Part 11

9.9K 767 42
                                    

Vote
___

Huek hueekk

Saat ini Rena berada di depan westafel ditemani oleh Reta. Memasuki bulan keempat kehamilannya, Rena malah ditimpa morning sickess. Dan hal itu dirasakan jika perempuan itu melihat Reta makan. Dan ketika sesudah makan malam. Yah bisa dibilang night sickness lah. Bukan pagi lagi.

"Udah?"

"Hm." Rena bergumam sembari memegang kepalanya yang pusing. Keduanya pun kembali ke kasur dengan Reta yang memapah cewek yang sudah dia anggap saudara.

"Gara-gara Lo, sih, Ret! Lo kalo makan jangan cepet-cepet. Gue muntah kan liat Lo."

"Helo? Gue yang makan kenapa Lo yang sewot?" balas Reta melototi Rena.

Rena yang tak mau kalah pun, menyahut tak kalah kerasnya. "Ya gara-gara elo! Gue mual karena Lo gak mau pelan-pelan. Udah dibilangi juga."

Reta mendengus. "Salahin gue teroooss. Semuanya gue mulu yang salah! Lo kagak."

"Y-ya Lo kan emang salah. Gue mual karna e-elo."

Reta memutar bola matanya, "si adek yang buat, tuh." Ia menunjuk perut Rena dengan pandangan matanya.

Sedang si sahabat langsung mengelus perutnya yang mulai buncit itu. "Masa, sih? Emang iya?" tanyanya ketika Reta juga ikut menyentuh sang buah-buah hati.

Reta cekikikan tidak jelas membuat Rena merinding takut.

"Entar kalo lahir mereka mirip siapa, ya?"

"Ya Lo sama Deva, lah. Ya kali gue," sahut Reta bergurau.

"Amit-amit. Ambilin makanan dong, Reeet. Aku lapeerr." Rena menatap  sahabatnya itu dengan puppy eyes agar permintaannya bisa dikabulkan.

"Jijik, Ren. Lo mau makan apa, nih?"

Rena memekik senang, "bubur aja." Tidak tahu kenapa, ia pengen sekali dengan bubur buatan Reta.

"Yakin, nih?"

Rena mengangguk singkat.

"Bener, yaaa. Bubur aja. Gue gak mau kalo Lo entar gak mau makan."

"Iyaaa. Gue lagi pengen banget. Mungkin bebinya yang mau,"  sahut si bumil itu semangat.

Reta pun berbalik meninggalkan Rena yang tengah memejamkan matanya.

Tak lama setelah itu, Reta kembali datang membawa nampan berisi semangkuk bubur dan air minum. Dia meletakkan nampan tadi nakas samping ranjang.

"Bangun woi!" serunya sembari menggoyangkan lengan Rena yang tengah memejamkan matanya itu.

"Lo bawa apa?" tanya Rena dengan suaranya yang serak. Sakit di kepala kembali menyerang ternyata.

"Sakit lagi?" tanya Reta saat melihat Rena merintih kesakitan.

Anggukan kecil sebagai jawaban Rena beri karena tak sanggup untuk menjawab.

"Suapin ya, Ret. Lemes banget soalnya, sakiiiit," rengek Rena sembari memaksakan diri untuk mengangkat badannya agar bisa duduk.

"Hmm." Reta menyahut tak ikhlas kemudian mengaduk dahulu bubur tersebut sambil ditiup pelan-pelan.

"Besok Lo harus traktir gua," kata Reta seraya memasukkan sesendok  pada Rena.

"Hm, iyaaaa," dengus Rena pasrah. Memikirkan nasib atm nya, apakah cukup?

"Yes!"

"Besok dikit aja ya, Ret, belanjanyaaa. Duit gue sekarati niihh,"  ujar Rena manja sambil menerima suapan terakhir dari Reta.

IGNORANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang