Part 28

5K 440 35
                                    

Gue kalo liat Votenya banyak, otomatis cpet up! Beb.

___

Seminggu kemudian ... Hari  ini wanita paruh baya itu datang. Dia tidak datang sendiri, melainkan bersama sepupu Deva yang berselisih satu tahun dengan Deva. Doni namanya. Mereka berdua hanya tinggal selama tiga hari saja. Marina datang lebih cepat dari yang dia katakan.

Namun, ada yang beda di sini, Rena merasa tidak nyaman, ketika Doni--sepupu Deva itu sering memergoki mereka berdua ketika  sedang olahraga renang. Bukan masalah mereka melarang Doni masuk, masalahnya, di papan pintu telah di beri peringatan jangan masuk, karena sepasang suami-istri itu sedang berolahraga atau senam renang. Apalagi, Rena hanya memakai hot pants dan baju berlengan pendek dan transparan.

Memang pintu menuju kolam renang tidak di kunci, makanya hanya di beri tanda bila tidak boleh ada orang yang masuk. Mereka ingin berduaan saja, ya meski keduanya hanya adu mulut di sana.

Bukan sekali si Doni itu melihat mereka, dan bukan hanya di kolam juga. Kadang jika mereka di kamar, Doni sering mengganggu kegiatan mereka. Apalagi, si Dono Dono itu, datangnya tengah malam, entah untuk apa panggil Deva. Padahal mereka sangat mengantuk.

Maka dari itu, selama 2 hari ke depan, cewek berbadan buncit itu, absen dari senam renangnya. Memang masih belum waktunya dia banyak gerak, tetapi dia suka menemani Deva berenang, selain itu, wanita itu juga suka dengan air. Dia bukan orang yang blak-blakan, mengatakan hal ini pada suaminya. Hanya saja dia merasa masalah ini hanya sepele, jadi tak perlu dikatakan.

Makan malam saat ini, sangat hikmat. Diikuti candaan kecil yang dilayangkan oleh Doni. Lelaki itu memang mudah akrab dengan orang baru. Apalagi, dia memiliki sifat humoris, ya meski sedikit misterius.

"Kak Rena, udah berapa bulan?" Doni sejenak mengehentikan kunyahannya, melirik sekilas pada Rena.

"Mau masuk 4 bulan," jawab Rena seadanya. Tanpa menolehkan kepalanya sedikitpun.

Doni manggut-manggut mengerti, "jadi hamil di luar nikah, ya?"

Rena mengehentakkan sendok nya di atas meja. "Iya kenapa? Masalah?" Deva di sampingnya hanya mengusap pahanya di bawah meja. Berusaha menenangkan sang Istri yang pasti ingin meluapkan emosi. Apalagi, Rena, moodnya kadang-kadangan.

Ngomong-ngomong, Reta tidak ada  di Penthouse ini. Dia sementara menginap di apartemen pacaranya-- Septa.

Doni memutar bola matanya, "cuma nanya gitu aja, marah." Melihat Rena terlihat marah, membuat dirinya sangat puas.

Marina yang sedari tadi diam, angkat bicara. "Udah Don! Jangan ganggu kakakmu!"

"Iya mah," balas Doni cengengesan. Dan meminta maaf pada Rena. Rencana ingin bercanda, malah runyam.

"Dev, temennya Rena ke mana?" tanya Marina menatap menantu dan anaknya. Ketidakberadaan Reta membuatnya bertanya-tanya, apa gadis itu sudah tidak tinggal di sini.

"Dia lagi nginap di rumah temennya. Karena mama sama Doni datang ke sini, jadi dia nginap di sana."

"Lho, itu bisa, kan. Terus kemarin-kemarin, masa Surinah gak bisa?"

Rena menundukkan kepalanya, memakan makanannya pelan. Mertuanya sangat ... Oh astaga. Rena ingin sekali mengumpat, untung bayi-bayinya mengingatkannya.

"Kita gak enak, Mah. Surinah bukan keluarga kita, Mah."

Marina mendengus, memutar bola matanya. "Ya masa kalian biarin gitu. Kan bisa tidur sama Reta."

"Mah ... Udah, ya. Kita juga udah cariin dia penginapan." Deva muak. Tak peduli apa yang Surinah itu lakukan ke sini, ia bodo amat. Kenapa dia yang jadi repot untuk tempat tinggal cewek itu. Memangnya dia siapanya.

IGNORANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang