40. Menuju Publikasi

1.1K 181 13
                                    

Happy Reading

.

.

.

Cklek!!!

"Sis. Cepet gih mandi dulu, keburu malem ntar masuk angin."

Allana mendongak, menatap laki-laki jakung yang baru saja selesai mandi dengan posisi tengkurap dan tangannya memainkan ponsel. Dengan gerakan ogah-ogahan, Allana akhirnya duduk.

Kak Natta.

Entahlah sebenarnya apa tujuan Kak Natta sampai repot-repot jenguk ke kost Allana sore-sore begini. Katanya sih disuruh Bunda. Tapi Allana tidak yakin Kak Natta dengan sukarela mau jenguk Allana tanpa ada maksud lain. Lagipula baru beberapa minggu yang lalu Allana menghabiskan sisa liburan nya di kost si sulung itu.

Dulu, saat Allana dan Kak Natta masih se atap saja, Allana minta tolong diambilkan minum di dapur, Kak Natta benar-benar tidak mau. Malah balik menyuruh Allana untuk sekalian memasak mie instan kalau mau ke dapur. Kenapa sekarang mendadak si sulung itu jadi sok perhatian begini? Bahkan sampai rela mampir Bandung dulu bukannya langsung pulang ke Bogor.

Besok weekend. Jadi seperti biasa Kak Natta menyempatkan pulang ke Bogor.

"Cepet, malah bengong," katanya lagi membuyarkan lamunan Allana.

"Ck iya-iya. Kakak mau kapan balik ke Bogor nya? Nggak sampe nginep sini kan?" tanya Allana memicing. Bisa gawat kalau Kak Natta sampai menginap. Masalahnya kost Allana cukup ketat kalau urusan tamu. Tidak seperti kost Kak Natta. Bisa disidang kalau sampai ibu kost tau ada laki-laki yang menginap, meskipun sebenarnya itu hanya kakak kandung Allana.

"Ya nggak lah. Ntar dikira yang iya-iya berabe. Bentaran deh jam 9-an. Masih rame kalo jam segini. Macet. Males," katanya mulai menduduki tepian kasur Allana. Tangan si sulung itu pun mulai asik memainkan ponsel yang sudah sejak tadi siang belum dia hidupkan sama sekali. Bukannya tidak sempat buka hp, tapi memang malas saja karena pasti tidak ada yang chat.

"Kakak jauh-jauh ke Bandung beneran cuma mau jengukin aku doang?" curiga Allana ingin segera memusnahkan rasa penasarannya.

Kak Natta menoleh, sesekali mengusap rambut basahnya dengan handuk. Bergumam sebentar lalu menggeleng.

"Nggak juga. Ada kondangan dek. Temen kakak ada yang nikahan tadi. Sekalian aja jengukin kamu. Takutnya kalo nggak dijengukin kamu nya tiba-tiba mati disini kan nggak lucu."

Bugh!

"Mulutnya ya!" Allana mendengus.

Kan. Pasti ada alasan lain. Namun sedetik kemudian Allana terkekeh jahil.

"Idiiihhh kondangan mulu. Situ kapan bikin kondangan? Udah tua bangka gitu juga. Nggak bosen apa pacaran sama gitar mulu?" Allana menoel pundak si sulung meledek.

Hey, Allana hanya ingin Kak Natta segera dapat jodoh. Agar apa? Agar akhlak Kak Natta juga bisa sedikit lurus. Tidak melulu jadi orang yang tabok able seperti Devan. Lagipula kasihan Bunda dan Ayah kalau harus merasakan punya anak perjaka tua. Tidak lucu sekali kan kalau nantinya malah Allana dulu yang menikah.

"Kalo pacar kan udah ada," enteng si sulung.

"Siapa?"

"Kamu lah. Siapa lagi!" katanya langsung memeluki Allana sambil menciumi puncak kepala sang adik dengan tidak santainya. Mengajak Allana berguling-guling diatas kasur. Membuat tempat tidur Allana berantakan dalam sekejap saja.

Alan Allana | Lee Jeno✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang