___
Untuk mewakili tentang langkah apa yang selanjutnya diambil, Mita dan Roni tiba di depan rumah besar Rena. Pasalnya, ketika Reta datang memberitahu mereka bahwa Pramudi sudah tahu Rena lagi di mana, belum ada tanda-tanda pergerakan Pramudi. Dan karena mereka ini adalah orang pedulian, mangkanya sekarang mereka mau tahu apa yang Pramudi lakukan untuk Rena dan Deva.
Setelah menekan bel beberapa kali, akhirnya pintu terbuka memunculkan Bismo sedang menggendong bayi. Cowok itu mengernyit dahi, bingung untuk apa mereka berdua ke sini tanpa memberi kabar terlebih dahulu.
"Ngapain Lo berdua? Ga ada makanan di sini!"
Roni mendengus, "kualat Lo gituin tamu. Suruh masuk kek, kasi minuman gitu. Lo kira kita pengemis?! Dasar kampret emang!"
"Kita mau ketemu, Om. Om ada gak?" Mita maju bertanya.
Bismo mengedik bahu. "Dia udah tiga hari gak pulang, katanya sih ada urusan gitu," tuturnya. Karena Bismo masih punya etika tuan rumah, ia pun mempersilahkan Mita dan Roni masuk.
"Lo berdua masuk, deh. Pasti tentang Rena lagi, nih. Heran gue, tuh anak udah nikah jadi seleb sekarang. Selalunya bermasalah mulu," ucap Bismo masuk ke dalam rumah diiringi gerutuan tak bermanfaat.
Roni memukul pelan kepala temannya itu sampai nyaris membuat Bismo terpelanting ke depan. "Kurang ajar, Lo tai!" umpatnya pada Roni.
Mita kali ini menggeplak mulutnya. "Lo ya! Anak kecil di depan lo, mulut dijaga!" Cewek itu mengambil Raina ke dalam gendongannya. Lebih baik begini.
"Cowok Lo tuh! Gue hampir jatuh an--"
Plak!
Mita memotong ucapan Bismo dengan menampar mulut cowok itu keras. "Dibilang jangan bicara sembarangan!"
Roni mencolek bahu Mita. "Eilah! Si Raina mana paham kali, Mit."
Mereka akhirnya duduk, dengan Bismo yang merasa dongkol.
"Btw ini Rena sebenarnya mau digimanain, sih?" tanya Bismo. Roni dan Mita menggeleng secara bersamaan.
"Lah terus ngapain ke sini kalo ga tahu?"
"Ya kan kita sebagai teman peduli teman mesti lah ada dikit rasa membantu. Kita ke sini kan mau ketemu sama Om, kali aja ada info." Roni bersandar di sofa ruang tamu dengan kedua tangannya merentang berlawanan.
"Lo tahu Om kemana?" tanya Mita pada Bismo yang dibalas gelengan. "Lho? Beneran gak tahu? Dia gak pernah ke sini udah tiga hari? Bahkan menelpon gitu? Atau apa?"
Bismo menghela napas, "enggaaak. Raina aja dititipin sama baby sitter nya kemarin. Gue baru datang juga kemarin," jelasnya.
"Sebenernya gue udah tau kalo Rena sakit karena dengar Bunda meninggal. Gue mungkin kalo jadi Deva kayak dia, walau ga senekat gitu juga, sih." Bismo berujar santai.
Sementara Roni dan Mita yang baru tahu refleks melototkan mata pada sepupu Rena itu. "WHAT?!" pekik mereka bersamaan.
"Rena sakit dari mana Lo tahu?!" seloroh Mita menekankan suaranya.
"Ya Deva bilang ke gue, lah! Dia mau mati kalo ga ngabarin gue?"
Bismo lagi membuat kedua temannya itu terpaku di tempat. Tak menyangka, ternyata Rena dan Deva disangka liburan kampus ternyata dusta. Pantas saja mereka merasa ganjil kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNORANT ✓
General Fiction[TAMAT] lagi repisi, jadi simpan ke perpus dulu aja, ya. Ini tentang RENATA ALEWIES dengan segala kecuekannya. Dia hamidun saja cuek dan tidak peduli. Deva, sebagai tersangka yang menghamilinya saja dibuat termangu, dia ingin bertanggung jawab atas...