16. Talking to Mark

1.7K 285 199
                                    

Happy Reading

-

-

-

"Le, jangan lupa lo minta cap sama ttd dari dekanat buat surat pengantar konverensi. Terus buat akomod---"

Bella mendadak menghentikan kalimat nya saat dia menatap laki-laki yang sedang dia ajak bicara justru terlihat melamum menatap kosong kearah pintu keluar sekre.

Dio yang posisi nya daritadi menyimak ucapan Bella sembari melihat kertas rekapan konverensi, sampai ikut mendongakkan wajahnya, refleks mengikuti arah pandang Bella juga.

"Leo!"

"E-eh, iya? Sorry Bel sorry. Boleh tolong lo ulangi lagi?" Leo langsung tersentak kaget, mulai bergerak panik melihat Bella dan Dio sudah menatap kearahnya.

Bella membuang napas nya pelan. Sudah lebih dari 5 kali fokus Leo terbagi seperti itu hari ini. Jika ditanya dongkol atau tidak, sebenarnya Bella tidak terlalu mempermasalahkan nya. Tapi dia justru khawatir karena tidak biasanya Leo jadi hilang fokus saat membahas sesuatu yang penting seperti sekarang. Apalagi ini masih terhitung jam pagi. Jadi tidak mungkin alasan nya karena Leo sudah saking lelah nya sampai hilang fokus.

"Lo kenapa Le? Ada sesuatu?" tanya Bella memperhatikan raut wajah Leo yang masih sedikit linglung di depan nya.

"Nggak kok. Cuma lagi bengong aja. Sorry," katanya berkilah. Leo mulai menegakkan badan nya, memilih untuk mengecek beberapa kertas yang bertumpuk di depan nya agar dia bisa kembali fokus dengan briefing itu.

Bella terlihat mengangguk kecil. Dia tau Leo sedang berbohong. Tapi disisi lain, Bella juga tidak punya hak untuk bertanya lebih jauh lagi. Karena selain Bella tidak sedekat itu dengan Leo, Leo juga sepertinya bukan tipikal anak yang selalu welcome untuk berbicara permasalahan pribadi nya pada orang lain.

"Lo kalo mau keluar cari angin dulu nggak papa Le. Biar enakan. Baru nanti kita lanjutin lagi bahas konverensi nya," saran Bella pada akhirnya. Berharap itu akan membuat Leo bisa lebih baik.

Leo kembali mendongak. Mulanya dia sedikit sungkan dengan saran Bella. Pasalnya daritadi progress proker konverensi mereka sampai belum meningkat sedikitpun karena daritadi Leo hanya mengiyakan semua yang Bella dan Dio katakan, tanpa memberikan masukan apa-apa. Seperti rasanya pikiran nya benar-benar blank saat itu. Tapi saat melihat Bella yang mengangguk-angguk meyakinkan nya sembari tersenyum, Leo akhirnya menyetujui nya.

Sepertinya keluar sebentar bukan hal yang buruk. Dia juga harus segera membuang segala kerumitan pikiran nya secepatnya atau tugas himpunan nya akan benar-benar kacau.

"Nah cocok. Mending lo ikut gue ke gazebo Le. Lumayan jam-jam segini lagi banyak cewe psikologi lagi pada observasi. Cuci mata bentaran nggak papa lah. Mumpung Ocha lagi ada kelas sekarang," timpal Dio menaik turunkan alisnya dengan tampang picik nya. Dasar laki-laki.

"Iya. Buruan gih. Gue tungguin disini sampe lo enakan," sahut Bella membuat Leo semakin yakin untuk pergi keluar sekre sebentar. Bukan untuk cuci mata seperti ajakan Dio. Tapi hanya untuk menjernihkan pikiran nya. Hanya menjernihkan pikiran.

"Yaudah. Kasih gue waktu satu jam. Boleh?"

Bella langsung mengangguk setuju diselingi senyuman tipis nya.

Dibawah naungan gazebo bercat abu-abu putih, Dio dan Leo akhirnya duduk berjejeran disana. Keduanya yang sama-sama bukan perokok, mengakibatkan dua laki-laki itu terima mengulum permen loli sembari memperhatikan mahasiswi psikologi yang memang sedang berlalu lalang di sekitar koridor. Sesekali Dio bereaksi heboh saat melihat ada beberapa perempuan yang masuk tipe idaman nya. Sedangkan Leo hanya terkekeh saja.

Alan Allana | Lee Jeno✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang