*Happy Reading*
___
Lusanya ...
Deva, Roni, Dini dan Mita telah sampai di Singapura. Mereka tinggal menunggu jemputan yang akan datang. Teman yang lain, seperti Sonya dan Reka memiliki kesibukan maka itu tidak ikut, dan Bismo ... Entahlah.
Jadi sekarang, mereka berempat ada di bandara sembari mengecek apakah barang yang mereka bawa telah lengkap atau tidak.
"Udah lengkap semua, kan?" tanya Roni sambil mengancing tas nya. Ketiga orang di depannya mengangguk singkat kembali pada aktivitas masing-masing.
Ngomong-ngomong soal kemarin, setelah beberapa jam Deva sadar dari ketidaksadarannya, cowok itu berencana akan pergi Singapura hari ini. Mangkanya, ia tak ulur waktu untuk datang ke rumah Pramudi. Dan ya, kalian tahu lah. Kalo ada orang tahu anak perempuannya dihamilin, pasti marah, lah. Dan tentu itu juga berlaku pada ayah Rena, cewek yang akan menjadi tanggungan Deva.
Jadi kita bisa mendeskripsikan betapa buruknya kondisi muka bak dewa milik Deva karena tambahan pukulan dari sang calon mertua jika jadi nikah.
Sementara kemarin, Deva sempat terheran-heran karena tingkah si Bunda tiri yang dia anggap ibu kandung Rena itu. Kelakuan Citra as Bunda Rena itu berbanding terbalik dengan sang suami. Ia malah jingkrak-jingkrak, senang karena perbuatannya membuang pil KB tidak sia sia. Anak tirinya mengandung, ia juga mengandung. Si wanita sekitar 30an itu semakin senang tahu jika kandungan anaknya hanya beda tiga bulan dengan kandungannya. Huh, mungkin waktu itu si Bundanya Rena ngidam mau lihat Rena hamil ya kayaknya.
Udahlah, panjang lebar sekali. Jadi sekarang, usai memeriksa barang mereka, barulah dua pasang manusia beda jenis kelamin itu duduk di bangku penunggu.
"Reta kok lama, ya, Mit?" celetuk Dini. Mendesah lelah, karena bermain ponsel kelamaan.
Reta sebagai yang mereka tunggu, benar lama sekali kawan. Mereka janjian akan bertemu di jam 8 pagi, sedangkan sekarang sudah hampir jam sepuluh. Mereka pun sudah menghubungi nomor cewek itu, namun tidak aktif-aktif. Lho, ini Reta lagi ngapain?
Mita yang baru saja menelepon Reta pun juga menghembus napas panjang. Ia menoleh sembari menggeleng pada Dini. "Gak aktif."
Roni yang sama lelahnya, hanya bisa menutup mata seraya membuka mulut lebar-lebar. Mita yang melihatnya sampai dibuat bergidik ngeri.
"Dev coba Lo telepon Rena. Dia pake nomor baru, gue sama Dini belum tau nomor dia," pinta Mita yang diangguki Deva.
Mita menghela napas pelan, dia kira Deva akan berbasa-basi dengannya. Lo ngarepin apa, sih, Mit?
Sedangkan Deva pun mulai men-dial nomor Rena. Beberapa menit ia mengulangi panggilannya. Namun tak sekalipun diangkat. Sontak saja, pikiran buruk hinggap di benaknya. Apakah Rena dan temannya itu baik-baik saja. Masa iya, ditelepon berkali-kali tidak diangkat, padahal panggilannya masuk.
"Masuk, Dev?"
Deva mengangguk lagi sebagai jawaban singkatnya. Ia kembali menekan tombol memanggil, dan Yes! Kali ini Rena mengangkat panggilan darinya.
Deva bangkit berjalan menjauh dari ketiga orang tadi. Mita yang duduk dari tadi melihat cowok itu mendengus kesal.
"Halo Assalamu'alaikum?"
"Eh iya! Maaf gue lupa, sorry ya. Gue—"
"Siapa?"
"Hah? Ah ... Gue Reta. Maaf gak jemput kalian, gue kirim alamat aja, ya. Soalnya gue sama Rena lagi di rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNORANT ✓
General Fiction[TAMAT] lagi repisi, jadi simpan ke perpus dulu aja, ya. Ini tentang RENATA ALEWIES dengan segala kecuekannya. Dia hamidun saja cuek dan tidak peduli. Deva, sebagai tersangka yang menghamilinya saja dibuat termangu, dia ingin bertanggung jawab atas...