Part 3

14.4K 1K 56
                                    

*Happy Reading*


___

Keesokkan harinya..

Kini, Rena tengah bersiap untuk pulang ke rumahnya. Karena lusa, Ia akan pergi untuk ke luar negeri, tepatnya di Singapura. Dan di situ lah nanti Rena berkuliah. Sebenarnya, Dia bisa saja di Indonesia, namun jika Ayahnya telah berkhendak, Rena cukup menerima saja. Percuma saja menolak. Dari pada pusing dan berdebat, mending turuti saja. Itulah Rena.

Sebelum tiba dirumah nya, Rena sempat singgah di apotik untuk membeli pil KB. Benar kata teman-teman nya, bisa saja Ia hamil. Dan tentu Rena Sama sekali tidak ingin itu terjadi.

Sedikit memusingkan untuk melakukan ini, namun daripada Ia hamil. Tambah lebih pusing. Jadi pusing pusing sampe kepala depresot kan, Rena malas.

Tibalah Rena di rumahnya, rumah yang cukup elit dan mewah namun terkesan elegan. Ia disambut ramah oleh satpam yang menjaganya.

Baru saja Ia memasuki rumahnya, terdengar pekikan dari ibunya menggema, ralat, ibu tirinya.
Itulah yang membuat kepala Rena semakin panas. Jadi mending di apartemen saja dia tinggal.

"RENA! Ya Allah sayang! Darimana, hm? Kenapa pulang?"

"Rena capek, lho, Buunnd."

Rena hanya memutar bola matanya melihat tingkah ibunya itu. Begitulah Ibu tirinya itu. Bukan ibu tiri jahat seperti di sinetron- sinetron, namun Ibu tirinya ini terkesan sedikit tidak waras? Bukan tidak waras, cuma sedikit gila. Tetapi meskipun begitu, Ibunya ini tetap menyayangi Ayahnya dan tentu juga dia.

Ibu kandung Rena memang sudah meninggal. Dan dari situlah sifat kecuekannya muncul. Bahkan setelah sehari ibunya meninggal, eh, sepulang ibunya dimakamkan, dia tidak menangis. Bukan dia tidak sedih ibunya meninggal, tapi dipikirannya saat itu hanyalah Semua orang meninggal tidak akan kembali jika menangis terus terusan. Jadi sedih sewajarnya saja, terima kenyataan. Hidup masih berjalan. Begitulah kata ibunya pada Rena sebelum meninggal. Mulai dari situlah sifat cuek gadis, wanita deng, muncul.

Tidak menanggapi pertanyaan dari sang ibu tiri, wanita itu menuju dapur, mengambil air minum dan langsung meneguknya.

"Gimana ujiannya? Lancar, kan?" tanya Bundanya tepat di belakang cewek itu.

"Alhamdulillah, lancar, Bund. Lusa Rena ke Singapura. Kata papah Reta sama Rena sudah diterima di sana."

Si ibu tiri mengangguk paham. Bangga pada sang anak. "Mau makan?"



Rena menggeleng. Namun ia teringat akan sesuatu, mengangguk kepala opsi terakhir. "Mau. Bunda masak apa?"


"Ada lah. Badan kamu sudah kayak lidi. Emang ga terbang apa dibawa angin?" kata Bundanya dengan cekatan menyiapkan makanan untuknya.

"Ya enggak lah, Bun. Lidi lidi gini tapi montok loh," balas Rena sok kalem. Sembari duduk, Rena mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, kemudian dia taruh di atas meja.

"Lidi mana ada montok," ejek ibu tirinya seraya menaruh makanan yang telah dia sediakan ke depan Anaknya. Kening wanita setengah baya itu mengerut tatkala melihat sebuah botol pil yang entah kenapa ada di atas meja.

IGNORANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang