Part 23

5.9K 461 38
                                    

VOTE DULU, YA?

SELAMAT MEMBACA

vote

___

Malam telah berganti pagi. Kedua insan yang baru saja memadu kasih, masih saja belum terbangun dari tidurnya. Saking lelahnya akibat percintaan terlarang semalam, mereka tidak sadar saat ini tidur dengan saling memeluk.

Merasa sakit di seluruh tubuhnya, Mita membuka matanya perlahan. Namun, sebuah dada bidang yang dia lihat. Mita mendongak ke atas melihat siapa pemilik dada bidang ini.

"Roni?!" Mata Mita membulat sempurna. Ia melepaskan pelukan Roni, dan segera bangun tak lupa mengambil selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.

Dia melihat bercak darah di sana? Apakah mereka melakukannya? Apa yang terjadi semalam? Oh ... Tidak!

Mengingat sesuatu telah terjadi tadi malam, air mata Mita mulai meleleh keluar. Mita menangis tergugu, Roni yang merasa terganggu pun membuka matanya.

"Mi- Mita?!"

"Ma-maaf. Gue minta maaf!" Roni meraih tubuh Mita, memeluknya. Berbeda dengan Mita, Roni masih memakai celana pendeknya.

Mita tidak menjawab, lidahnya terasa kelu, napasnya tercekat. Ia masih tersedu-sedu. Dia tak menyangka ini akan terjadi. Tangisnya semakin mengencang. Roni memeluk tubuhnya erat.

"Gue minta maaf. Gue salah," sesal Roni mengusap punggung Mita.

Mita menggelengkan kepalanya, bukan Roni yang salah di sini. Jelas, dia mengingat apa yang terjadi semalam. Dia duluan yang melakukannya. Mecum cih!

"Enggak. Gue yang m-minta maaf hiks hiks," sanggah Mita tersedu. Ia menatap Roni sendu yang juga melihatnya.

Roni menolak, "gue yang salah. Gue akan tanggung jawab. Ini salah gue," pungkasnya kembali memeluk Mita. Menenangkan cewek itu.

"Gak usah Ron!" seru Mita menggeleng, masih berderai air mata.

"Tapi kalo Lo hamil gimana?"

Mita kembali menangis, ia tak memikirkan itu. "Gue gak tau." Cewek itu turun dengan tetap menahan selimutnya, untuk memungut baju yang berserakan di atas lantai, hasil percintaan mereka semalam.

Roni pun diam melihat cewek itu. Merasa, seharusnya tadi malam ia menahan diri sedikit. Ia yakin, hubungannya dan Mita kedepannya pasti kian rumit. Arrghh, erang Roni membatin.

"Please ... Tinggalin gue dulu!" pinta Mita lirih, usai memakai bajunya.

Roni mendekapnya sejenak. Kemudian mengecup keningnya. Ia mengusap kepala Mita.

"Enggak. Gue tetep di sini!"

"Gue butuh waktu, Ron," desak Mita memelaskan mata menatap Roni.

Roni yang melihat Mita pun, pasrah. Cowok itu memeluk Mita sebentar. Sebelum benar-benar memantapkan hati yang merasa tak enak pergi meninggalkan Mita.

"Yaudah, gue minta maaf sekali lagi. Ini salah gue, bukan elo, ingat. Nanti kita bicara lagi setelah Lo nyaman. Oke." Roni meminta maaf sekali lagi. Cewek di depannya mengangguk dengan pandangan kosong.

Mita menggeleng lemah, membuat Roni kembali duduk. "Gue beruntung, Lo yang dapat gue. Kalo misal orang lain, mungkin gue udah gila hiks." Ya, Mita seharusnya bersyukur, kalau bukan Roni yang membawanya, pasti saat ini dirinya bersama orang lain. Dan pasti masalah ini semakin pelik.

"Dan harusnya gue nahan diri. Gue emang salah." Mereka diam merenung, dengan sesekali isakan Mita terdengar.

Roni menghela napas kemudian memegang jemari Mita. "Gue balik, dulu."

IGNORANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang