4. Naik Jabatan

2.3K 391 317
                                    

Happy Reading

.
.
.

"Masuk Lan."

Allana memecah pandangan Alan dari layar ponsel nya. Laki-laki itu terlihat masih menduduki motor nya, lengkap dengan helm dan jaket abu-abu nya.

5 menit yang lalu mereka akhirnya sampai di kost Allana. Untung saja tidak sempat kehujanan dijalan.

Mereka berniat membahas tentang kearsipan himpunan. Dan tentu saja Allana sebagai calon sekertaris harus ikut andil dalam pembahasan itu.

Bagaimana dengan Leo? Ah, dia sedang mendapat tugas menganalisa proker bersama Bella. Jadi mau tak mau Allana yang harus membahas kearsipan himpunan bersama Alan. Iya. Berdua saja.

"Ngobrol di teras aja," ujar Alan mulai melepaskan helm nya, kemudian meletakkan nya ke spion motornya.

Allana menggeleng tak setuju, "Gerimis. Lo mau kerjaan kita jadi basah?"

Alan menatap sekitar. Hening dan basah. Dan entah kenapa gerimis yang tadinya hanya turun sedikit, mendadak merapat. Seolah menyuruh dua manusia itu untuk cepat-cepat masuk kedalam.

"Di kamar gue aja. Udah gue bersihin kok," sambung Allana sambil membuka pintu utama, lantas berjalan masuk lebih dulu.

"Ruang tamu aja," sambar Alan.

Allana menghentikan langkah nya. Dia menengok, mendapati Alan masih berdiri di ambang pintu, belum berniat masuk. "Nanti keganggu kalo ada yang lewat. Kamar aja ya? Gue mau sambil rebahan," balas Allana kembali berjalan kearah kamar nya.

Alan meraih pergelangan tangan Allana dengan cepat. Membuat gadis itu tersentak kebelakang. Hampir saja ambruk kalau saja Alan tidak lebih dulu menahan pundak Allana dengan lengan nya.

"Disini aja. Lo nggak bakal tau gue sebejat apa, Al. Jangan pernah lagi ngajak laki-laki masuk ke kamar lo segampang itu," cegah Alan tepat sebelum Allana sampai ke depan pintu kamar nya.

Allana mendadak membisu mendengar perkataan Alan. Seketika dia merinding melihat betapa tajam nya tatapan Alan padanya saat itu. Dan apa-apaan! Kenapa mendadak pikiran Allana kesana kemari? Jantungnya juga berdegup kencang, mulai berpikir yang tidak-tidak.

"T-tapi kan kita mau bahas soal himpunan. B-bukan mau---"

"Nggak ada yang tau apa yang bakal terjadi kalo cewe sama cowo cuma berdua di kamar. Asal lo tau, gue nggak sebaik yang lo kira," potong Alan dingin.

Allana menggeleng-geleng takut, "Oke fine ruang tamu!" seru Allana tak mau melanjutkan topik itu lagi. Isi kepalanya sudah liar sekali. Sialan.

"Tapi bisa tolong lepasin dulu? Gue mau ganti baju," sambung Allana gugup, tertuju pada tangan nya yang masih di genggam kuat oleh Alan.

Alan tersentak kaget. Langsung melepaskan tangan nya, "Sorry."

Allana membuang napas panjang. Dia menunjuk sofa dengan dagu nya. "Duduk gih. 10 menit lagi gue balik."

"Oke."

Sedangkan Allana berjalan memasuki kamarnya, Alan memilih meletakkan tas dan jaket nya kemudian berjalan ke teras lagi. Berniat menunggu di luar saja sampai Allana keluar lagi.

Sekitar 10 menit kemudian, Allana betulan keluar dari dalam kamarnya. Membawa serta laptop dan buku besar bertuliskan arsip sekertaris himpunan tahun 2020, yang membuat Mark mengira dirinya adalah tuyul gondrong tadi sore. Kenapa juga harus tuyul gondrong. Tidak keren sekali.

Gadis itu sempat celingukan menatap seisi ruang tamu yang terlihat kosong. Hanya ada tas Alan diatas sofa. Allana hampir mengira kalau Alan diam-diam melarikan diri dan membuatnya harus mengerjakan semua pekerjaan rumit itu sendiri. Namun akhirnya mendengus panjang saat melihat punggung Alan di depan teras.

Alan Allana | Lee Jeno✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang