Happy Reading
.
..
Februari menjadi bulan dimana sedang gencarnya turun hujan. Entitas kelembaban pun meningkat. Mengakibatkan jalanan becek dimana-mana dan suhu udara turun drastis.
Seperti sekarang, selepas memastikan tanggal reservasi villa untuk raker minggu depan, Allana duduk termenung dengan keadaan tubuh nya yang kedinginan di luar toserba. Bajunya juga sedikit basah karena tadi sempat kehujanan sedikit sebelum mereka sempat berteduh.
Alan sedang membuatkan mie instan di dalam toserba. Tapi tidak tau apa yang membuatnya selama itu hanya karena membuat satu cup mie instan. Sebenarnya Allana bisa saja membuat mie instan nya sendiri. Tapi Alan menyuruhnya untuk duduk saja diluar. Kalian tau kan kalau sekalinya Alan bilang ini, tandanya harus ini. Jadi sekarang Allana pasrah saja menunggu Alan diluar.
Allana meneliti tiap jengkal langit mendung yang diwarnai rintikan tipis gerimis yang mengguyur Cisarua. Tempat ini, tidak jauh sebenarnya dari rumahnya. Mungkin jika sempat, Allana akan meminta Alan untuk mampir sebentar kerumahnya. Sekedar untuk berganti pakaian kering dan mengistirahatkan badan sebentar mungkin. Bandung-Bogor itu bukan jarak yang dekat. Apalagi kalau hujan-hujan begini.
"Jangan bengong maghrib-maghrib, nggak baik."
Allana menoleh, mendapati Alan yang sudah berdiri di sebelahnya. Wajah Alan terlihat sedikit pucat. Bajunya lebih basah dari Allana karena tadi sebelum meninggalkan area villa, Alan malah menyuruh Allana untuk memakai jaketnya, berkedok titip. Bahkan rambut coklatnya terlihat seperti habis keramas.
"Gue nggak bengong," sangkal Allana mendadak ketus, sedangkan Alan mendengus mengiyakan saja. Dia memperhatikan penampilan Allana dari atas sampai bawah. Belum duduk. Padahal Allana sudah ingin sekali segera makan mie instan di tangan laki-laki itu.
"Dingin?" tanya Alan.
"Iya lah. Kenapa? Mau peluk gue?"
"Nggak usah ngarep."
Allana berdecih sebal. Dasar tidak bisa romantis!
"Leo bentar lagi dateng," kata Alan lagi menduduki bangku di sebelah Allana. Laki-laki itu bergerak membuka penutup cup mie instan Allana saat dirasa mie nya cukup matang, mengaduknya sebentar sebelum akhirnya menyerahkannya pada Allana.
"Hah? Serius?! Yes!!!" sorak Allana berubah girang.
Alan memperhatikan Allana cukup lama. Berpikir kenapa gadis itu selalu bersemangat saat mendengar nama Leo. Padahal tidak ada yang menarik dari nama Leo. Hanya 3 huruf, apa coba yang menarik.
"Lo naksir Leo?"
Pertanyaan Alan perlahan menghentikan senyuman girang Allana. Jika dijawab jujur, maka jawabannya tidak.
Bukan-bukan, mungkin belum? Allana tidak bisa bilang tidak karena nyatanya, Leo sangat berpeluang besar untuk Allana sukai. Dia good looking, cerdas, baik, lembut. Mungkin suatu saat nanti Allana bisa suka pada Leo.
Allana tau untuk siapa hati nya sekarang. Ya, masih Alan. Semenyebalkan apapun Alan sekarang. Tapi mau bagaimana lagi kalau ternyata Alan sudah menyukai gadis lain? Terlebih gadis lain itu adalah Bella. Dilihat sekilas saja orang bisa menilai. Sesempurna apa Bella dan setidak bermoral apa Allana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alan Allana | Lee Jeno✔
Romance[END] ❝Himpunan Mahasiswa (Selesai)✔ ----------‐------------------------------------ "Allana, hidup itu nggak bakal kaya film. Mereka selalu baik pertemuin orang-orang yang saling sayang dan akhirnya bahagia diakhir cerita. Tapi hidup beda Al. Kadan...