30. Confessing

1.7K 234 47
                                    

Happy Reading

.

.

.

Allana berkali-kali meremat tangan nya sendiri. Sudah lebih dari 5 menit dia hanya berdiri di depan pintu masuk sekre. Jantungnya berdegup sangat kencang saat melihat samar-sama cahaya proyektor yang terpancar di dalam sekre. Sudah pasti Alan ada di dalam sana.

Allana berkali-kali menilik jam tangan nya. 5 menit lagi jam 10. Artinya dia benar-benar harus sudah masuk. Tapi bagaimana jika hatinya saja sudah seperti ingin copot seperti ini. Bahkan sebelum Alan benar-benar mengatakan apapun padanya hari ini.

"Nggak lucu belum apa-apa gue udah tremor. Alan mau presentasi apaan sih? Gue nggak mau dibunuh kan habis ini gara-gara nggak bantuin dia kemarin?" keluh Allana menggigiti bibir bawahnya kepalang gugup. Seperti rasanya Allana akan dihadapkan dengan ujian terberat di dunia nya.

Allana memejamkan matanya. Tangan nya mengerat kuat sebelum akhirnya tangan nya mulai berani mendorong pintu sekre yang saat itu terbuka sedikit.

"Bismillah bismillah. Ya Allah tolongin..."

Allana akhirnya melangkahkan kakinya masuk saat itu juga. Gelenyar merinding saat melihat Alan tiba-tiba menoleh dan tersenyum di samping proyektor kearahnya membuat Allana hanya bisa tersenyum canggung sebagai balasan. Gadis itu dengan kaku nya meletakkan totebag dan beberapa buku modul nya sebab baru selesai kelas di loker sebelum akhirnya duduk di samping Alan.

"Nih."

Baru duduk sebentar, Alan tiba-tiba menyerahkan berlembar lembar dokumen yang di masukkan kedalam map berwarna merah maroon. Tidak tau apa isinya, Allana hanya menerimanya saja. Lantas Alan bangkit dan berjalan ke arah depan, lebih tepatnya kearah laptop nya.

"Udah selesai kelas?" tanya Alan membuka percakapan lebih dulu.

"Udah barusan. Lo sendiri?"

"Gue nggak ada kelas hari ini."

Allana ber-oh mendengarnya. Sudah tidak heran juga dengan Alan yang sering ke kampus meskipun tidak ada jadwal kuliah sekalipun. Dia memang begitu. Katanya setidaknya agar produktif daripada hanya tiduran di kost.

"Lo udah baca lampiran email yang gue kirim kemarin?"

Allana tiba-tiba membeku. Pipinya mendadak memanas. Jika yang Alan maksud itu CV, sertifikat, dan sebagainya itu, Allana jelas sudah membacanya semua. Bagaimana mungkin tidak. Itu juga yang membuat Allana nyaris tidak bisa tidur semalaman meskipun Allana sebenarnya bingung kenapa Alan mendadak menyertakan itu di lampiran undangan presentasi nya.

"U-udah. Itu lo yang bikin?"

"Iya."

"Kapan?"

"Pas lo nunggu di depan ruang UKM Debat."

"Loh bukan nya lo bilang kalo waktu itu lo lagi susun agenda?"

"Iya. Sekalian bikin itu."

"Secepet itu?"

"Iya."

Allana melongo takjub. Ternyata memang benar ya kalau skill seorang Ketua Himpunan itu sudah diambang level yang jauh lebih tinggi. Buktinya hanya dengan waktu 30 menit Alan berhasil merampungkan semua susunan agenda yang hampir setebal modul proker. Sedangkan disisi lain dia juga membuat lampiran itu. Benar-benar luar biasa.

"Cepet banget ih. Serem."

Alan mendengus, "Biar lo nggak kelamaan nunggu."

"Ya tapi kan gue juga bisa bantu, jadi nggak usah nunggu-nunggu. Kenapa nggak diajak bikin coba. Malah dianggurin doang diluar. Tau-tau udah kelar."

Alan Allana | Lee Jeno✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang