Part 37

4.1K 366 32
                                    

Rena bangun dengan badan remuk bak ditimpuk batu besar. Semalam, Deva habis-habisan memakannya seolah cowok itu tidak diberi jatah selama bertahun-tahun. Bisa dibayangkan, bagaimana Rena yang dibawah. Hehe

Karena kesal sebab tadi malam Deva melebihi batas dari kesepakatan, Rena dengan brutal memukul punggung Deva yang belum dibaluti kain. Sampai punggung seksi itu memerah disertai bekas jiplak lima jari oleh tangan Rena.

Plak!

Plak!

Deva mengaduh sakit dalam tidurnya. Langsung saja cowok itu membuka mata ketika punggungnya semakin dipukul keras. Ia yakin ini pasti ulah istrinya lagi.

"Ren ... Belakang aku kamu pukul sampe bengkak pun aku ikhlas," katanya dengan wajah mengiba. Lanjut berkata, "tadi malam kamu cakar, sekarang kamu pukul. Tega banget."

Rena kembali memukul Deva, kali ini di wajahnya. "Gak peduli! Lo tadi malam gak pake hati, jadi gue juga harus balas dong!"

"Ya Allah, Ren. Tadi malam aku pake perasaan tahu! Lembut banget, sampe kamu sendiri yang mau cepet-cepet. Gimana sih?"


"Ck! Gak usah Bashot Lo!"

Wajah Rena bersemu. Bibirnya cemberut tak menyahut lagi.

Deva tergelak. "Akui aja, Ren. Kamu rindu sama aku."

Rena menampilkan raut jijik nya. Bahunya naik, mengedik. Serasa geli mendengar gombalan Suaminya yang kaku itu.

"Euh! Jijay gue rindu sama Lo."
Cewek berperut buncit itu akhirnya turun dari kasur dengan selimut melilit di tubuhnya. Meninggalkan Deva dengan sisa tawanya.

Sedangkan Suaminya tentu kembali ngorok. Baru saja ingin menutup mata, Deva dibangunkan oleh dering ponsel yang sepertinya itu milik Rena. Ponsel Rena berdering? Adakah yang tahu nomor asing Rena?

Deva pun bangun tak lupa memakai boksernya dulu kemudian mengambil ponsel di atas nakas kamar hotel.

Cowok membuka pintu balkon itu, berjalan ke depan lalu menopang tubuhnya di pinggiran balkon.

Ayah

Barusan Ayahnya menghubungi Deva. Selama ia menikah, hanya ibunya yang kerap meneleponnya. Ada apa ini?

"Assalammualaikum, Yah?"

"Waalaikumsalam, tempat kamu tinggal di London di mana?"

Deva diam sejenak. Dahinya berlipat, merasa ada sesuatu yang tidak baik di sini. "Ada apa, Ayah?"

"Jawab saja."

Dengan ragu, Deva pun menyebut kota tempat hotel yang mereka inapi. Deva sebenarnya ragu, dan sedikit takut. Seperti ia mendapatkan firasat buruk mengenai dirinya ataupun istrinya. Deva pusing memikirnya.

"Ayah mau ke sini? Ada yang terjadi, yah?" tanya nya tanpa basa-basi.

"Bukan Ayah. Mertuamu yang ke situ."

Deva sontak saja terkejut. Kernyitan di dahinya semakin dalam, akan adanya hal yang dia tidak suka dan sesuatu hal yang sedang dia pikir. Yaitu, apa yang Mertuanya lakukan di sini nanti? Apakah Pramudi tahu? Oh jangan sampai. Apakah yang diucap Istrinya akan terkabul?? Please jangan.

"Ayah, jangan bilang mertua aku sudah tau?"

"Terima konsekuensi mu saja, Nak."

"Yah! Aku harus gimana? Pak Pramudi gak mungkin misahin aku sama Rena kan, Yah?"

IGNORANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang