Part 21

6.8K 524 33
                                    

Maapkeun salah manise krna update lama. Eh tapi minta kata maap dari pocer eksell ya, siapa suruh ga mau terbang. Padahal manise udah santet konternya biar nerbangin pocer setiap bulan tpi kok ga nyampe2, ya? Sepertinya si pocer kehabisan bensin? Adakah yang mau menyumbang bensin gaib?

Yang mau komen ya. Biar up cepetz. Manise ga laik bekos no onlen.

___

Setelah Reta memasak sedikit untuk Rena, ia masuk ke dalam kamar cewek itu tak lupa mengetuk pintunya dahulu.

"Masuk, Reeett!"

Ketika melihat Rena lagi duduk menghadap jendela, ia berjalan mendekat pada temannya itu.

"Ren, Deva mana?"

"Di kamar mandi," sahut Rena tanpa mengalihkan perhatian di depannya. Kedua tangannya ia pakai untuk menumpu dagu.

Reta manggut-manggut lalu menepuk pundak Rena.  "Gue udah masak. Lo kalo mau makan suruh Deva aja yang nganterin, ya. Gue mau ngampus, nih."

Rena memutar kepalanya menatap Reta. "Lo mau ngampus? Lah gue?" tanyanya menunjuk dirinya sendiri.

"Jadwal Lo bukan hari ini, dodolll. Lusa baru Lo pergi."

"Oh iya, ya. Lupa gue."

"Nah itu. Tapi kalo Lo mau pergi, sama Deva, ye. Kan udah ada babu Lo."

Rena mencebik namun setelahnya ia tertawa. "Tau ... Tau ... Tapi belum tentu dia mau."

"Ck. Pasti mau, lah. Entar kalo dia gak mau suruh tidur di luar kamar aja," sahut Reta enteng. "Biar tau rasa. Istri sendiri kok ga mau bantu dikit. Gue pergi, yaaa," imbuhnya lagi.

"Iya. Makasih, ya, Ret," ucap Rena manja tiba-tiba memeluk perut sahabatnya yang berdiri di sampingnya.

Reta tertawa geli, "astaga iya iya. Kayak sama siapa aja, sih. Eh betewe tadi Bunda Citra ninggalin jengkol di sini. Kalo mau gue masakin bilang ae. Atau Lo mau masak sendiri terserah," ujarnya.

Rena berdehem masih setia merengkuh Reta. Ia memejamkan matanya, menghela napas berat. "Ret."

"Kenapa, sih? Lo kayak stres gitu."

Rena menghela napasnya sebelum menjawab, "Mamanya Deva kayak gak suka, deh, sama gue."

"Ah, perasaan Lo doang, kali. Tapi emang, sih, dia jarang bicara gitu," bantah Reta sekaligus menenangkan si sahabat.

Reta menunduk mengusap kepala Rena yang tengah memeluknya. "Ingat, Ren. Jangan mikir berat. Gue takut Lo seperti waktu itu," katanya sedih.

"Iya iya. Gue cuma agak heran aja. Tapi ya udahlah. Bodo amat, dia ga suka apa enggak ya terserah." Rena merasa Reta juga merengkuhnya. Semestinya mereka saling mendukung, dan berbagi setiap keluh kesah di antara mereka, tak lupa pula ketiga sahabat yang lain.

"Udah, ya, peluknya. Gue mau ke kampus dulu. Lo kalo mau nitip chat aja, ye," ucap Reta diangguki Rena. Tepat saat Reta keluar ...

Tring

Bunyi dering ponsel terdengar. Rena melihat ponsel Deva bergetar di sampingnya. Dia pun memunguti ponsel Deva.

Dahi cewek itu mengerut, merasa ada sesuatu yang tidak beres dalam pesan yang dibacanya. "Siapa, nih? Wah wah ... Baru nikah aja, udah punya selingkuhan ya, ternyata. Ck." Sedikit jengkel, ketika membaca pesan tersebut.

"Toyongin guwe devha, anyak guwe mawu maken." Rena membaca pesan tersebut dengan nada meledek. Seperti sinis, sebab merasa orang yang mengirim pesan di ponsel suaminya itu tidak tahu diri. Di sini sudah resmi menjadi laki orang. Jangan macam-macam.

IGNORANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang