi se-besar ini sampai kabar dari sang Bunda ditutup tutupi. Benar kecewa. Air bening yang ditahannya mulai menggenang di pelupuk mata Rena.
Deva yang tadinya setengah tidur, kini matanya terbuka lebar mendengar penuturan sang istri. Ia menarik tangannya dari perut Rena. Lalu bangun secepat kilat. Lain lagi dengan Reta yang langsung menutup mulutnya.
Melihat reaksi dari suami dan sahabat, Rena termenung, menatap lurus ke depan. Kiranya, ini hanya ilusi, yang ternyata, kenyataan pahit yang membuatnya menelan ludah susah payah.
"L-lo? G-gimana ... Rena ..." Suara Reta terdengar terbata-bata saking tak tahunya ingin berkata apa, menatap sang sahabat dengan heran dan sedih secara bersamaan. Bagaimana bisa Rena tahu? Apakah ini penyebab Rena syok? Pikir Reta. Sedetik setelahnya, sahabat Rena itu menggelengkan kepalanya, tak percaya. Tak mungkin Rena tahu. Dari mana?
"Ret, Lo keluar dulu. Kayaknya Rena ngigau." Deva dengan segera duduk dari posisi tidurnya, dan langsung melihat reaksi Rena yang tampak diam, memandang lurus ke depan. Kosong. Deva menghela napas, menahannya dan membuangnya dengan napas berat.
"Rena ..." Panggilnya yang tentu tak Rena hiraukan. Istrinya itu sibuk memandang, diam, tak bergeming.
Deva kontan menepuk bahu istrinya. "Ren, Rena. Kamu kenapa? Kok bilang gitu? Siapa yang meninggal?" Ternyata Deva masih tak mau mengungkap. Merasa, keadaan Rena sekarang ini masih belum bisa diajak berbincang serius.
Reta refleks mundur, menggelengkan kepala berkali-kali, dan berdiri menjauh ke luar ruangan. Ia tak mau melihat respon Rena selanjutnya. Dari belakang Rena bisa lihat, cewek itu mengusap air matanya.
Istri Deva itu menoleh pada sang suami yang menepuk pipinya khawatir. "Jangan bohong, Deva ..."
"Aku ga bohong. Kok bisanya kamu bilang bunda meninggal. Ngaco, deh," sangkal Deva tertawa garing.
Rena membuang pandangannya. Deva tak tahu saja bahwa ia sudah tahu segalanya. Bundanya ... Memang sudah meninggal. Nyatanya, Rena kecewa, mengapa hal sebesar ini disembunyikan darinya. Namun meski begitu, ia yakin, sang suami hanya ingin melindunginya.
Air mata yang tergenang itu, perlahan mengalir menetes ke pelipis turun mengenai rambutnya.
Sang Suami merasa kalut melihat istri menangis, mengusap pelan cairan itu dengan lembut.
"Hei, kenapa nangis. Ga ada yang meninggal, Ren," bisik Deva masih tak mau jujur. Sebab, melihat Rena bgini saja membuatnya cemas setengah mati. Lalu bagaimana jika semua itu benar adanya? Deva tak tahu ingin berbuat apa lagi.
Rena lantas, menangis tertahan. Isaknya bahkan sekuat tenaga ia tahan. Dada nya penuh, sesak, bertepatan dengan rasa sakit seolah ditikam tepat di tengah jantungnya. Rena, untuk bernapas saja ia tak ingat. Kesedihannya larut, sampai membuat Deva yang sedari tadi memanggil namanya ia mengerang frustasi sebab tak dibalas.
"Rena! Rena!" Deva mengguncang bahu istirnya pelan. Sungguh, Deva ingin meraung kencang sekarang. Belahan hatinya terisak pilu. Deva tak paham! Benar semua membingungkan.
Melihat Rena kehilangan napasnya, Deva mengerjap bingung, kemudian setelahnya ia menyadari bahwa sang istri sesak napas entah mengapa. Deva sontak panik.
"Rena, sadar, Ren! Rena!" Deva mengacak rambutnya geram. Ia turun dari brankar, memencet tombol alat di meja nakas. Berharap dokter segera datang cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNORANT ✓
General Fiction[TAMAT] lagi repisi, jadi simpan ke perpus dulu aja, ya. Ini tentang RENATA ALEWIES dengan segala kecuekannya. Dia hamidun saja cuek dan tidak peduli. Deva, sebagai tersangka yang menghamilinya saja dibuat termangu, dia ingin bertanggung jawab atas...