Hai : )
Ada baiknya divote dulu :)
Thanks for readingTypo bertebaran. Mohon dikoreksi yah!
Thank you*Happy Reading*
_____
"Goblok Lo! Gak tau main apa?!" Bismo berdecak kesal. Bagaimana tidak, Roni hanya diam di tempat nya. Tentu musuhnya ambil kesempatan untuk membunuhnya dengan mudah."Ampun bang jago." Roni membalasnya dengan cengar-cengirnya. Beralih memainkan ponselnya kembali.
"Jangan main-main, Ron. Rank ini, entar gue turun lagi. Gak seru ah!"
Roni mengangguk pasrah, "iya, janji, deh. Ga bakalan kalah lagi. Terakhir, suer," membentuk tangannya angka dua.
"YES!" Reka berseru girang, naas kepalanya langsung menjadi sasaran lemparan bantal dari Deva.
"Brisik, Lo!"
"Sorry Hani," ucap Reka lalu mendelik kan matanya, yang dibalas tatapan dingin oleh Deva.
"Dev?"
Deva menoleh sebentar kearah Roni. "Apa?"
Roni beringsut mendekat pada Deva, membisikkan sesuatu. "Lo datang besok malam?"
Deva mengangguk.
"Rena juga datang besok. Lo tetep mau datang?" Si cowok yang sedang memeriksa data keuangan itu memutar kepalanya menatap Roni seperti sedang berpikir.
"Iya. Kenapa?"
Roni memundurkan tubuhnya lalu berkata, "enggak papa, sih. Tapi menurut gue ini kesempatan bagus buat Lo sama dia bicara. Gak mungkin Lo mau bodo amat udah ambil perawannya anak orang."
Deva kembali diam menekuni pekerjaannya.
Si Reka yang dengar sebagian kata Roni langsung menodong berbagai pertanyaan. "Deva? Dia punya pacar? Lu nge*** sama pacar lu, Dev?"
Deva langsung melempar pulpen yang dia pegang ke kepala Reka. "Jangan ngaco!"
Roni dan Bismo tertawa terbahak-bahak ketika Reka mengerucutkan bibir cemberut.
"Ya gue denger lu ambil perawan anak orang. Maksud Roni apa coba?"
Sontak, Roni dan Deva bungkam. Si cowok humoris itu gelagapan ketika Bismo dan Reka memandangnya penasaran.
"A-apa?"
Reka menggeleng dramatis, "kalian punya rahasia, tapi gak bilang-bilang sama kita. Kalian nganggap gue sama Bismo temen gak, sih?"
Deva tetap diam namun matanya menginterupsi Roni agar tidak berkata apapun.
"R-rahasia apaan?"
Reka meletakkan ponselnya, dan maju pada Roni yang semakin kisruh sendiri di tempat.
"Kalian punya rahasia apa?"
Melihat Roni yang memandangnya menyerah, Deva akhirnya buka suara. "Gak ada rahasia."
"Terus apaan tadi? Lu ambil perawan anak orang?"
Deva diam sesaat, "Kepo, Lo."
Bismo dan Reka langsung membuang muka. "Kalian emang gak nganggap kita temen." Mereka kemudian mengumpul barang-barang mereka, lalu mengambil ancang-ancang untuk keluar.
"Eeeeiitttss! Kalian mo kemana? Jangan gitu, lah." Roni mencegah kedua temannya itu.
Reka dan Bismo pura-pura ngambek dan tidak peduli sama Roni yang menghadangnya. Mereka tetap jalan, namun pelan.
Roni memelaskan mata memandang Deva "Dev, gimana, nih?"
Deva menghela napas. "Rena."
Langkah Bismo pun terhenti, begitu juga Reka. Mereka serempak berbalik, dan menatap Deva dengan berbagai pandangan.
Reka mengerjap bingung, "hah? Napa ada Rena? Yang jelas dong." Cowok berkulit putih susu itu duduk kembali, begitu juga dengan Bismo. Sepertinya, sepupu Rena itu juga penasaran kawan-kawan.
Suasana mulai mencekam bagi Roni dan Deva. Jika mereka menceritakan tentang kejadian waktu itu, maka pasti Deva akan terkena imbasnya. Bismo akan murka pada Deva, apalagi ini menyangkut masa depan sang sepupu. Persahabatan mereka pun jadi ancaman.
Roni mulai berkeringat dingin, membatin cemas. Lari gak, ya?
Dengan penuh kesiapan, Deva pun menjawab, "Gue dijebak. Malam perpisahan, gue sama Rena ..." Mengalir lah cerita malam perpisahan, malam pertama si perjaka muda dan gadis muda bertemu di waktu yang salah.
Bismo selaku sepupu sayang sepupu langsung bangkit menjotos pelaku yang telah merebut hak milik suami masa depan sepupunya.
Bugh!
Plak!
Meski ceritanya mereka dijebak, Bismo tidak terima toleransi apapun. Siapa pun berani menyakiti sepupu satu-satunya, ia yang akan maju duluan menjadi penghadang bagi siapa saja yang berani.
Bugh!
Reka langsung menahan bahu Bismo yang hendak mencubit luka di bibir Deva. Jiwa psikopat Bismo parah bet, dah, batinnya ngeri
"Udah, Bis. Lo gila apa?!" Bismo duduk kembali membuang wajahnya sembari berdecih.
Sementara Roni, ia sedang menggigit jarinya grasak-grusuk memandang Bismo dan Deva secara bergantian. Waduhhh untung gue kaga kena. Aman dah
Deva mengusap darah di sudut bibirnya sembari merintih kecil. Pukulan Bismo memang tidak main-main. Dia diam saja karena memang perlu untuk menerima konsekuensinya.
"Sini dulu, Dev." Reka mengambil kotak p3k lalu mendekat pada Deva yang duduk di lantai karena pertengkarannya dengan Bismo tadi.
"Parah lu, Bis. Kalo Lo jadi Deva, pasti lu juga kaga bisa tahan kali," omel si kulit pucat itu sambil membersihkan cairan merah di sudut bibir sahabatnya. Reka mendadak jadi emak-emak guys.
Bismo tampak tak acuh dan berlalu menuju balkon kamar Deva. Siapa yang tidak emosi woi. Ini baru sepupu, coba kalo saudara, mungkin Bismo udah bunuh Deva. Aduh, bahaya ya kawan-kawan.
"Wajar, Rek."
Reka mendelik tajam ke Roni yang duduk santai. "Wajar dia marah, tapi gak sampe bikin gini juga kali sampe muka Deva dijadiin samsak."
"Iya juga, sih. Lu tau Bismo lah. Dia kalo sama keluarganya posesif amat."
Deva hanya diam saat Reka mengobatinya. Pikirnya, perlakuan Bismo memang tidak salah. Lumrah dia marah, karena ini menyangkut masa depan orang yang dia sayangi. Bagi laki-laki, mungkin hubsex dengan perempuan siapa saja tidak masalah, tapi jika gadis yang pertama kali, apalagi dengan orang yang tidak dikenal pastinya sangat masalah. Bukan hanya masa depannya, tetapi keadaan mentalnya pasti terganggu. Belum lagi jika mau menikah, terus mau cari orang yang benar menerima apa adanya, pasti sulit lah.
"Entah nanti gimana, ya?" Roni sedang menerka masa nanti malam, jika Deva dan Rena bertemu. Serta bagaimanakah reaksi Bismo ketemu Rena nanti?
"Doa aja. Mudah-mudahan Bismo kaga misuh-misuhin Deva di sana."
Roni menganggukkan kepalanya serta menaikkan kedua alisnya. "Yeah. Oh iya, Dev, Lu ajak Surinah entar?"
Reka menyela sebelum Deva menjawab, "ngapain dia mo datang? Gue kira lu berdua udah putus, kan?"
____
Rombak beneran, ya guys. Jadi kalo ada typo lagi, bilang ya. Soalnya gak baca ulang
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNORANT ✓
General Fiction[TAMAT] lagi repisi, jadi simpan ke perpus dulu aja, ya. Ini tentang RENATA ALEWIES dengan segala kecuekannya. Dia hamidun saja cuek dan tidak peduli. Deva, sebagai tersangka yang menghamilinya saja dibuat termangu, dia ingin bertanggung jawab atas...