22. Labirin

1.5K 240 113
                                    

Vote ya, bantu biar cerita ini bisa sampai ke readers yang lain

-----

Happy Reading

-----

.

.

.

"Rajin bener lo."

Faris dengan santainya menggeplak tengkuk Vano yang sedang khidmad-khidmadnya membaca modul resume kelas Pak Joko. Tidak tau kenapa, laki-laki yang biasanya ogah-ogahan kalau disuruh literasi itu mendadak jadi sok sibuk belajar hari ini. Bahkan tak tanggung-tanggung, Vano sampai berpenampilan beda hari ini dan memakai sebuah kacamata tanpa lensa. Katanya biar terlihat seperti anak rajin alih-alih swag seperti biasanya.

"Bentar lagi UTS. Mak gue udah nge pap in sapu lantai kalo nilai gue anjlok lagi," jujur Vano sembari masih khidmat membaca modul nya. Sesekali tangannya mencomot kripik singkong dari dalam toples yang memang selalu tersedia di sekre untuk orang-orang yang doyan ngemil seperti dirinya.

"Halah santai napa. Noh lihat mereka bertiga. Ciri-ciri mahasiswa yaudahan. Harus dilestarikan."

Faris menunjuk Daniel, Farrel, dan juga Arsen yang sedang asik mabar kart rider bertiga di pojokan sekre sembari charge hp masing-masing. Sesekali terdengar sorakan dari ketiganya disaat karakter mereka saling menabrak satu sama lain di dalam game yang sedang mereka mainkan.

Di sekre memang sedikit ramai sekarang. Ramai kaum cowok karena kebetulan tidak ada satu pun anak hima perempuan yang mampir ke sekre saat itu.

Vano yang fokus belajar materi kuliah nya sembari diganggu Faris. Farrel, Daniel, dan Arsen yang asik mabar. Leo yang sedang baca komik marvel nya sambil senderan ke tembok. Alan yang tidur di sofa. Dan Veda serta Gavin yang daritadi asik menata domino di seluruh penjuru sekre. Random sekali memang. Tapi heran nya mereka tetap tidak merasa terganggu satu sama lain. Apalagi Alan masih terlihat tertidur pulas.

"Auzubillahiminasyaitonirrojiiiim..." kata Vano langsung menengadahkan tangannya lalu menyapukan nya pada wajah Faris seenaknya. Berharap setan bejat di badan Faris lekas menghilang. Serius, hari ini Vano benar-benar sudah bertekad bulat untuk belajar dengan sepenuh hati. Jangan sampai tekad baik nya gugur karena ulah setan di badan Faris.

"Kampret!" desis Faris menjitak kepala Vano, tepat setelah laki-laki itu menyapukan tangan nya ke wajah Faris. Seenaknya saja dibilang setan yang terkutuk.

"Lur! nasgor yok! Ngisi amunisi."

Tiba-tiba, suara berat Farrel menyeruak di seluruh penjuru sekre. Dibarengi dengan gerakan ketiga laki-laki yang tadinya mabar itu mulai berdiri perlahan sembari merapikan baju masing-masing, bersiap keluar sekre untuk makan siang.

"Mang Asep?" tanya Vano.

"Yoi. Warkop juga gas lah. Sekalian nyebat," jawab Daniel.

"Cocok! Ayo!" antusias Vano tiba-tiba menutup buku modul nya dengan wajah girang. Dasar, tidak berprinsip.

"Le, ikut kagak?" tanya Daniel menilik ke arah Leo yang masih setia membaca komik marvel nya. 

"Gue nggak nyebat," saur Leo disusul anggukan Veda dan Gavin.

"Yaudah kagak apa. Ikut lah, ngopi aja kalo gitu. Mumpung cewek-cewek belum kesini. Sekalian ngumpet dari tukang palak," saran Daniel sembari merogoh tas punggungnya yang tergeletak bersama tas yang lainnya di samping sofa untuk mencari dompet nya.

Alan Allana | Lee Jeno✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang