Bugh!
Bugh!
Deva menunduk menerima segala pukulan dari kepalan tangan istrinya. Meski rasanya tidak sakit banget, tapi perih pas dicubit. Deva pasrah saja, toh, salahnya juga.
Plak!
Plak
Ini cukup parah. Pipi Deva kontan bersemu, akibat dua tamparan dari berbagai arah yang dilayangkan Rena ke wajahnya. Deva menghela napas pasrah. Rambutnya kini awut awutan seperti kasur pengantin malam pertama.
"Lo jahaaaaattttt!!!!" teriak Rena histeris. Istri Deva itu menjambak rambut suaminya ganas. Kondisinya kini sudah sehat, em, lebih tepatnya sangat sehat, ya. Soalnya sudah bisa pukul-pukul.
"Lo jahat! Lo jahaaatt!! Dasar gigoloooo!!" Rena sekali lagi menimpuk kepala Deva sadis lalu berjalan menuju kasur di sebuah kamar hotel, tempat mereka menginap. Nyatanya, hotel ini bukan di Singapura, bukan juga di Indonesia.
Rena benar marah sama Deva. Cowok itu, tanpa persetujuannya membopong dirinya bersama anak-anak dalam perut ke London. Siapa yang tidak kaget dan marah? Deva ini dalam pikirannya ada apa, sih? pikir Rena kala terbangun kala itu.
Rena memang tak segan memukul orang jika dia sangat benci sama orang yang memutuskan sesuatu hal yang menyangkut dirinya sendirian, tanpa mengajaknya ikut merunding.
"Awwshh." Deva menyipitkan matanya, merintih sakit ketika memegang pipinya. Istrinya ganas. Tapi dia suka, apalagi di ranjang.
"Yaudah, maaf," ucap cowok itu yang sedang duduk di bawah lantai. Kiranya, Rena bengis sekali jadi ibu muda. Untung kasarnya sama Deva, si bucintol.
Rena menarik selimut sampai ke ujung kepalanya. Tangis yang sedari tadi ia tahan akhirnya keluar juga. Deva benar-benar gila. Hatinya benar dikoyak sampai hancur. Intinya, Rena tak suka.
Hiks
Hiks
Deva mendengar suara isakan dari mulut istrinya, sontak berdiri. Cowok itu lari menghampiri istrinya. Berjongkok di pinggiran kasur. "Ren ..."
Selimut yang Rena pakai bergetar, Deva menampilkan raut bingung sekaligus sedih. Ini bukan cuma demi dia, tapi untuk istri dan anaknya. Lagi pun, Deva sempat minta tolong ke Reta, untuk memberitahu ke Pramudi dan yang lain bahwa mereka ada di London.
Bukannya senang, hati Deva kini dalam keresahan. Entah bagaimana lagi ia ingin bertindak. Inginnya liburan santai, tapi di waktu begini memang bukan hal yang tepat. Deva memukul kepalanya sendiri karena merasa bego.
Cowok itu duduk di samping istrinya, sembari mengelus kepala Rena di balik selimut. "Minggu depan pulang, Ren. Janji," katanya yang tak diindahkan Rena. Istrinya itu membalikkan badan, memunggunginya, kembali menangis sedikit meraung.
Deva menghela napas berat, setelahnya ia keluar dari kamar, niatnya mencari sesuatu.
Sedang istrinya kini, masih terisak dalam diam. Rena ingin bunuh Deva, tapi mau jadi janda di London, masa iya. Mau pulang nanti, Rena tidak tahu pin Kartu kredit Deva.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNORANT ✓
General Fiction[TAMAT] lagi repisi, jadi simpan ke perpus dulu aja, ya. Ini tentang RENATA ALEWIES dengan segala kecuekannya. Dia hamidun saja cuek dan tidak peduli. Deva, sebagai tersangka yang menghamilinya saja dibuat termangu, dia ingin bertanggung jawab atas...